Perjalanan Annisa 1 : The Beginning
Nama gadis itu Annisa, usianya 18 tahun.
Ia adalah anak dari sebuah keluarga kaya raya. Annisa memiliki saudara kembar bernama Adam, mereka lahir di saat bersamaan. Namun, karena Annisa lahir 5 menit lebih dulu ketimbang Adam, maka Annisa dipanggil sebagai kakak dan Adam sebagai adiknya. Annisa adalah seorang remaja berparas cantik, rambutnya
berwarna hitam sedikit pirang dengan model terurai ke belakang dengan poni pada bagian depannya. Wajahnya sangat manis, kulitnya putih, dan bentuk tubuhnya sangat ideal dengan tinggi 168 cm dan berat 50 kg. Banyak teman-teman cowoknya menaruh hati padanya, banyak dari mereka yang mencoba menembak Annisa namun selalu ditolak. Wajar saja sampai saat ini ia tidak mau berpacaran dengan alasan ingin fokus belajar. Saat ini Annisa bersekolah di salah satu Sekolah swasta favorit di daerahnya, sekolah yang sebagian besar siswanya adalah kaum elit menengah ke atas.
.
**
Waktu itu adalah jam istirahat, seperti biasa para siswa mulai berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin. Annisa dan sahabatnya, Putri, seperti biasa pergi ke kantin untuk jajan bakso favorit mereka. Sedikit bercerita mengenai Putri, ia adalah gadis keturunan eropa-pribumi. Ayahnya asli orang belanda sedangkan ibunya
adalah orang jawa, Tingginya 165 cm, sedikit lebih pendek daripada Annisa. Tubuhnya langsing, beratnya 45 kg, dan memiliki kulit yang putih bersih khas cewek blasteran Eropa. Wajahnya tidak kalah cantik dengan Annisa. Sama seperti Annisa, banyak anak cowok yang naksir padanya, tapi mereka berdua memilih untuk tidak berpacaran karena ingin fokus pada pelajaran. Karena kesamaan itulah Annisa memilih untuk berteman dengannya. Di samping itu, dibalik parasnya yang cantik Putri juga seorang yang sangat baik dan pintar. Kini, tak heran jika mereka berdua menjadi primadona di sekolah. Berkat kecantikannya, tidak ada satupun orang di sekolah yang tidak mengenal mereka. Setiap mereka lewat pasti ada saja mata lelaki yang melirik.
.
**
Seperti biasa, sesampainya di kantin Annisa langsung pergi memesan makanan sedangkan Putri mencari meja kosong untuk mereka tempati.
Tiba-tiba terdengar ribut-ribut dari kejauhan, keributan itu sontak menjadi perhatian beberapa orang yang lewat.
“woy, mana duit lu… Hari ini lu belom kasih setoran sama kita, mau main-main lu sama kita…??!” Ya, mereka adalah Pandu dan gerombolannya, anak paling bandel di sekolah. Siapa yang tidak kenal dengan gengnya? Gengnya begitu terkenal di sekolah ini. Mereka suka berbuat onar dan memalak anak-anak sekolah yang cupu. Sebut saja Jono, anak yang baru saja dipalaknya. Setiap hari dia menjadi langganan Pandu dan kawanannya untuk dipalak uang jajan setiap jam istirahat. Sebenarnya Pandu dan kawan-kawannya tidak membutuhkan uang-uang itu, secara siswa yang bersekolah disana rata-rata berasal dari golongan menengah keatas. Mereka melakukannya untuk kesenangan saja, Pandu ingin menunjukan bahwa kawanannya adalah yang paling berkuasa di sekolah ini. Tidak ada siswa lain yang berani berurusan dengannya, bahkan guru-guru pun sudah angkat tangan dengan kenakalan mereka.
Banyak siswa yang mengeluhkan perbuatan mereka kepada guru-guru, tetapi pihak sekolah tidak bisa berbuat banyak. Pandu, ketua geng berandalan itu adalah anak dari konglomerat pemilik sekolah itu. Para guru pun enggan untuk menegurnya apalagi memberinya hukuman karena takut posisinya sebagai guru terancam.
.
**
Annisa berjalan menyusuri kerumunan, mencari meja dimana Putri sudah menunggunya. Tangan kanannya membawa semangkok bakso yang telah ia pesan sedangkan tangan kirinya memegang es jeruk.
Saat ia melewati gerombolan Pandu yang sedang makan, tiba-tiba tangan Pandu menepuk pantat gadis itu. Sontak Annisa pun kaget, langkahnya terhenti. Disaat yang bersamaan terpecah gelak tawa dari Pandu dan teman-temannya.
“mantap juga pantat lo, hahaha…” ejek pandu diiringi tawa teman-temannya.
Annisa pun kesal dengan apa yang baru saja dialaminya, ia tidak pernah dilecehkan sedemikian rupa. Dengan emosi ia menyiram gelas berisi es jeruk yang ia pegang kepada Pandu. Kejadian itu sontak menjadi pusat perhatian seluruh
pengunjung kantin yang melihat.
Pandu kaget atas apa yang dialaminya, ia tidak menyangka gadis itu akan menyiramkan air padanya. Suasana yang tadinya dipenuhi gelak tawa mendadak menjadi hening mencekam. Pandu pun berdiri dari duduknya.
“heh, berani-berani nya lo nyiram gue! Lo gatau gue siapa? Hah!” tegasnya sambil mengacungkan jari ke wajah gadis itu.
“dasar cowok gatau diri, seenaknya aja lo pengang pantat gue! minum noh eh jeruk!” balas Annisa ketus. Ia tak terima dirinya dilecehkan begitu saja.
Pandu yang sudah disulut emosi pun
beranjak dari duduknya mendekati gadis itu seolah ingin memberi pelajaran kepadanya. Rekan-rekannya ikut berdiri mencoba menenangkan bos nya itu. Mereka menahan badan Pandu yang meronta ingin menggapai gadis itu.
Annisa pun berlalu meninggalkan Pandu mencari dimana Putri berada. ia tak ingin berurusan dengan kawanan berandal itu. Terdengar samar-samar Pandu memakinya dari kejauhan.
“awas lo ya, gua bikin lo nyesel berurusan sama gue…” teriak Pandu kesal. Annisa
yang juga kesal atas perbuatan Pandu
terus berjalan tanpa menghiraukannya.
.
**
“gila lo Sa! berani banget lo ngelawan Pandu” ujar Putri tak percaya setelah Annisa menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya.
“lah orang dia yang gatau diri, masa pantat gue di pegang sama dia. Dia kira gue cewek apaan?!” gerutunya kesal
“bahaya tau berurusan sama dia Sa... Yaudah lah, lupain aja. yuk ah balik ke kelas udah mau masuk nih” balas Putri mengalihkan. Mereka pun segera pergi menuju kelas setelah menghabiskan makanannya. Annisa tidak tahu bahwa apa yang baru saja ia lakukan akan menjadi malapetaka untuknya.
.
**
Siang itu adalah pelajaran olahraga, semua siswa termasuk Annisa berganti baju olahraga dan segera menuju ke lapangan. Pelajaran olahraga berlangsung dari siang hingga sore hari. Setelah selesai anak-anak kembali ke kelas untuk berganti pakaian, namun beberapa dari mereka memilih untuk tetap menggunakan baju olahraga karena malas untuk berganti baju seragam.
“Put, baju gue mana yak? Perasaan tadi gua taroh disini deh” tanya Annisa bingung mencari-cari dimana baju seragamnya.
“alah, lo lupa kali narohnya, coba cari lagi” balas Putri
Saat sedang mencari di dalam tasnya, Annisa menemukan sebuah surat yang terselip diantara bukunya.
“Seragam lo ada di gue. kalo lo mau seragam lu balik dateng sendirian ke Lab Fisika pas jam sekolah selesai. -P” isi surat itu
“Sial, ini pasti kerjaan Pandu” umpat Annisa dalam hati
“gimana? Nemu gak baju lo sa? Tanya Putri
“Oiya, gua baru inget kan tadi baju gua udah gua taroh mobil hehe...” balas Annisa
berbohong kepada sahabatnya itu
Tanpa terasa tibalah waktu pulang sekolah. Bunyi bel akhir disambut dengan berhamburannya para siswa keluar kelas. Biasanya sahabat itu segera bergegas meninggalkan kelas bersama, namun kali ini Annisa harus tinggal untuk menyelesaikan “masalah”nya.
“Put, lu duluan aja deh, gua mau ngerjain sesuatu dulu...” ujar Annisa kepada sahabatnya itu
“gapapa nih?” balas Putri yang sedang merapihkan isi tasnya
“iya gapapa… lo ada les juga kan abis ini? duluan gih biar ga telat” balas Annisa meyakinkan
“okelah kalo gitu by babe...” balas Putri sambil memberikan kiss bye kepada sahabatnya itu dan bergegas meninggalkan kelas. Sekarang tinggal Annisa sendirian di kelas. Teman-temannya yang lain sudah terlebih dahulu meninggalkan kelas
.
“oke, gua harus ambil baju gua dari Pandu sialan itu…” keluhnya dalam hati
.
**
Sore itu keadaan sekolah sudah sangat
sepi, hampir semua anak-anak sudah pulang menuju Rumah mereka masing-masing. Namun tidak bagi Annisa, ia harus menuju Lab Fisika tempat yang sudah Pandu janjikan kepadanya. Tak perlu waktu lama bagi Annisa untuk tiba di lantai 3 tempat Lab fisika berada. Setelah mengumpulkan cukup keberanian masuklah ia ke dalam sesuai dengan perintah yang diberikan oleh Pandu. Disana sudah munggu Pandu dan kedua teman gengnya, Gilang dan Angga.
“Pandu, mana seragam gue? Please Pandu balikin seragam gue…” pinta Annisa dengan nada sedikit tinggi
“Lo mau ini?” kata Pandu sambil melambaikan seragamnya
Sini ambil kalo lo bisa hahaha…” lanjutnya
Annisa pun bergerak mendekat untuk mengambil seragamnya. Dengan sigap Pandu mengoper seragam Annisa kepada temannya yang lain, begitupun ketika Annisa menghampiri si pemegang baju, mereka pengopernya kepada yang lain. Mereka pun tertawa melihat usaha Annisa yang sia-sia, ia dipermainkan seolah-olah sedang bermain kucing-kucingan.
Tiba-tiba Pandu jongkok dan menarik celana training Annisa yang sedang berdiri di depannya. Annisa pun sontak kaget dan mundur membenarkan training nya yang telah melorot itu.
“mulus juga paha lo sa” ejek Pandu diiringi tawa teman-temannya.
“please gua mau pulang, balikin seragam gue… Please” mohon Annisa.
“gimana kalo kita tukeran? Gua serahin seragam lu, tapi lu serahin baju olahraga yang lu pake?” ujar Pandu
“apa-apaan? Kan itu juga baju gue. Sini cepet Pandu baliki baju gue... plisss” mohon Annisa tak terima.
“tenang aja, nanti baju olahraga lo gua balikin besoknya. Gimana? Kalo lo gak mau seragam ini bakal gue buang… hahahaha”
Annisa tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimana pun ia harus mendapatkan seragamnya kembali. Ia pun menyerah. Seragam itu adalah seragam yang baru ia beli minggu lalu. Sebenarnya ia bisa saja membeli seragam baru, secara ia adalah orang yang kaya. Tatapi membeli seragam di sekolahnya membutuhkan waktu yang sangat lama, secara pihak sekolah hanya memproduksi seragam satu kali setiap bulannya dan itupun berdasarkan pesanan yang harus dipesan di bulan sebelumnya. Selain pihak sekolah cukup ketat untuk masalah kerapihan dalam berpakaian, “Mau pakai apa ia ke sekolah nanti?” batinnya. Ia pasti akan dihukum bila ke sekolah tidak mengenakan seragam yang seharusnya. Ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan Pandu.
“ta… tapi gimana cara gue kasih baju olahraganya? Kan bajunya lagi gua pake” balas Annisa memelas.
“ya lo buka disini lah! hahaha… tenang aja gua gabakal macem-macem, lagian juga disini cuma ada kita ber-empat, gak bakal juga ada orang lain yang liat” balas Pandu.
Annisa pun pasrah, mau tak mau ia harus membuka bajunya dihadapan Pandu dan teman-temannya itu.
“ayo buka cepetan, jangan bengong doang...” seru Pandu memecah Pikiran Annisa yang membayangkan bahwa ia harus rela membuka bajunya dihadapan para lelaki brengsek itu. Tak seorang pun pernah melihatnya tanpa busana bahkan teman sesama wanitanya.
Annisa pun mulai membuka kaos olahraga nya perlahan. Tangannya terlihat gemetar. Ia tak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan. Terlihat perutnya yang rata dan putih mulus membuat Pandu dan kawannya tertegun dibuatnya.
Dengan mudahnya akhirnya Annisa melepas baju olahraganya, menyisakan bh berwarna putih yang menutupi payudara indahnya yang ranum, tidak begitu besar untuk ukuran anak seusianya, tapi terlihat padat dan berisi.
“suittt... suitt… mulus juga bodynya…” seru Angga. Annisa sangat malu mendengarnya, entah mengapa ia tak tau apakah ia sedang dipuji atau dilecehkan. Tangan kanannya memegang kaos olahraganya sementara tangan kirinya mencoba menutupi bagian dadanya yang indah itu.
“nih tuker baju seragam gue sama kaos olahraga ini” kata Annisa sambil menawarkan kaos olahraganya dengan gemetar ketakutan.
“eits, siapa bilang boleh tuker satu-satu. Langsung dua-duanya dong atasan sama bawahannya… hahahaha” balas Pandu.
Annisa dengan terpaksa mulai melepas celana training yang ia kenakan. Terlihat dengan jelas daerah kewanitaannya yang masih tertutup oleh celana dalam putihnya itu. Kakinya yang jenjang dan paha mulusnya yang mulus kini terlihat jelas. Sangat mudah baginya untuk menurunkan celana trainingnya itu. Kini hanya tinggal bh, celana dalam serta kaos kaki putih setinggi betis yang ia kenakan. Pemandangan indah itu membuat horny setiap pria yang melihatnya.
Dengan keadaan nyaris bugil Annisa pun berjalan perlahan kearah Pandu membawa baju dan celana olahraganya sambil menutupi tubuhnya yang indah itu.
Kini jarak mereka hanya tiga langkah. Pandu dan yang lainnya terdiam mematung, mereka dibuat terpesona oleh betapa indahnya penampakan gadis itu dari dekat. Payudaranya, perutnya, daerah kewanitaanya, ditambah parasnya yang cantik dan manis, “gadis itu sempurna.” Pikirnya
“sini mana seragam gue...” pinta Annisa dengan suara gemetar memecah keheningan, ia menunduk, ia tak berani menatap Pandu dan teman-temannya dengan keadaan setengah bugil tersebut.
Diulurkannya seragam Annisa oleh Pandu, begitu pula Annisa yang mengulurkan baju olahraganya dengan gemetar.
Tiba-tiba dengan sigap Gilang merebut baju olahraga Annisa dan Pandu menarik kembali seragamnya.
Annisa tidak menyangka apa yang baru saja terjadi, ia kaget dengan apa yang dilakukan oleh Gilang.
“please... please… balikin baju gue... kan lu udah janji… pliss… Pandu balikin... huhuhuu…” mohon Annisa yang mulai menangis.
“hahahaha…” mereka pun tertawa penuh kemenangan. Tangisan Annisa yang kian menjadi tidak mereka hiraukan.
“makanya jangan coba macem-macem sama gue…” ujar Pandu.
“Gilang, amanin nih baju ni cewek… Angga, Panggil yang lain masuk”
“siap bos”. Mereka bergegas melaksanakan perintah dari bosnya itu.
Angga langsung keluar ruangan untuk memanggil teman-temannya yang lain. Tidak lama kemudian ia kembali Bersama ke tujuh orang lainnya.
Bersambung…