BAB 2

547 Words
DIMAS POV Aku sangat bimbang ketika Laras memintaku untuk menikahinya. Sedangkan aku tidak mencintainya. " Mas, kamu ingat wasiat terakhir ibumu yang menginginkan kamu untuk menikahiku" " Aku tau Laras tetapi aku tidak ingin mengkhianati istriku" " Kalau kamu ingin memperbaiki semua kesalahanmu, seharusnya kamu turuti permintaan ibumu. Selama ini aku yang merawat ibumu sedangkan kamu pergi meninggalkannya" Apa yang dikatakan Laras memang benar. Selama ini aku meninggalkan ibu dan tidak pernah merawatnya saat ia jatuh sakit. Aku merasa berdosa terhadap ibu. " Sebaiknya kita bicarakan nanti. Sekarang aku ingin berbicara berdua dengan istriku" " Pertimbangkan semua perkataanku. Ingatlah semua pengorbananku yang selama ini merawat ibumu" Aku memikirkan semua perkataan Laras. Rasanya aku tidak sanggup menanggung beban sebesar ini. *** DIMAS POV Saat aku bertemu Dewi, dia sedang menyiapkan makanan di meja. Aku melihat dia sangat kelelahan karena seharian membersihkan rumah ibuku. " Mas darimana? Aku seharian membersihkan rumah ibu. Ayo kita makan siang" " Dewi, ada yang mau aku bicarakan" " Mas mau bicara apa?" " Ini soal wasiat terakhir dari ibu. Ibu menginginkan aku menikahi Laras dan rasanya aku merasa bersalah jika aku tidak menjalankan wasiat dari ibu" " Mas! Aku ga mau di madu! Lebih baik kamu ceraikan aku!" " Dewi, jangan berkata seperti itu! Aku tidak ingin kita bercerai" " Aku tau Laras bukan wanita yang baik. Dia sengaja memanfaatkan situasi supaya mas mau menikahi dia" " Mas tau tapi mas harus menjalankan wasiat dari ibu. Mas tidak mau menyesal seumur hidup karena tidak menjalankan wasiat dari ibu" " Ya sudah, sebaiknya kita makan siang. Aku sangat lapar" Setelah selesai makan siang, tiba - tiba Laras datang ke rumah ibuku dan dia membawa kedua orang tuanya. Aku sangat terkejut dengan kehadiran mereka. " Mas, aku sengaja membawa orang tua ku kesini untuk membahas pernikahan kita" " Iya nak Dimas, ibu dan bapak tidak sabar ingin segera menikahkan kalian" " Mohon maaf sebelumnya, tetapi saya sudah beristri" " Kami tau dan kami tidak mempermasalahkannya karena Laras bersedia untuk di madu" Tiba - tiba Dewi menuju ke ruang tamu dan dia berteriak di depan orang tua Laras. " Apa bapak dan ibu tidak memikirkan perasaan saya?! Saya istri sah Dimas. Anda tidak bisa seenaknya menikahkan Laras dengan suami saya!" " Dewi! Jaga omonganmu!" " Kenapa mas lebih membela mereka daripada aku?! Aku ini istri mas!" " Lebih baik kamu masuk ke dalam kamar!" Dewi terlihat sangat marah dan ia menangis histeris. Rasanya aku tidak tega melihat istriku menangis. " Maafkan kami, nak Dimas. Sepertinya istrimu tidak setuju jika kamu menikah dengan Laras" " Maafkan istri saya. Dia sebenarnya tidak ada maksud menyinggung ibu dan bapak" " Ibu dan bapak mengerti perasaan istri nak Dimas. Kami tidak ingin memaksa nak Dimas untuk menikahi Laras jika Dewi tidak setuju" " Laras ga setuju! Laras ingin menikah dengan Dimas" " Laras! Jaga sikapmu! Apa kamu tidak lihat jika Dewi tidak setuju melihat Dimas menikahimu!" " Tapi ibu Dimas menginginkan Laras menikah dengan Dimas" " Mohon maaf, sepertinya kita bisa membahas masalah ini di lain hari karena saya ada urusan penting" " Baiklah kalau begitu, ibu dan bapak pamit dulu. Sampaikan permohonan maaf kami kepada istrimu" " Iya nanti saya sampaikan" Laras terlihat kecewa dan ia ikut pergi bersama orang tuanya. Aku berharap Dewi bisa mengerti keadaanku saat ini            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD