Part 4. Bersama Gery

1739 Words
"Assalamu'alaikum Aisha!" teriak Gery dari teras kos-kosan Aisha. "Waalaikumsalam. Eh, Gery. Sebentar ya, mamah panggilin Aisha dulu. Lagi diatas, mungkin nggak denger," sapa mamah kos. "Iya mah, makasih," jawab Gery. Tak berapa lama datanglah Aisha menemui Gery. "Hai Gery. Mau ngapain jam segini kesini? Nyari temen makan malam ya?" tebak Aisha. "Yups, pinter banget," jawab Gery. "Mau kan?" lanjutnya. "Oke. Aku juga udah bawa dompet sekalian nih. Soalnya aku udah bisa menebak apa mau kamu," jawab Aisha. "Ya udah, let's go! Ke Okisaki ya?" tawar Gery. Aisha mengangguk. Mereka kemudian pergi bersama ke restoran Jepang yang berada di dalam Pasaraya Sri Ratu Peterongan itu. Pasaraya yang letaknya dekat dengan kos mereka. Saat menikmati makan malam, mereka pun mengobrol. "Ai, main yuk. Aku lagi suntuk nih," ajak Gery. "Main? Kemana?" tanya Aisha. "Astro Cafe yuk. Aku pingin nyobain. Kakak-kakak kos aku sering cerita kalau tempatnya asyik gitu buat nongkrong," tawar Gery. Terkejut, Aisha pun tertelan makanannya sendiri. Melihat reaksi Aisha, Gery lalu menyodorkan minuman ke hadapan Aisha. "Minum dulu Ai, kamu tersedak," perintah Gery. Aisha pun segera meminum minuman itu. Setelah tenggorokannya sudah tidak sakit lagi, ia pun menjawab pertanyaan Gery. "Maaf Ger. Kamu salah orang kalau ngajakin aku ke tempat begituan. Emangnya sebelum ini kamu pernah mengunjungi night club semacam itu?" jawab Aisha menolak. "Ya belum pernah sih Ai. Aku mana bisa keluar rumah malam-malam selama aku tinggal sama bokap nyokap di Jakarta?" jawab Gery. Nah, itu tahu sendiri. Pasti bokap nyokap kamu nggak bakalan suka kalau kamu pergi ke tempat seperti itu. Gini aja. Gimana kalau sebagai gantinya, aku temenin kamu kemana aja asal nggak ke night club. Mungkin kamu suka pantai atau bukit atau timezone atau bioskop?" tawar Aisha. Aisha berharap Gery memilih tempat-tempat yang barusan ia sebutkan, karena itu adalah tempat-tempat favoritnya. Jadi seandainya Gery menerima tawarannya, ia tidak akan bete hanya menemani Gery ke tempat-tempat favorit Gery yang bukan tempat favoritnya juga. "Ai, makasih ya. Ternyata aku nggak salah pilih teman. Saat aku sedang kalut begini, kamu tidak ikut menjerumuskan aku dengan memperburuk keadaanku. Oke, aku terima tawaran kamu yang barusan. Tapi sabtu minggu ini kamu nggak boleh mudik lho. Kamu temenin aku jalan-jalan. Gimana, deal nggak?" tawar Gery. "Okelah demi kamu biar punya semangat lagi, apa sih yang nggak? Meski aku harus merelakan sedikit uang sakuku terpotong karena nggak pulang. Hahaha," jawab Aisha pasrah diakhiri dengan tawa konyolnya. "Tenang Ai. Ntar uang jajan dan semua akomodasi, aku yang tanggung," janji Gery mantap. ************** Sabtu pagi Gery menjemput Aisha di kos. Gery mengajak Aisha ke mol. Masih di sekitar kampus mereka, di kawasan simpang lima ini ada Matahari Mall dan Ciputra Mall. Begitu sampai, Gery mengajak Aisha makan di food court Mall Ciputra. Setelah makan mereka memilih film di bioskop Twenty One di lantai atas. Mereka memilih film yang tayang sekitar jam dua siang, kemudian membeli tiketnya. Sementara menunggu jam tayang bioskop, Gery mengajak Aisha bermain di Timezone. Mereka bermain banyak permainan disana dengan riang seolah lupa waktu. Tapi ternyata tidak. Satu jam sebelum film tayang, Gery mengajak Aisha untuk shalat Dzuhur terlebih dahulu. Setelah shalat Dzuhur, Gery mengajak Aisha ke Matahari lantai atas tempat mainan dan boneka-boneka di display. Gery membeli sebuah boneka tokoh animasi kartun The Powerpuff Girls berwarna biru kombinasi warna kuning. "Nih Ai, ini untuk kamu. Disimpan dan dirawat ya," Gery memberikan boneka itu setelah membayarnya di kasir. "Lho, ini buat aku? Seriusan ini? Aku pikir kami beli buat kamu sendiri Ger. By the way, thank you so much," ujar Aisha senang. "Sama-sama Ai. Kan kamu udah nemenin aku having fun hari ini. Lagian aku tahu kok dari pandangan mata kamu saat melihat boneka ini tadi. Kamu pasti ada rencana membelinya kan? Dan aku tahu kamu pasti belum punya merchandise yang satu itu," tebak Gery. "Ih, kamu kok kaya dukun aja sih Ger. Tahu aja," tukas Aisha. "Ya iyalah. Kan kita sama-sama penggemar berat The Powerpuff Girls. Dan merchandise boneka ini baru dipajang weekend ini. Karena sebelumnya belum ada." "Oh Gery! Terus kamu udah koleksi merchandise apa aja?" tanya Aisha. "Semua dong!" jawab Gery percaya diri. "Yakin semua? Punya kaos Powerpuff juga? Punya daster Powerpuff juga?" ledek Aisha. "What? Ya nggak mungkin lah," jawab Gery dongkol. "Hahaha, aku dong punya. Aku aja berburunya ke Matahari Mall Malioboro Jogja lho. Soalnya disini belum ada," Aisha tertawa penuh kemenangan dan Gery pun menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka pun kemudian menuju bioskop karena Film Petualangan Sherina yang mereka pilih akan segera tayang. Selesai nonton film, mereka makan sore di KFC dulu baru pulang. ******** Minggu pagi Gery mengajak Aisha ke Bandungan. Ia meminjam mobil teman kosnya. Mereka menikmati hawa sejuk perbukitan kota Semarang itu. Gery pun memarkirkan mobil di area wisata Candi Gedong Songo. Mereka membeli tiket masuk, kemudian mereka sarapan sate kelinci. Setelah itu mereka menaiki trek gugusan candi yang jumlahnya ada sembilan itu. "Aku penasaran ingin melihat semua candi itu Ai. Ayo kita naik sampai ke candi ke sembilan," ajak Gery bersemangat. "Apa? Nggak nggak nggak! Jauh banget tau," tolak Aisha. "Kan kita bisa naik kuda Ai," tawar Gery. "Aku nggak mau!" "Kenapa? Kamu takut? Kalau takut kan bisa berdua sama aku naiknya," tawar Gery memaksa. "Bukan karena takut, tapi aku nggak suka deket-deket sama binatang," jelas Aisha. "Oh, jadi gitu. Ya udah deh kita tetap naik tapi jalan kaki aja ya?" Gery menawarkan pilihan terakhir. "Oke. Tapi aku nggak janji ya bisa sampai atas apa tidak." "Oke. Oke. Sampai candi dua atau tiga aja juga nggak papa. Sekuat kamu aja. Tujuan kita kesini kan buat refreshing. Jadi kita harus menikmatinya," ujar Gery. "Oke. Ya udah ayo kita mulai," ajak Aisha. Mereka pun memulai kegiatan pendakian itu. Dan benar saja, mereka memutuskan untuk beristirahat di candi keempat sebelum akhirnya kembali turun. Setelah dari Candi Gedong Songo, mereka menuju ke Jimbaran. Surganya makan siang. Berderet-deret saung ikan bakar ada disana. Dan hebatnya, semua saung selalu nampak penuh di jam-jam makan siang saat weekend seperti ini. Setelah makan siang, mereka pun kini dalam perjalanan pulang. "Lho Ger, kamu lupa ya jalan pulang? Kok kita belok kesini?" tanya Aisha. "Aku nggak lagi hilang ingatan Ai. Ini itu masih Ashar. Kita belum selesai main," jawabnya. "Hmm, memangnya mau kemana lagi anak ganteng?" rajuk Aisha. "Idih. Emang bener kok kalau aku ganteng. Nggak usah dijelasin juga kali Ai," jawabnya sambil cekikikan. "Ya udah. Gery ganteng, manis, baik hati, kita mau kemana ini?" "We will see beauty," jawab Gery sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Aisha. "Oke deh nyerah aku," ucap Aisha pasrah sambil memajukan bibir nya, dibalas senyuman oleh Gery. Beberapa menit kemudian sampailah mereka di Pantai Marina. "Wow, Gery! Makasih ngajakin aku ke pantai. Aku suka sekali ke pantai Ger. Apalagi menghabiskan waktu melihat sunset," ujar Aisha bahagia. "Hmm, aku tahu itu." "Tahu? Tahu dari mana?" "Dari matamu Ai. Waktu kemarin di Okisaki saat kamu menawarkan tempat-tempat yang akan kita kunjungi. Itu semua tempat favorit kamu kan? Makanya aku mengajak kamu ke semua tempat yang kamu sebutkan kemarin," jelas Gery. "Segitunya ya kamu bisa membaca mataku?" tanya Aisha. "Ya begitulah," jawab Gery mengedikkan bahunya. Mereka pun menikmati suasana pantai sore itu. Mereka bermain ombak dan pasir, merasakan angin laut menyapa setiap inci kulit mereka. Mereka pun menikmati sunset sampai benar-benar tenggelam dan hari berganti malam. Setelah itu mereka sholat Maghrib di Mushola sebelum memutuskan untuk makan malam dan pulang ke kos. ********* Aisha, ada telpon dari ibumu," panggil mbak Siti, asisten rumah tangga kos itu saat Aisha tengah menonton televisi bersama teman-temannya di ruang televisi. Aisha pun menjawab telpon itu. "Halo, assalamualaikum ibu," sapa Aisha. ["Halo Ai. Ibu cuma mau ngabarin kalau besok pagi, ayah sama ibu akan datang ke pengadilan agama untuk sidang perceraian. Kamu fokus kuliah aja ya nak. Ya udah, kamu baik-baik aja disana ya."] ibunya pun menutup telponnya tanpa menunggu jawaban dari Aisha. Aisha diam mematung sejenak. Ia tidak mau teman-teman kosnya tahu tentang permasalahannya. Permasalahan rumah tangga kedua orang tuanya yang sempat mengubah kepribadiannya sampai ia kehilangan sahabat-sahabatnya. Beruntung waktu itu ia memiliki Andreas yang membantunya bangkit dari keterpurukan dan mendapatkan sahabat-sahabatnya kembali. Tak bisa menyembunyikan ekspresinya, Aisha pun keluar rumah. Dengan sisa suara yang dimilikinya, ia pamit kepada teman-temannya. "Teman-teman, aku ke tempat Gery dulu ya," pamitnya tanpa melihat teman-temannya sambil berlalu dan tidak menunggu jawaban dari mereka. Sesampainya di kos Gery, Aisha mengajak Gery keluar jalan-jalan. Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri jalanan belakang kampus Politeknik Ilmu Pelayaran yang remang-remang dan terkesan sepi. Suasana itu sedikit banyak bisa menyembunyikan ekspresi wajah Aisha. Tapi tidak dengan yang Gery lihat dan rasakan. Ia merasa ada yang aneh dengan Aisha. 'Pasti ia sedang dalam masalah, tapi tidak ingin membaginya dengan siapapun' batin Gery. "Ada yang ingin kamu bagi Ai? Kamu ada masalah? Kok diem aja?" tanya Gery yang sudah tidak sabar ingin membuka mulutnya sedari tadi. "Ah, nggak Ger. Aku hanya ingin jalan-jalan aja. Seperti ini," jawab Aisha sambil memandang Gery dan tersenyum. "Oke kalau gitu seperti ini ya?" tawar Gery seraya menggenggam kedua tangan Aisha erat, lalu kembali berjalan sambil menggandeng tangan Aisha. Mereka berjalan menyusuri jalan Airlangga yang sepi, sampai air mancur Undip. Mereka duduk-duduk sebentar di depan Bank Indonesia, lalu pulang memutar lewat jalan Hayam Wuruk yang sangat ramai. ******* Keesokan harinya sepulang kuliah, baru saja Aisha merebahkan tubuhnya di kasur, tiba-tiba mbak Siti teriak-teriak memanggil namanya. "Aisha, ada telpon!" "Iya mbak, sebentar aku turun," sahut Aisha dari lantai atas. Beberapa saat kemudian, Aisha sampai di lantai bawah dan menjawab telpon itu. "Halo dengan Aisha, ini siapa ya?" ["Assalamu'alaikum Aisha. Ini ibu nak. Ibu mau ngabarin kalau ayah dan ibu tidak jadi bercerai. Kami rujuk kembali. Ayahmu membatalkan sidang saat melihat kak Naura menangis. Sekarang kami sedang jalan-jalan di Matahari Mall Kudus. Besok ibu transfer kamu ya nak. Kita disini baik-baik aja. Kamu nggak usah khawatir. Tapi tadi semua om kamu, kak Andri, dan kak Ruby tampak marah dan kecewa dengan keputusan akhir pengadilan."] "Kak Ruby pulang bu?" tanya Aisha. ["Iya. Semalam sehabis ibu telpon, ia langsung membeli tiket dan pulang. Tiba pagi-pagi, langsung menyusul ke pengadilan."] "Oh, ya udah. Semoga ibu bahagia," do'a Aisha. ["Aamiin, ya udah ibu tutup telponnya ya nak."] "Iya bu," jawab Aisha. Entah apa yang Aisha rasakan. Harus sedih ataukah bahagia? Aisha paham sekali mengapa semua omnya, Ruby dan Andri marah dan kecewa. Karena harapan mereka agar ibunya dan anak-anaknya terlepas dari bayang-bayang ayahnya seketika sirna. *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD