KALI PERTAMA!

1062 Words
Saat makan malam tiba, Lang Buri pun dipanggil oleh ibunya untuk segera makan. “Lang sini cepet ini nasinya udah mateng.” Ibunya. “Iyaa Bu.” Lang Buri. *Sesampainya Lang Buri di meja makan. “Gimana tadi kamu di kampus? Kamu suka dengan kampusnya?” Ibunya “Ya begitulah bu, kampusnya bagus!, ada tempat yang bagus juga” Lang Buri. “Emang tempat apa itu?” Ibunya. “ada tempat dimana rumput dan pohonnya masih bagus dan terjaga bersih” Lang Buri. “Itumah biasa atuh lang” Ibunya. “Tidak juga bu.” Lang Buri. *Saat selesai makan malam Lang Buri pun kembali ke kamar tidur dan mengecek Smartphonenya dan melihat group yang telah di buat oleh ketua kelompoknya. Lang Buri pun bergegas pergi ke supermarket untuk membeli persyaratan yang harus dia bawa besok ke kampus, namun tidak semua persyaratan bisa di temukan di supermarket, Lang Buri pun bergegas pergi kepasar karena menurut kasirnya Kacang panjang bisa mudah ditemukan di pasar. Lang buri pun mencari-cari di pasar, namun tak sengaja bertemu dengan seorang pemuda yang dia lihat tadi di kampus, yang terburu-buru pergi meninggalkan kampus dengan raut wajah yang bimbang, ternyata pemuda tersebut penjual sayur-mayur di pasar tersebut. “Kang, ada kacang panjang?” Lang Buri. “ Ada kang, mau beli berapa kilo?” Ujarnya. “Beli seperempat kang” Lang Buri. “Iya kang siap sebentar yah” Ujarnya. “ Mahasiswa baru?” Lang Buri. “Iya kang, kok akang bisa tau” Ujarnya. “kebetulan tadi saya lihat di kampus” Lang Buri. “Oh begitu ya kang, ini kang udah silahkan dibawa kacang panjangnya” Ujarnya. “ makasih kang!” Lang Buri. *Meskipun Lang Buri jika dilihat dari sikapnya dingin, akan tetapi sebenarnya hati kecilnya selalu memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Matanya kembali terbuka, hari masih gelap sekitar jam 04.00 dia sudah bangun bersiap-siap untuk pergi ke kampus, jam 05.00 setiap mahasiswa/I harus sudah sampai di kampus. Jam 04.35 Lang buri pun berangkat dari rumahnya, dan kebetulan bertemu kembali dengan difa di jalan, sehingga mereka berangkat bersama-sama lagi, dijalan difa meluapkan rasa kesalnya karena harus bangun pagi-pagi sekali, dan berterimakasih kepada Lang Buri karena jika tanpa tumpangannya dia sudah dipastikan akan telat datang ke kampus. Sampailah mereka pukul 04.50 di kampus, dengan sambutan yang tidak mengenakan dari kaka tingkatnya. “Woii, buruan tinggal 10 menit lagi ini” Kating L (Apasih pagi-pagi teriak-teriak) Lang Buri. “Woii berhenti kamu, motornya jangan di nyalain Dorong sampe ke parkiran!” Kating L “Kenapa harus didorong?” Lang Buri. “Biar sehat olahraga pagi!, udah cepet jangan banyak nanya!” Kating L “sekarang mendorong motor termasuk olahraga” Lang Buri. “Kamuu ngeyel ya, liat jadi antri gara-gara kamu cepetan atau mau dihukum?” Kating L. “Udahh, udahh lang turutin aja” Difa. *Lang Buri dan difa mendorong motor tersebut sampai ke parkiran. “untuk apa mereka nyuruh kita kaya gini?” Lang Buri. “Palingan biar mereka seneng aja liat kita kaya gini!, yaudah jangan terlalu di pikirin nanti juga kita bakal ngerasain jadi panitia” Difa. “balas dendam yang menjadi budaya.?” Lang Buri. “Ya begitulah mau bagaimana lagi!” Difa. “….” Lang Buri. *Semua mahasiswa/I baru pun dikumpulkan di lapangan untuk menjalani upacara terlebih dahulu, setelah ceremonial di laksanakan acara terakhirnya adalah perkenalan para pejabat-pejabat organisasi yang ada di kampus, termasuk rektorat dan jajarannya. Lang Buri tidak terlalu memperhatikan perkenalan tersebut, mungkin karena suasana hatinya yang tidak begitu baik, namun perkenalan terakhir ini cukup menarik perhatian Lang Buri karena yang terakhir tampil adalah presiden mahasiswa. Dia ingin tau siapakah pemimpin seluruh mahasiswa itu, dan Lang Buri pun terkejut ternyata presiden mahasiswanya adalah seseorang yang kemarin bertanya kepadanya saat diam di bawah pohon Dia hampir tidak percaya, karena melihat cara berpakaiannya kemarin yang sembrono tapi bisa menjadi seorang presiden mahasiswa, dalam artian memiliki kelebihan yang tidak semua mahasiswa miliki dan di percaya oleh banyak orang. Namanya presiden mahasiswa tersebut adalah Rehan Permadi. Selamat pagi kawan-kawan baruku… Selamat pagi seluruh orang-orang hebat yang hadir disini. Hidup Mahasiswa… Hidup rakyat Indonesia… Hidup rakyat yang melawan… Hidup perempuan yang melawan… Kita semua sudah menyatukan suara.. Kita semua sudah menyatukan rasa.. Untuk melawan ketidak adilan yang ada di negeri ini. Buktikan kepada negeri ini… Bahwa kalian mahasiswa baru yang mewarisi semangat para pejuang… Bahwa kalian adalah tihang yang akan senantiasa menegakkan keadilan… Bahwa darah kalian akan mendidih ketika melihat penindasan. Tujuan kalian kesini… jangan hanya untuk gelar semata.. jangan hanya untuk pekerjaan yang layak semata… tapi juga untuk mewujudkan cita-cita bangsa… Tak peduli darimana kalian berasal… Tak peduli status kalian seperti apa… Jiwa pejuang akan bersemayam kepada siapapun yang siap menanggungnya. Galilah pengetahuan sedalam-dalamnya… Kembangkanlah ilmu seluas-luasnya… Tapi kalian harus tau untuk siapa itu semua… Untuk rakyat, camkan itu!... Mengapa harus berjuang untuk rakyat?... Mengapa harus rela mengabdikan diri untuk masyrakat?... Karena kalian lahir bukan untuk tujuan kecil… Kalianlah serpihan-serpihan yang diharapkan perubahan… Jangan kalian mengkerdilkan diri kalian sendiri. Tidak semua rakyat paham hukum… Tidak semua rakyat sejahtera… Bahkan ada rakyat yang tidak tahu bahwa dirinya tertindas… Bukan berarti mereka menerima begitu saja… Bukan berarti mereka tidak keberatan… Tapi mereka membutuhkan dampingan… Lalu harus mendampingi mereka? Lalu siapa yang harus menjadi ujung tombak mereka? Kita semualah yang mengaku sebagai mahasiswa… Kita semualah yang bersumpah… Atas nama mahasiswa, atas nama cinta, atas nama bangsa, dan diatas diri kita sendiri. Kepalkan tangan kalian kawan-kawan… Angkat atas-atas… Mari kita mengikrarkan sumpah suci mahasiswa. Kami mahasiswa Indonesia bersumpah.., bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan… Kami mahasiswa bersumpah.., berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan. Kami mahasiswa Indonesia bersumpah.., berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan. Hidup Mahasiswa… Hidup Rakyat Indonesia… Hidup rakyat yang melawan… Hidup perempuan yang melawan… Baiklah terimakasih kawan-kawan. *Begitulah bunyinya orasi dari presiden mahasiswanya kampus Lang Buri. Orasi tersebut menyulut semua semangat mahasiswa baru yang ada disitu termasuk Lang Buri, Disitulah awal mula dia mulai penasaran dengan dunia mahasiswa. Sebelumnya ia tidak begitu peduli dengan dunia mahasiswa, karena sikap kaka tingkatnya yang kurang disukai olehnya, namun sekarang dia mulai berpikir kembali ada sisi lain yang perlu dia gali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD