CHAPTER 4

1608 Words
Aku dan Praja menyempatkan diri kami berdua untuk mencicipi ayam goreng tepung alias KFC versi lite di dekat sekolah. Ini kali pertamanya aku mencicipi jajanan ini karena di kantin tidak ada yang jual ayam goreng tepung ini, dan lagi bila di jam pulang sekolah, akan sangat ramai yang beli. Jadi demi menghindari keramaian dan saling senggol siku, aku pun pulang dengan damai dan menyingkirkan rasa penasaran akan rasa ayam ini. Harus aku akuin, aku tidak heran lagi kenapa ayam goreng tepung alias KFC versi lite ini bisa dikerumuni banyak orang, ternyata memang rasanya lumayan enak. Dari ujung mataku, aku dapat melihat Praja sedang memperhatikanku. Ada apa, sih? Memangnya ada yang aneh ya dari cara aku makan? Atau ada sisa makanan di sudut bibirku? Atau... "Ha?" Tanyaku, enggan mengeluarkan banyak kata, jadi cukup kata 'ha' saja sudah bisa mewakilkan pertanyaan untuk 'apa sih liat-liat?'. Aku dan Praja yang sudah sering berkomunikasi dan sudah mengerti gestur masing-masing pun mengerti apa yang aku pertanyakan. Dia menggelengkan kepalanya dan kembali memakan ayam goreng tepung ala KFC lite ini. Melihat itu, aku pun ikut menikmati kembali makananku. Sebenarnya aku masih belum habis pikir tentang aku yang bisa-bisanya telat karena kelakuan Praja dan Harry ini. Dan bisa-bisanya dia santai saja. Sekarang, kita seperti terdampar di kota kita sendiri, ingin pulang pun sepertinya malas, ingin pergi ke suatu tempat pun bingung ke mana. Aku segera menghabiskan makananku dan meraih botol minum yang selalu ku bawa setiap hari untuk mendehidrasi tubuhku. Aku adalah salah satu murid yang selalu membawa bekal air minum dan selalu berusaha memenuhi asupan mineral setiap harinya. Sebaliknya, Praja adalah orang yang sering lupa minum. Oleh karena itu, aku adalah alarm hidup Praja untuk minum. Beruntung sekali Praja bisa berteman dengan orang sepertiku. Tapi herannya, selama berbelas-belas tahun berteman, kebiasaanku yang positif ini tidak ada yang dia ikuti, maksudku... Bukankah kalau lama berteman dengan seseorang, maka kamu lama-lama akan menjadi seperti dia tanpa kamu sadari? Dari segi selera humor, kebiasaan sehari-hari, dan cara bicara. Tapi sayangnya, Praja sepertinya sulit sekali untuk mengikuti kebiasaan baik dariku. Bungkus plastik bening yang tadi sempat ku taruh di bangku plastik di sebelahku, kini ku raih kembali untuk ku buang. Aku menundanya karena aku menyempatkan diri untuk minum terlebih dahulu sebelum membuang bungkus plastiknya. Kini aku pun berdiri dari dudukku dan hendak bergegas ke tempat sampah saat Praja tiba-tiba menghentikanku dan menyodorkan plastik sampah bekasnya. "Tolong." Ucap Praja dengan santainya. Aku tidak menolaknya, aku hanya merampas plastik bekasnya dengan agak kasar tanpa berkata apa-apa. Setelah selesai membuangnya, aku kembali duduk di bangku yang tadi. Saat baru saja duduk, aku teringat bahwa Praja itu suka lupa minum, jadi aku pun menyodorkan botol air minumku dan menyuruhnya minum. Praja, yang tanpa mengucapkan apa-apa, pun meraih botol minumku dan minum. Tuh kan, dia memang beruntung sekali punya teman sepertiku karena aku selalu mengingatkannya untuk minum. Hal kecil seperti ini sebenarnya sangat penting karena dapat memperlancar saluran pencernaan. Kenapa begitu ? Karena dengan asupan air putih yang cukup dapat membantu lancarnya saluran pencernaan dalam bekerja, sehingga kesehatan tubuh tetap terjaga. Air melarutkan mineral, vitamin, glukosa dan zat gizi lainnya agar zat gizi terseut dapat dihantarkan ke setiap sel, sehingga sel dapat berfungsi dengan baik. Lalu seain itu, dapat juga empercepat proses penyembuhan ketika sakit. Setiap sel dalam tubuh Anda terdiri dari air. Ketika sedang terjangkit penyakit, sel-sel yang ada dalam tubuh kita akan bekerja secara otomatis untuk melawan bakteri, kuman atau sumber penyakit lainnya. Dengan konsumsi air putih yang cukup, proses melawan penyakit ini akan berlangsung dengan lebih lancar karena sel-sel dalam tubuh telah mendapatkan asupan air yang lebih banyak sehingga lebih mudah untuk melawan sumber penyakit tersebut. Sebaliknya, jika tubuh memiliki asupan air yang rendah, bisa-bisa yang terjadi adalah proses penyembuhan akan berlangsung lebih lama. Selain itu, air putih juga dapat mencegah terjadinya dehidrasi. Hal ini menjadi penting karena ketika hamil, ada resiko peningkatan menggumpalnya darah yang dapat memicu kontraksi pada rahim sehingga dapat berujung kepada persalinan yang prematur. Dengan banyak minum air putih, risiko ini dapat diminimalisir oleh para ibu hamil. Panjang sekali ya penjelasanku, ya pokoknya seperti itu. Itu poin-poin penting manfaat dari minum air putih. "Ke museum aja, yuk." Ajak Praja tiba-tiba. Aku menoleh ke arahnya, "Museum mana?" Tanyaku. Praja menggidikkan bahunya, ia masih menggenggam botol air minumku yang isinya sudah hampir habis. Lalu ia pun menutup tutup botolnya dan menyerahkannya kembali padaku. "Makasih." Ucapnya. Aku mengangguk dan memasukkan botol air minumku ke tempatnya seperti semula. Praja pernah bilang bahwa botol air minumku lucu karena ada gambar babinya. Botol air minumku memang berwarna pink muda, lalu ada bentuk babi di tutup botolnya dan ada gambar babi di tengah-tengah botolnya. Aku bilang, kalau begitu berarti Praja juga mengaku bahwa dia lucu. Lalu dia seperti berpikir lalu akhirnya mengerti sarkastik dariku, dia menjitak kepalaku lumayan keras dan bilang bahwa dia bukan babi. Tapi bagiku dia seperti babi, apalagi kalau sedang makan bakpao. Ya, walaupun aku belum pernah melihat babi sungguhan makan bakpao, sih. "Jadi mau ke museum mana?" Tanyaku lagi. "Museum wayang aja. yuk." Ajak Praja lagi. Aku terdiam. Boleh juga, sih. Tapi aku harus cari tahu dulu soal museum wayang. Aku pun meraih ponsel dari saku ku, setelah memasukkan password, aku langsung membuka google chrome untuk mencari tahu tentang museum wayang. Ternyata museum wayang ada di Kota Tua. Saat melihat reviewnya pun, aku tertarik. Sama seperti namanya, museum wayang menampilkan berbagai macam jenis wayang di seluruh Indonesia. "Museum Wayang Jakarta ini mungkin salah satu musium yang didedikasikan untuk orang jawa tentang dunia perdalangan wayang." tulis salah satu artikel dari Museumjakarta.com. "Namanya juga museum wayang tentunya museum ini memiliki berbagai macam jenis wayang baik jenis wayang indonesia dan berbagai macam koleksi wayang, boneka dari manca negara. Jika anda berkunjung ke museum ini anda akan mengenal dan melihat koleksi wayang kulit, wayang golek, koleksi wayang dan boneka dari negara negara tetangga seperti seperti Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam, Perancis, India dan Kamboja, termasuk juga koleksi set gamelan dan juga lukisan wayang. Selain koleksi tetnang perwayangan di dalam museum ini anda juga bisa melihat lihat koleksi piring sebagai tanda batu nisan Jan Pieterszoon Coen. dan juga sebuah teater wayang serta workshop tentang pembuatan wayangsecara berkala juga diselenggarakan di Museum ini." lanjut artikel tersebut. Wah kebetulan sekali. Aku juga tertarik dengan hal-hal berbau seperti ini. Praja yang duduk di hadapanku pun mencondongkan kepalanya dan menyosor untuk ikut melihat layar ponselku. Kepalanya dengan bebas menyundul keningku dan membuatku mengaduh sakit. Sedangkan ia hanya terkekeh dan tetap pada posisinya. "Emang nggak puyeng baca dengan tulisan terbalik?" Tanyaku karena ia membaca artikel yang sama di ponselku. "Pusing." Ucapnya, lalu meraih ponselku dan kembali membacanya. "Wayang. Wayang kulit, wayang golek, koleksi wayang dan boneka dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Siriname, Cina, Vietnam... wah banyak bener." Eja Praja. Aku mengangguk setuju, "Iya, seru kayaknya. Yaudah aku setuju ke museum Wayang." Ucapku. "Tapi bentar, Suriname tuh di mana dah?" Tanyanya lagi. "Republik Suriname." Kataku membenarkan pertanyaan Praja. "Republik Suriname itu dulunya bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda. Jadi, Republik Suriname itu adalah sebuah negara di Amerika Selatan yang merupakan bekas jajahan Belanda. Negara ini berbatasan dengan Guyana Prancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan berbatasan dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik." Lanjutku. Praja tercengan, ia baru setengah mengetik di kolom pencarian tentang negara Republik Suriname. "Kenapa kamu bisa hapal banget kayak gitu sampe tau letak-letaknya?" Tanya Praja. "Lupa dari mana, tapi ya aku inget kalo Republik Suriname itu kayak gitu." Jawabku sekenanya. Praja menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menyerahkan ponselku kembali. "Nggak. Nggak bisa. Nggak ikhlas aku kalo kamu punya otak pinter. Nggak bisa. Nggak adil." Ucapnya lagi. Sedangkan, aku hanya mengibas-kibaskan rambutku atas pujian tidak langsung yang diucapkan oleh Praja. Ya, kan? Secara tidak langsung, ia seperti memuji bahwa aku ini pintar. He he he. "Makasih loh pujiannya. Aku jadi enak. Sini puji lagi dong. Aku haus pujian, nih." Ucapku menggodanya. Praja melipat kedua tangannya di depan d**a sebagai bentuk protes, dan aku hanya tercengir senang. "Makanya banyakin baca. Jangan banyakin main game online aja. Emang dapet apa, sih, dari game online?" Tanyaku. "Dapat kesenangan." Katanya sembari melepas lipatan tangan di depan d**a. "Mendapat kesenangan, tapi membuang waktu yang berharga, yang mana waktu itu bisa dimanfaatin untuk hal-hal yang positif." "Hal-hal positif seperti...?" Tanya Praja. "Seperti bikin lagu baru. Itu juga termasuk hal positif kok. Yang sekiranya berguna aja buat kamu." "Kalo aku nggak enjoy gimana?" "Emang kamu nggak enjoy bikin lagu baru?" "Bukan, bukan itu. Maksud aku, kata kamu kan seharusnya aku menghabiskan waktu untuk hal-hal yang berguna. Nah, kalo misal hal berguna tersebut aku lakuin, tapi aku nggak enjoy, gimana?" "Contohnya?" Tanyaku. "Contoh, baca buku." "Nggak semua makanan rasanya manis." Jawabku. Praja mengkerutkan dahinya. Aku tau, pasti sebentar lagi dia bialng bahwa jawabanku tidak nyambung, "Nggak nyambung kamu. Orang lagi ngomongin apa, kok malah ke rasa makanan." Dengan sabar, aku pun berniat untuk menjelaskan arti dari jawabanku yang secara tidak langsung sebenarnya menjawab pertanyaannya. Praja nya saja yang tidak bisa menangkap arti di balik ucapan "Nggak semua makanan rasanya manis". "Maksud aku, nggak semua hal itu menyenangkan, pasti ada yang nggak menyenangkannya. Balik lagi. Itu berguna buat kamu, jadi ya itu pasti baik. Sama kayak sayuran, rasanya ya nggak enak, nggak seenak pas kamu makan cokelat. Tapi khasiatnya? Wah ya lebih bagus sayuran." Kataku menjelaskan. Praja melengos. Ia masih tidak mau menerima penjelasanku. Ia masih bersi kukuh bahwa ia tidak mau membaca. Intinya sepertinya itu. Jadi, ya sudah lah. Aku pun berdiri dari dudukku dan mengajak Praja untuk segera berangkat ke museum wayang. "Ayo." Ajakku. Praja pun berdiri dengan semangat, ia memakai kembali jaket jeansnya dan menggandeng tanganku. Sementara, aku santai saja walaupun ia memperlakukanku seperti adik kecilnya yang baru bisa berjalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD