04 - Terluka - √

2065 Words
1 Bulan sudah berlalu sejak Brian dan Brianna pertama kali bertemu. Sejak saat itu keduanya tidak pernah lagi bertemu, mengingat Brian tidak pernah lagi berkunjung ke kediaman kedua orang Duke dan Brianna untuk membahas masalah pekerjaannya dengan Duke. Jangankan bertemu dengan Brianna, terakhir bertemu dengan Duke saja ya saat Brian mengunjungi kediaman Duke, sejak saat itu mereka tidak pernah lagi bertemu. Duke sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis, itulah salah satu alasan kenapa mereka tidak pernah bertemu. Hari ini Brian ingin sekali bertemu dengan Duke karena ada masalah penting yang harus mereka bahas, tapi Brian memutuskan untuk bertemu dengan Duke di restoran yang memang sudah biasa menjadi tempat pertemuan mereka mengingat posisinya yang strategis. Begitu Brian menghubungi Duke, Brian malah mendapat kabar kalau Duke sedang berada di luar negeri untuk urusan bisnis, karena itulah yang akan menggantikan Duke untuk bertemu dengan Brian adalah Sekretaris Duke dan Brian tentu saja menolak. Brian ingin bertemu dengan Duke secara langsung, bukan dengan sekretarisnya. Tapi Duke mengatakan pada Brian kalau sekretarisnya memang sangat tahu dengan detail tentang proyek yang sedang mereka lakukan, jadi Brian juga bisa membicarkan masalah tersebut pada sekretarisnya. Akhirnya Brian tak bisa menolak, setuju untuk bertemu dengan Sekretaris Duke. Sepertinya Duke sangat mempercayai Sekretarisnya sampai-sampai Duke berani menyerahkan proyek fantastis yang sedang mereka kerjakan pada sang sekretaris. Brian dan sekretarisnya sudah sampai terlebih dahulu di restoran yang akan menjadi tempatnya bertemu dengan orang utusan Duke. Keduanya memilih duduk dekat dengan pintu masuk agar orang yang akan datang untuk bertemu dengan mereka bisa dengan mudah melihat mereka. Sejak tadi fokus Brian terus tertuju pada pintu restoran, menunggu dengan harap-harap cemas. Siapa sebenarnya Sekretaris yang Duke kirim untuk menemuinya? Apa Brian mengenalnya? Apa ia pernah pernah bertemu dengan orang tersebut? Itulah beberapa pertanyaan yang kini ada dalam benak Brian. Brian tahu kalau Duke mempunyai lebih dari 2 sekretaris karena itulah ia sangat cemas dan gelisah. Brian sendiri tidak tahu kenapa ia harus merasa cemas dan juga gelisah, karena perasaan itulah sejak tadi ia tidak sekalipun mengalihkan pandangannya dari pintu restoran. Begitu Brian melihat seorang perempuan yang jelas sangat ia kenal memasuki restoran, Brian bisa merasakan jantungnya yang kini berdetak dengan sangat cepat, dan bukan hanya itu, ia juga merasa nafasnya terhenti untuk sepersekian detik. Tubuh Brian seketika menegang begitu ia bisa melihat dengan jelas siapa sekretaris yang Duke kirim untuk menemuinya. Sekretaris yang Duke kirim adalah Brianna. Ya, Brian sama sekali tidak salah lihat, orang Duke kirim untuk menemuinya hari ini memang Brianna. Perempuan yang sangat ingin sekali Brian hindari. Sosok perempuan yang selama hampir 1 bulan ini selalu menari-nari dalam pikiran Brian. Perempuan yang sudah membuat Brian tidak bisa tidur dengan tenang, dan juga membuat konsentrasi Brian dalam bekerja menjadi buruk. "Maaf karena saya datang terlambat," ujar Brianna seraya sedikit menunduk untuk menyapa Brian dan juga Sekretarisnya. "Tidak apa-apa, silakan duduk," Sekretaris Brian yang bernama Adeline akhirnya bersuara karena sejak tadi Brian hanya diam, membuat Adeline berinisiatif untuk mempersilahkan orang yang dirinya dan Brian tunggu untuk duduk tepat di hadapan mereka, lebih tepatnya di hadapan Brian. Brianna tersenyum lalu mengulurkan tangan kanannya pada Brian. "Brianna Callista Addison, salah satu Sekretaris Mr Duke," ujar Brianna seraya mengulurkan tangannya pada Brian. Brian membalas uluran tangan Brianna sebagai bentuk sopan santun. Ingat! Brian sedang mencoba bersikap secara profesional, jika saja ia dan Brianna tidak sedang membahas masalah bisnis dan hanya berdua saja, pasti Brian akan memilih untuk tidak membalas uluran tangan Brianna, karena saat kulitnya dan kulit Brianna bersentuhan saat itulah Brian sadar kalau perempuan di hadapannya ini memberi pengaruh besar tubuhnya. Brianna juga memperkenalkan dirinya pada Sekretaris Brian, setelahnya, mereka mulai membahas masalah pekerjaan mereka. Pantas saja Duke mempercayai Sekretarisnya, ternyata Sekretarisnnya adalah adiknya sendiri. Duke memang benar, Brianna benar-benar mengerti dengan detail tentang proyek apa yang sedang Duke dan Brian kerjakan. Selama hampir 2 jam Brian dan Brianna membahas beberapa kendala yang mereka alami, sedangkan Adeline sibuk mencatat apa yang perlu ia catat. Setelah pembahasan mereka selesai, mereka keluar dari restoran yang ternyata milik Brian. Sebenarnya Brian sudah berbasa-basi, mengajak Brianna untuk makan siang, tapi Brianna menolaknya dengan halus. Brian tidak mungkin memaksa Brianna untuk makan siang di restorannya, meskipun sebenarnya ia ingin melakukan hal itu. "Terima kasih atas waktunya, Miss Brianna." Brian mengulurkan tangannya yang tentu saja Brianna balas dengan senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya. "Sama-sama Mr Brian." Brianna kembali menunduk dan setelahnya ia pamit undur diri, pergi meninggalkan Brian juga Adeline yang masih berdiri di ambang pintu restoran. Brian terus menatap punggung Brianna sampai Brianna memasuki mobilnya. Setelah melihat mobil Brianna hilang dari pandangannya, Brian bisa bernafas dengan lega. Brian mendesah lalu mengacak rambutnya, kesal karena ia benar-benar tidak tahu kalau orang yang akan datang sebagai perwakilan dari pihak Duke adalah Brianna, seharusnya tadi ia menolaknya. "Kamu balik ke kantor bersama dengan Frank, saya akan pergi," ujar Brian tegas. Adeline hanya bisa mengangguk patuh, ia pergi meninggalkan Brian yang ternyata kembali memasuki restoran. Frank mengantar Adeline kembali ke kantor setelah memberi tahu para bodyguard kalau Brian tidak ikut bersamanya. Frank meminta agar para bodyguard yang lain tetap mengawasi Brian, jangan sampai kehilangan jejak Brian, mengingat Brian senang sekali mempermainkan mereka. *** 1 minggu kemudian. Sejak 1 jam yang lalu, Brian terus memikirkan Brianna. Yang ada dalam otak Brian hanya Brianna, Brianna, dan Brianna, membuat Brian kesal sendiri. Kenapa ia harus terus memikirkan Brianna? Kenapa bayangan wajah Brianna yang sedang tersenyum manis ke padanya terus berputar dalam benaknya? Kenapa dari sekian banyaknya perempuan yang pernah ia temui, hanya Brianna yang mempu memporak-porandakan isi hatinya?Kenapa? Brian kembali mengacak rambutnya, kesal karena ia tidak bisa menemukan alasan yang pasti kenapa ia terus memikirkan Brianna. Brian melirik jam di pergelangan tangannya. Hari ini ia dan Brianna akan kembali bertemu, tapi kali ini Brianna yang akan datang menemuinya ke kantor. Entah kenapa Brian tiba-tiba menginginkan pertemuan itu terjadi di kantornya. Entah apa yang sebenarnya sedang Brian rencanakan. Brian meraih ponselnya, lalu mendial nomor seseorang yang akan membantunya untuk melancarkan aksinya. Mungkin setelah ini ia tidak akan memikirkan Brianna lagi. "Halo," sapa Brian sesaat setelah sambungan teleponnya dan Alea tersambung. Brian mulai mengatakan apa tujuannya menghubungi Alea dan dengan senang hati Alea menyetujui permintaan Brian. Bagi Alea, apa yang Brian inginkan sangat mudah dan tidak sulit untuk ia lakukan. Apalagi bayaran yang akan Brian berikan padanya sangat besar. 5 menit sebelum Brianna datang ke kantor Brian, Alea sudah terlebih dahulu datang. Saat ini Alea sudah berada di dalam ruangan Brian. Tadi setelah Alea datang, Brian sudah berpesan pada Adeline agar tidak mengijinkan siapapun untuk memasuki ruangannya. "Selamat siang." Adeline yang sejak tadi fokus mengerjakan tugasnya sontak terlonjak kaget begitu ia mendengar sapaan dari Brianna. Adeline mendongak, lalu menyapa Brianna yang kini tersenyum manis padanya. Ah, Adeline lupa kalau hari ini Brianna akan datang untuk menemui Brian. "Maaf Miss Brianna, Mr Brian sedang kedatangan tamu penting, jadi Miss Brianna bisa menunggu di sofa sambil menunggu tamu Mr Brian selesai." "Baiklah, saya akan menunggu," jawab Brianna. Brianna langsung menuju sofa, duduk dengan tenang, sesekali memainkan ponselnya untuk mengisi waktu luangnya. 20 menit berlalu dan belum ada tanda-tanda kalau tamu Brian keluar. Kini hanya ada Brianna, mengingat tadi Adeline pamit undur diri untuk pergi keluar. Tubuh Brianna seketika menegang begitu ia mendengar suara seorang perempuan yang menjerit, bukan jeritan kesakitan, tapi kenikmatan. Brianna bukan wanita polos, ia sudah dewasa jadi ia jelas tahu apa yang sedang terjadi di dalam ruangan Brian, lebih tepatnya apa yang sedang Brian dan tamunya lakukan. Brianna menunduk, kembali memainkan ponselnya, mencoba menulikan telinganya yang kini terus mendengar suara-suara dari dalam ruangan Brian. Brianna lupa membawa headseat atau benda apapun yang ia bisa gunakan untuk menyumbat telinganya. Apa ruang kerja Brian tidak memiliki sistem kedap suara? Atau memang Brian sengaja melakukannya? Jika Brianna pikir-pikir lagi, sepertinya Brian memang sengaja melakukan hal ini padanya. Padahal Brianna yakin kalau Brian tahu ia akan datang tepat waktu di jam yang sudah di tentukan, tapi kenapa di jam yang sama Brian malah melakukan hal yang menurut Brianna sangat memalukan, bercinta di saat akan ada rekan bisnis datang. Bukankah itu sangat keterlaluan? Brianna memilih untuk pergi ke toilet. Tidak sulit untuk menemukan di mana letak toilet, karena di lantai tersebut tidak banyak ruangan. Brianna membasuh wajahnya dan mencoba menenangkan perasaannya yang kini bergemuruh. Saat Brianna kembali, ia sudah melihat Adeline yang kembali duduk di mejanya. Adeline mempersilakannya untuk memasuki ruangan Brian karena tamu Brian sudah pergi. Tanpa membuang banyak waktu, Brianna memasuki ruangan Brian yang pintunya sudah terbuka, jadi Brianna tidak perlu repot-repot untuk mengetuknya. "Maaf Miss Brianna kalau ruangan saya berantakan," ujar Brian dengan santainya. "Tidak apa-apa Mr," jawab Brianna dengan senyum simpul yang menghiasi wajahnya. Biasanya, Brianna akan memberikan senyum manisnya pada Brian tapi tidak untuk kali ini. Keduanya duduk dengan posisi saling berhadapan. Brianna langsung menyerahkan dokumen yang ia bawa pada Brian untuk segera Brian tanda tangani. Hanya untuk sebuah tanda tangan, Brianna sampai harus menunggu Brian selesai dengan kegiatannya yang memakan waktu hampir 30 menit lamanya dan saat itulah Brianna merasa harga dirinya terinjak. Entah Brian sadar atau tidak, tapi kini pandangan Brianna pada Brian sudah berubah, tidak lagi sama seperti sebelumnya. Tapi, bukankah itu yang Brian inginkan? Brianna tahu kalau banyak sekali pria seperti Brian, tak terkecuali Kakaknya. Tapi Brianna tidak pernah berpikir kalau Brian itu teramat sangat menyebalkan, bisa-bisanya Brian melakukan hal yang tidak senonoh di saat rekan bisnisnya akan datang berkunjung. Sebenarnya sejak pertama kali bertemu dengan Brian, Brianna merasa tertarik pada Brian, perasaan yang baru pertama kali ia rasakan. Biasanya Brianna akan bersikap cuek dan ketus pada pria yang pertama kali ia temui, tapi saat pertama kali ia bertemu dengan Brian ia merasakan perasaan berbeda. Bisa di katakan kalau Brianna jatuh cinta pada pandangan pertama begitu ia melihat Brian datang mengunjungi kediaman orang tuanya. Tapi mulai sekarang, Brianna harus membuang jauh-jauh perasaannya dan mulai kembali menjalani hidupnya seperti sedia kala, dan Brianna harus bisa melakukannya, harus. Tapi kenapa hatinya terasa sakit? Brianna ingin sekali menangis, tidak percaya kalau ia akan merasakan patah hati secepat ini. Jika saja ia tidak meminta agar Farel mau bertukar posisi dengannya, pasti semua ini tidak akan terjadi. Sebenarnya orang yang seharusnya datang menemui Brian seminggu yang lalu adalah Farel, bukan dirinya. Tapi Brianna malah meminta agar Farel mau bertukar dengannya begitu ia tahu kalau orang yang akan Farel temui adalah Brian, lalu kini ia menyesal karena sudah bertukar posisi dengan Farel. "Terima kasih," ujar Brianna begitu ia menerima dokumen-dokumen yang baru saja selesai di tanda tangani oleh Brian. Brian hanya mengangguk dengan fokus mata yang terus tertuju pada Brianna dan Brianna jelas sadar kalau Brian sedang memperhatikannya. Saat ini Brianna sedang mengecek apakah semua dokumen-dokumen yang ia bawa, sudah di tanda tangani atau belum oleh Brian. Setelah memastikan kalau tidak ada yang Brian lewatkan, Brianna segera memasukan semua dokumen tersebut ke dalam tas yang ia bawa. Brianna berdiri di ikuti oleh Brian yang juga ikut berdiri. Brian mengulurkan tangannya, tapi uluran tangan Brian hanya di tatap oleh Brianna, sepertinya Brianna sama sekali tidak berniat membalas uluran tangan Brian dan itu memang benar. "Untuk pertemuan selanjutnya akan di ambil alih oleh Farel, dan saya harap Anda bisa bersikap secara profesional. Jangan sampai Anda membuat orang lain menunggu Anda selesai dengan kegiatan bercinta Anda, Mr Brian. Waktu adalah uang, dan waktu saya sangat terbuang ketika saya menunggu Anda selesai dengan tamu Anda," ujar Brianna dengan tegas. "Kalau begitu saya pamit, terima kasih atas waktunya," lanjutnya. Tanpa menunggu jawaban Brian, Brianna segera keluar dari ruangan Brian dengan langkah lebar. Saat melewati meja Adeline, Brianna membalas sapaan perempuan tersebut lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju lift yang akan segera mengantarnya ke lantai di mana mobilnya berada. Brian masih diam, ia sibuk mencerna ucapan Brianna yang terus terngiang-ngiang dalam benaknya. Brian sontak mengumpat, seraya menendang meja kaca di hadapannya yang untung saja tidak pecah. Tentu umpatan yang baru saja Brian katakan adalah untuk dirinya sendiri. Brian pikir setelah apa yang ia lakukan ia akan merasa senang mengingat semuanya berjalan dengan lancar, tapi ternyata ia salah, kini ia malah merasa bersalah pada Brianna. Kenapa Brian bisa sebodoh ini? Kemana perginya Brian yang pintar? Raut wajah Brianna sangat sulit untuk di baca, itu membuatnya sulit untuk menebak apa yang kini ada dalam pikiran perempuan itu. Tadi saat berbicara dengannya, raut wajah Brianna terlihat dingin dan itu kali pertama Brian melihatnya. Brian terus mengumpat, mengumpati dirinya sendiri. Sekarang apa yang harus Brian lakukan? Haruskah ia menemui Brianna, lalu meminta maaf pada perempuan itu atas apa yang sudah ia lakukan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD