Kos Baru

1568 Words
Kegiatan OSPEK yang berjalan selama lima hari itu pun telah usai. "Aisha, sabtu minggu kan kuliah kamu libur. Kamu jangan pulang kampung dulu ya. Nanti cici ajak muter-muter nyari kos," perintah Angeline. "Iya ci," jawab Aisha. Padahal dalam hatinya Aisha sangat rindu rumahnya di kampung. Tapi ia juga harus segera mendapatkan rumah kos sendiri agar tidak terus merepotkan Angeline. Hari Sabtu itu pun mereka keliling-keliling mencari tempat kos. Sebenarnya ada satu tempat kos kosong yang Angeline tahu dari teman kuliahnya, tapi ia tidak tega melepas Aisha kos di tempat itu. Pasalnya sang pemilik kosan adalah seorang perempuan tua yang sudah berumur setengah abad. Teman Angeline bilang beliau terlalu banyak aturan dan kaku. Tapi karena sedari tadi muter-muter tak juga menemukan satupun kamar kos yang kosong, maka Angeline mengajak Aisha mampir ke rumah kos yang ada di jalan Pleburan Tujuh itu. Setelah melihat kondisi tempat kos dan bertemu dengan sang pemilik rumah kos itu, Angeline pun memantapkan hatinya untuk tidak melepas Aisha kos di rumah itu. "Kamu sabar dulu ya Ai. Jangan buru-buru ambil keputusan. Nanti atau besok kita cari lagi. Cici nggak mau kamu kos ditempat itu. Kamu pasti bakalan tersiksa kalau tinggal disana," pesan Angeline saat mereka memutuskan beristirahat sambil makan soto di warung soto Bu Wied yang terletak di jalan Hayam Wuruk itu. "Iya ci, Aisha nurut sama cici aja," jawab Aisha, Angeline pun mengangguk-angguk. ************** Hari minggu pagi-pagi sekali Angeline pergi ke gereja. "Aisha, cici ke gereja dulu ya. Gereja cici jauh dari sini. Pulangnya agak siangan. Kamu bisa kan beli makan sendiri?" Tanya Angeline. "Bisa ci, beres. Aku kan harus latihan mandiri ci," jawab Aisha. "Ya harus itu. Semangat ya!" "Siap ci. Hati-hati ya ci," ucap Aisha pada Angeline yang beranjak pergi dari kamarnya. Angeline pun melambaikan tangannya tanpa menoleh. Sepulang dari gereja, Angeline membawa dua orang teman bermain ke kos. "Aisha, sini!" Panggil Angeline. "Iya ci, sebentar," jawab Aisha dari dalam kamar, lalu ia pun menghampiri Angeline di ruang tamu. "Kenalin temen gereja cici. Namanya Friska. Dan itu temannya sewaktu SMP, namanya Nur. Mereka ini satu kampung halaman lho sama kita. Dan mereka berdua satu angkatan sama kamu," ucap Angeline berusaha mengenalkan mereka. "Oh, gitu. Hai, aku Aisha. Senang kenalan sama kalian," sapa Aisha sambil menjabat tangan kedua gadis itu. "Hey, kamu Aisha anak SMU dua kan?" Tanya Nur. "Iya betul. Kamu kok kenal aku?" Tanya Aisha bingung. "Duh, sang bintang sekolah. Segitunya ya nggak kenal sama aku, anak yang biasa-biasa aja di sekolah," tukas Nur. "Tunggu-tunggu. Jadi kamu satu SMU sama aku?" Tanya Aisha tak percaya. "Iya. Kita satu angkatan. Aku IPS satu, kamu IPS dua. Kamu kan yang selalu rangking satu paralel di sekolah itu kan?" Tanya Nur memastikan. "Oh benarkah? Maaf kalau aku tidak mengenalimu. Iya kamu benar, aku yang selalu rangking satu paralel di IPS," jawab Aisha. Udah lah nggak papa. Yang penting sekarang kita kenal kan? Tapi bukannya kamu diterima PMDK di Undip atas ya? Kok kamu ada di sekitaran Undip bawah?" Tanya Nur. "Iya kita berteman sekarang. Masalah itu ceritanya panjang. Lain kali aku ceritain," jawab Aisha. "Oke. Jadi kamu kos disini sekarang?" Tanya Nur lagi. "Hehehe, aku numpang sama cici Angeline. Habis nya sampai sekarang aku nyari kos-kosan belum dapet," jawab Aisha cengengesan. "Jadi kamu belum dapet kosan? Hey Nur, di tempat kamu kemarin masih ada satu tempat kosong bukan?" Tanya Friska. "Iya. Di rumah kos aku masih ada satu tempat kosong. Kamu mau?" Tawar Nur. "Boleh boleh boleh. Tapi kita lihat dulu sebelum memutuskan," jawab Angeline. "Ya udah, kita lihat sekarang aja gimana?" Tawar Friska. "Emangnya tempatnya dimana?" Tanya Angeline. "Nggak jauh dari sini kok ci, sekitar belakang kosan ini aja. Tapi kalau dari sini kita lewat gang Wonodri Krajan yang di sebelah warteg," jawab Nur. "Yaudah kita jalan kaki aja berarti ya. Ayolah berangkat!" Ajak Angeline semangat. Kini mereka berempat berjalan menuju kos-kosan yang dimaksud. "Assalamualaikum," sapa Nur saat masuk kedalam rumah kos itu. "Waalaikumsalam," jawan ibu kos yang nampak masih muda itu. "Mah, ini temen SMA Nur. Mau lihat-lihat kamar kos yang masih kosong," ucap Nur kepada ibu kos yang memang menyuruh anak-anak kosnya untuk memanggilnya mamah. "Oh, gitu. Ya udah mari saya tunjukkan kamarnya," ucap ibu kos itu. "Di rumah ini kamar anak-anak kos ada di lantai atas semua. Anak-anak bisa menonton televisi di lantai bawah, bisa menerima tamu di ruang tamu atau di teras. Boleh memasak sendiri di dapur, tempat mencuci dan menjemur bajunya juga luas. Dan ya, kos-kosan ini baru dibuka tahun ajaran ini. Kebetulan mahasiswa yang kos di tempat ini semuanya angkatan 2001. Jadi akan lebih nyaman bagi kalian dalam bergaul nantinya," ibu kos itu menjelaskan panjang lebar. Setelah mereka melihat-lihat, mereka pun pulang. "Gimana Ai, kamu suka nggak tempatnya?" Tanya Angeline. "Suka banget ci, meski agak kecil tapi terasa nyaman. Apalagi yang kos di sana semua satu angkatan. Pasti akan seru nanti kalau kumpul," jawab Aisha. "Jadi keputusan kamu apa sekarang? Kalau kamu suka, cici dukung. Cici juga cocok sama tempatnya," ujar Angeline. "Aku ambil ya ci," jawab Aisha meminta persetujuan. "Ya udah. Jadi kita kembali lagi nih?" Tanya Angeline. "Begitu sepertinya lebih baik ci, daripada nanti disambar orang lain," jawab Aisha. "Ya udah kita kesana lagi bilang kalau jadi ambil," ajak Angeline. "Oke. Ayo," jawab Aisha. Lalu mereka pun kembali ke tempat kos itu. ************* Sore harinya Aisha langsung pindah ke kos barunya. Angeline dan Nur membantunya. Setelah beres-beres dan mandi lalu sholat Maghrib, mamah kos pun mengumpulkan semua anak kos di ruang televisi. "Selamat malam semuanya," sapa mamah kos. "Selamat malam mah," sapa mereka balik. "Hari ini kita kedatangan anggota baru. Ayo Aisha sini, perkenalkan diri kamu!" Perintah mamah kos. Aisha pun kini berdiri di hadapan semua anak kos dan seorang asisten rumah tangga. "Halo semuanya, nama aku Aisha. Aku kuliah di Program Studi Administrasi Niaga. Aku satu kampung halaman sama Nur," Aisha memperkenalkan dirinya. Kemudian mereka saling berjabat tangan dan menyebut nama masing-masing. ************ Keesokan paginya kegiatan pengenalan kehidupan kampus yang biasa disebut PEKIK tengah berjalan. Kegiatan ini masih serangkaian dengan masa orientasi mahasiswa baru. OSPEK kemarin lebih kepada kegiatan perpeloncoan dan kerjasama tim agar mengenal antar lintas jurusan dalam satu fakultas. Sedangkan PEKIK lebih kepada edukasi tentang pengenalan kehidupan kampus yang nyata. Berbagai organisasi kemahasiswaan dan Unit Kegiatan Mahasiswa dikenalkan disini. Ada BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), UKM keagamaan (HMI, KAMI, PMII), UKM Mapala, UKM Peduli Napza, dan banyak lagi. Setiap mahasiswa baru dipersilakan memilih untuk bergabung dengan UKM manapun sesuai minat masing-masing. ********* Sepulang dari kampus, Aisha nampak berjalan sendiri menyusuri jalanan di belakang kampus BPLP. Dari jalanan itu, terlihat jelas asrama anak-anak kampus BPLP. Mereka pun tak segan-segan berteriak-teriak menggoda siapapun gadis yang lewat di jalanan itu, termasuk Aisha. Tadi pagi saat Aisha berangkat ke kampus pun mereka juga menggoda Aisha. Kini Aisha sudah paham akan apa yang mereka lakukan. "Huh, dasar anak-anak asrama pelayaran kurang belaian kasih sayang," gumam Aisha sambil mengibas-ngibaskan tangannya sambil tersenyum geli. Mendengar suara anak-anak BPLP yang ramai sedang menggoda gadis, mata Gery pun mencari sosok gadis yang tengah mereka goda itu. Seperti tak percaya, ia melihat gadis itu seperti Aisha. "Lho, itu bukannya Aisha ya?" Gumam Gery. Ia pun mengucek-ucek matanya. "Oh iya. Tadi dia ke kampus pakai baju itu," lanjutnya. Setengah berlari dan melambaikan tangan, ia pun memanggil sang gadis. "Aisha! Aisha Ana! Tunggu!" Teriak Gery. Mendengar namanya disebut yang ia yakin suara itu bukan berasal dari asrama anak-anak BPLP, Aisha pun menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya. Kini ia melihat Gery berlari-lari ke arahnya sambil melambaikan tangan. Saat Gery sampai di hadapan Aisha, saat itu pula suara teriakan anak-anak BPLP berhenti menggoda Aisha. "Eh, Gery. Kamu kos di sekitar sini?" Tanya Aisha. "Iya. Kamu juga?" Tanya Gery balik. "Iya aku kos di sekitar sini. Masih agak jauh sih," jawab Aisha. "Kos aku juga masih agak jauh dari sini. Kalau gitu kita jalan sama-sama aja gimana?" Tawar Gery. "Tentu saja. Ayo!" Ajak Aisha. Kini mereka berjalan beriringan. Namun sampai Aisha hampir sampai di kosnya, Gery pun tetap bersamanya. "Kos kamu dimana Ger? Ini aku hampir sampai ke kos aku lho," Tanya Aisha. "Aku juga hampir sampai. Perempatan di depan itu belok kiri. Rumah kedua dari perempatan adalah rumah kos aku," jawab Gery. "Oh ya? Jadi kos kita deketan nih?" Ujar Aisha. "Emangnya kos kamu sebelah mana?" Tanya Gery. "Kalau kamu belok kiri, aku belok kanan dari perempatan itu. Kos aku di belakang rumah yang memanjang berwarna putih itu," jawab Aisha. "Hmm, boleh aku ikut? Untuk memastikan aja. Biar kalau kapan-kapan aku ada perlu sama kamu, aku bisa nyamperin kamu di kos," Gery meminta izin. "Ya boleh lah. Ayo!" Ajak Aisha. Kini mereka menuju ke kos Aisha. Beberapa saat kemudian sampailah mereka di kos itu. "Mau masuk dulu?" Tawar Aisha. "Nggak usah Ai, lain kali aja. Yang penting aku udah tahu tempat kos kamu," jawab Gery. "Oke, baiklah." "Ya udah aku pulang dulu ya. Dagh," Gery pun beranjak dari tempat itu sambil melambaikan tangan kepada Aisha. Aisha pun membalas lambaian tangan Gery sambil tersenyum. Sejak hari itu mereka sering berangkat dan pulang bersama. Dan dari situ Aisha tahu kalau Gery tidak berani menyeberang. Padahal lalu lintas di depan Masjid Diponegoro tidaklah terlalu ramai. Aisha pun dengan santai membiasakan diri menggenggam tangan Gery, menggandengnya setiap kali akan menyeberang jalan. Awalnya Gery agak marah karena merasa gengsi. Tapi Aisha mencoba memberi pengertian. ************
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD