PROLOGUE

369 Words
Audy meneguk air liurnya secara paksa. Membasahi tenggorokannya yang kering kerontang seketika saat melihat senior berandal itu. "De, sini, De!" Audy menundukkan kepalanya. Membuka pintu lokernya. Berpura-pura tidak mendengar suara kakak kelas paling terkenal seantero sekolah itu. Semua siswa yang berada di koridor menatap mereka penuh tanya. Penasaran. Ini akan menjadi gosip terpanas. Ini akan menjadi heboh. Ya Tuhan. Please, bikin gue menghilang sekarang juga. Gue nggak mau ketemu orang ini. Gue masuk sekolah ini biar bisa bareng abang gue dan lancar pedekate ama gebetan gue. Bukan ketemu k*****t ini. Ya Tuhan, enyahkanlah dia.  Audy memanjatkan doanya. Sepenuh hati. Dibalik pintu lokernya, bibir Audy komat-kamit. Tangannya bertaut. Berdoa agar Tuhan mengabulkannya. Terlambat bagimu untuk berdoa, Audy. Senior berandal itu sudah berada di sampingnya. Memperhatikan gadis itu. Cowok berperawakan tinggi dan maskulin itu tersenyum melihat tingkah Audy. "Lo ngapain?" bisiknya di telinga Audy. Audy tersentak kaget. Napasnya tercekat. Ia meletakkan tangannya di dadanya. Menunjukkan bahwa ia benar-benar terkejut. "Lo nggak denger apa pura-pura nggak denger?" bisiknya lagi. Astaga! Audy benar-benar merinding sekarang.  Suara lembutnya memasuki telinga Audy dengan paksa. Bibirnya sangat dekat hingga Audy dapat merasakan karbon dioksida yang terhembus dari mulut cowok itu. Kak Andre, lo di mana sekarang? Tolongin gue! Audy putus asa. Abangnya tidak ada di sekitarnya sekarang. Kak Johan, wahai dambaan hatiku, datanglah dan selamatkan aku dari penyamun ini. Audy hampir menangis. Pangeran dambaannya tidak akan muncul. Sial. Lawan. Audy! Lawan! Sesuatu dalam dirinya bangkit. Keberanian. Setelah menghembuskan napasnya dengan kasar, Audy membanting pintu lokernya. Menoleh ke senior yang berdiri sangat dekat dengannya. Menatapnya dengan malas. "Permisi, Kak," gumam Audy seraya mendorong tubuh cowok itu dan melangkah melewatinya. Cowok itu terhuyung sedikit dan tertawa setelah menerima perlakuan Audy. Plak! Audy merasakan sesuatu memukulnya. Memukul bokongnya. Benar. Bokongnya. What the hell?! Audy menoleh ke belakang. Senior berandal tadi menepuk bokongnya. Menepuk. Bokongnya. Di hadapan seluruh siswa SMA Pelita Bangsa yang berada di koridor itu. Semua mata siswa yang memperhatikan mereka terbelalak menyaksikan adegan tadi. Beberapa siswa berhasil merekamnya. Beberapa siswa berhasil memotretnya. Gilang.  The Bad boy of Pelita Bangsa High School slap a junior's butt after being pushed and rejected. Ini akan menjadi headline mading dan buletin sekolah terpanas minggu ini. Bukan. Bulan ini. Salah. Tahun ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD