Part 2. OSPEK

1714 Words
Hari minggu pun tiba. Cici Angeline dan seorang sopir menjemput Aisha di rumahnya. Aisha membawa dua koper besar dan sebuah tape recorder baru. Setelah berpamitan, kini mereka melakukan perjalanan menuju kota Semarang. "Aisha, kos cici agak jauh lho dari kampus. Tapi cici betah tinggal disana. Satu rumah isinya cuma anak-anak kos, yang punya kos tinggal di seberang jalan. Jadi kamu nggak usah sungkan nanti. Temen-temen cici juga baik-baik kok," ujar Angeline. "Iya ci, makasih," jawab Aisha. Setelah melakukan perjalanan selama dua setengah jam, kini mereka tiba di rumah kos Angeline. Rumah kos itu terletak di pinggir jalan raya Wonodri Krajan yang sangat dekat dengan Pasaraya Sri Ratu Peterongan. "Ayo masuk," ajak Angeline setelah mereka menurunkan bawaan Aisha. "Iya ci," jawab Aisha. Angeline membantu Aisha membawa masuk barang bawaan Aisha. "Sore semuanya!" Sapa Angeline saat memasuki pintu kos yang terbuka itu. "Selamat sore cici Angeline. Ayo kenalkan adiknya sama kami!" Teriak salah satu diantara mereka. Pasalnya Angeline telah mengabari anak-anak kos kalau ia akan pulang membawa kerabatnya untuk tinggal sementara bersamanya. "Oke, oke, santai. Ngumpul disini semuanya!" Angeline memerintah mereka. Ya, Angeline adalah mahasiswa tingkat akhir di sini, jadi bagi mereka Angeline adalah senior yang wajib dihormati. Mereka pun berkumpul di ruang keluarga rumah kos itu. "Kenalin ini namanya Aisha. Dia anak sahabat papi dan mami aku. Aisha mulai kuliah tahun ajaran ini di FISIP ANI. Karena dia belum mendapatkan rumah kos, untuk sementara dia akan tinggal disini, di kamar aku. Apa ada yang keberatan?" Tanyanya. "Nggak ci, kami malah seneng kosan tambah rame," jawab salah satu dari mereka, dijawab anggukan oleh yang lainnya. Kemudian mereka saling berkenalan. Saling menjabat tangan dan menyebut nama. Setelah acara perkenalan selesai, kini Angeline mengajak Aisha ke kamarnya. "Ini dia kamar kita. Kamu mandi dulu sana, udah sore! Kamar mandinya di belakang dekat dapur ya," perintah Angeline. "Tapi aku mau telpon ibu dulu ci. Nanti ibu khawatir. Wartel terdekat dari sini dimana ya ci?" Tanya Aisha. "Kamu telpon pakai ponsel aku aja!" Perintah Angeline. "Jangan ci, pulsanya kan mahal. Aku telpon pakai wartel aja ci," bantah Aisha. "Ya udah kalau itu mau kamu. Wartel ada di seberang jalan persis di depan kos kita," ucap Angeline. "Ya udah aku ke wartel dulu ya ci. Habis itu aku mandi," ucap Aisha. "Hati-hati nyebrangnya. Jalanan di depan kos sangat ramai," pesan Angeline. "Iya ci. Makasih udah di ingetin," jawab Aisha sambil berlalu. Aisha menelpon ibunya untuk mengabari bahwa ia baik-baik saja. Ia juga memberi tahu bahwa Angeline dan teman-teman kosnya sangat baik padanya. Setelah mandi, Aisha sholat dan makan malam bersama Angeline di warung dekat kos mereka. Setelah itu mereka bercengkrama bersama anak-anak kos yang lain. "Ci, Aisha tidur dulu ya. Udah ngantuk banget nih. Besok juga berangkat pagi ke kampus buat OSPEK," pamit Aisha. "Ya udah tidur sana. Besok cici anterin berangkatnya," perintah Angeline. "Tapi kan katanya berangkatnya nggak boleh dianterin ci. Harus jalan kaki. Nanti kalau ketahuan bisa dihukum," tukas Aisha. "Udah kamu percaya aja ama cici. Nggak bakalan ketahuan. Ntar cici turunin kamu di fakultas hukum, sebelum FISIP. Dari situ kamu baru jalan kaki. Cici nggak mau kamu kecapekan jalan dari sini kesana. Lagian kalau kesasar gimana?" Ujar Angeline. "Ya udah Aisha nurut aja deh. Cici kan senior. Pasti lebih berpengalaman dari Aisha," ucap Aisha. "Nah gitu dong. Ya udah sana buruan bobok." "Oke ci," Aisha pun meninggalkan Angeline yang masih betah menonton televisi dan mengobrol bersama teman-teman kosnya yang lain. **************** Jam enam pagi Aisha sudah berangkat ke kampus diantar Angeline. Ini adalah hari pertamanya OSPEK. "Nganternya sampai sini aja. Nanti sore cici jemput di depan Koperasi Kosuma ya. Udah tahu kan koperasi Kosuma dimana?" Tanya Angeline saat menurunkan Aisha di dekat gerbang parkiran fakultas hukum. "Iya ci, aku udah tahu. Yang di ujung jalan sana kan? Dekat parkiran yang dekat Auditorium?" Jawab Aisha bertanya balik. "Betul. Ya udah cici pulang dulu. Kamu bisa lewat parkiran ini, di boulevard depan sana itu kamu belok kiri. Dari situ udah terlihat auditoriumnya," pesan Angeline. "Oke ci, aku paham. Makasih ci, hati-hati di jalan." "Oke," jawab Angeline sambil berlalu. Aisha melihat ke arah jam tangannya. Ia pun bergegas melangkahkan kakinya ke auditorium. Dengan nafas terengah-engah kini Aisha sampai di sayap kanan auditorium itu. Ia beruntung tidak terlambat. "Halo, kenalin nama aku Gery. Program Studi Sarjana Reguler Administrasi Niaga. Aku dari Jakarta," sapa seseorang memperkenalkan dirinya kepada Aisha. "Halo juga. Nama aku Aisha. Wah, kita di jurusan yang sama. Aku dari Jawa Tengah aja," jawab Aisha sambil tersenyum. "Wah, senangnya ketemu teman satu kelas. Kamu mau kan jadi teman pertama aku?" Tanya Gery. "Of course, with pleasure," jawab Aisha sambil memberikan senyum manisnya. Tak berapa lama, di depan mereka tampak seorang gadis yang tengah kerepotan merapikan seragam dan barang bawaannya. Perawakannya kearab-araban. Ia pun mendekati Aisha dan menyapanya. "Hai, kenalin. Nama aku Muna. Aku asli Semarang. Aku ambil Program Studi Sarjana Reguler Administrasi Niaga," sapa gadis itu. "Hai Muna. Ternyata kita di jurusan yang sama. Dan ini Gery, kita semua satu kelas," Aisha menyapa balik. "Oh ya? Beruntung sekali aku. Langsung mendapat teman baru yang satu kelas," ujar Muna bahagia. "Teet...teet...teet….," tiba-tiba terdengar suara bel yang amat keras dari dalam area auditorium dilanjut suara menginterupsi dari dalam sana. "Kepada adik-adik FISIP angkatan 2001 yang akan melakukan kegiatan OSPEK, kami tunggu dalam satu menit untuk berbaris rapi di dalam auditorium!" Mendengar interupsi itu, mereka pun bergegas memasuki auditorium. Pada OSPEK hari pertama itu, mahasiswa baru dipecah menjadi kelompok-kelompok secara acak. Setiap kelompok terdiri dari sepuluh orang anggota. Beruntung Aisha, Gery, dan Muna berada dalam satu kelompok yang sama. Kini setiap mahasiswa sudah berbaris rapi bersama dalam kelompoknya masing-masing. "Oke. Sekarang kalian sudah mendapatkan kelompok kalian masing-masing. Nanti kakak kasih kalian tugas untuk dikerjakan bersama. Ada juga tugas yang harus kalian bawa untuk kegiatan OSPEK esok hari. Kesalahan satu orang anggota harus ditanggung oleh seluruh anggota dalam satu kelompok. Maka kerjasama dalam tim sangatlah diperlukan. Kalian paham?" Tanya seorang senior yang ternyata ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) fakultas itu. "Paham kak," jawab seluruh mahasiswa baru itu serempak. "Baik. Sekarang kami beri kalian waktu untuk saling mengenal setiap anggota dalam kelompok kalian masing-masing. Kalian bisa mengambil tempat di sepanjang sayap kanan atau sayap kiri auditorium, melingkar dalam kelompok kalian masing-masing. Kalian harus menentukan ketua kelompok untuk kelompok kalian masing-masing. Kalian juga diizinkan Sholat Dzuhur bagi yang menunaikan secara bergantian. Nanti setelah kami interupsi untuk kembali, ketua kelompok akan berada di barisan paling depan untuk setiap kelompoknya. Kerjakan!" Perintah ketua BEM fakultas itu. Setelah melakukan tugas yang diperintahkan, kini mereka kembali berbaris di dalam auditorium. Kakak-kakak senior mereka membagikan nasi bungkus lengkap dengan sendok dan air mineral kepada masing-masing ketua kelompok untuk dibagikan kepada setiap anggotanya. "Apakah semua sudah mendapatkan jatah nasi, sendok, dan air mineral?" Tanya seorang senior. "Sudah kak!" Jawab mereka serempak. "Baiklah. Sekarang membentuk lingkaran dalam setiap kelompok. Silahkan makan siang tanpa berisik, dan harus habis tanpa sisa. Yang menyisakan makanan dan minuman, akan kami hukum. Ingat, kesalahan satu orang anggota adalah kesalahan semua orang dalam satu kelompok. Kerjakan!" Perintah senior yang lain. Beruntung kali ini kelompok Aisha selamat dari hukuman. Setelah acara makan siang itu, mereka kembali dikumpulkan di sayap kanan dan kiri auditorium bersama kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok diberi selembar kertas yang berisi syarat-syarat yang harus mereka siapkan untuk dibawa esok pagi. Mereka pun membicarakan bagaimana untuk mendapatkan semua hal aneh yang kakak-kakak senior mereka minta. Beruntung dalam kelompok mereka ada tiga orang anak asli Semarang. Dan mereka dengan suka rela membagi tugas untuk membawa semua syarat yang harus mereka bawa esok pagi. ************ OSPEK hari kedua tidak lagi terlalu menegangkan bagi Aisha. Setidaknya ia sudah paham lokasi dan sudah punya teman. Sebelum acara dimulai, Aisha bersama kelompoknya nampak berkumpul. "Bagaimana? Apa semua syarat yang harus dibawa pagi ini sudah komplit?" Tanya Gery khawatir pada ketua kelompoknya. "Ayo kita cek sama-sama," jawab ketua kelompok mereka. Mereka pun mengumpulkan semua barang yang mereka bawa dan mencocokkannya dengan daftar yang diberikan oleh senior mereka kemarin. "Lho, ini kok ada ketela pohon yang digoreng?" Tanya Aisha bingung. "Ya ini kan ada dalam daftar yang diberi kemarin," jawab Bimo anak asli Semarang yang membawa barang itu. "Masa sih?" Tanya Aisha lagi. "Nih lihat. Disini ditulis blanggem, panjang tujuh centimeter, diameter lima centimeter, sebanyak sepuluh biji," Bimo menjelaskan. "Emangnya ini disini namanya blanggem?" Tanya Aisha heran sambil menunjuk ketela pohon yang digoreng itu. "Iya. Emang kamu pikir apa?" Tanya Bimo tak mengerti. "Kalau di daerah tempat tinggal aku, blanggem itu ketela pohon yang diparut ditambah kelapa parut, terus dibulet-buletin, dikasih isian gula merah, lalu digoreng," Aisha menjelaskan. "Oh, begitu. Beda daerah beda nama ya," Ucap Bimo sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. "Kalau tidak ada kalian, aku pasti salah bawa dan di hukum ini," ucap Aisha, dan mereka pun tertawa bersama. ********** OSPEK hari ketiga mereka mendapat tugas membawa minuman di dalam botol aqua sebanyak lima ratus mililiter. Padahal botol aqua dimana-mana isinya enam ratus mililiter. Itu artinya mereka harus mengurangi air di dalam botol itu sebanyak seratus mililiter atau seperenam bagian. Dan air yang dibawa harus berwarna oranye sesuai dengan simbol fakultas mereka yang berwarna oranye. Mereka pun mencampurkan apa saja agar minuman itu berubah warna menjadi oranye. Mereka pun memasukkan air minum itu kedalam tas selempang masing-masing yang khusus dibuat untuk kegiatan OSPEK. Kini tiba saatnya bagi mereka untuk mengeluarkan botol minuman itu dari dalam tas mereka. Tapi alangkah terkejutnya mereka saat mendapati botol minuman yang mereka pegang kini berubah warna. Mereka kini tahu, semua adalah fatamorgana. Cahaya ruangan di dalam auditorium yang membuat minuman mereka kini berubah warna. Hampir sembilan puluh persen mahasiswa baru itu melakukan kesalahan yang sama. Alhasil, mereka pun dihukum secara masal. Ternyata untuk mendapatkan minuman berwarna oranye saat didalam ruangan auditorium, minuman tersebut harus berwarna merah saat di luar ruangan, dan kuncinya adalah penambahan minuman bersoda bertuliskan Fanta yang berwarna merah. Sedangkan sepuluh persen mahasiswa yang lolos dari hukuman adalah mereka yang punya koneksi dengan para senior. Setelah menyelesaikan hukuman mereka, kini mereka disuruh menghabiskan air minum yang mereka bawa itu. Beruntung mereka hanya menambahkan bahan-bahan yang aman kedalam minuman mereka. Bayangkan jika mereka menambahkan bahan-bahan lain untuk mendapatkan warna oranye tersebut, bisa sakit perut lah mereka. ****************
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD