07 - Berbohong - √

1963 Words
Tanpa aba-aba, Brian langsung menggendong Brianna ala brydal style dan tanpa bertanya di mana letak kamar Brianna, Brian melangkah menuju sebuah kamar dengan pintu yang berwarna gold, Brian yakin kalau kamar tersebut memang kamar Brianna. Dengan penuh kelembutan, Brian membaringkan Brianna di tempat tidur dan Brianna langsung berbalik memunggungi Brian, seraya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, kembali menangis tanpa suara, hanya air matanya yang terus jatuh membasahi wajahnya. Brian menutup pintu kamar Brianna dan Brianna jelas mendengar suara pintu kamarnya yang tertutup. Tangis Brianna kembali pecah sesaat setelah ia mendengar suara pintu kamar yang tertutup, Brianna pikir kalau Brian pergi meninggalkannya seorang diri, padahal itu sama sekali tidak benar. Saat ini Brian sedang bersandar di dekat pintu kamar Brianna yang baru saja ia tutup dengan kedua tangan bersedekap. Brian memang sengaja melakukan hal itu karena ia ingin tahu reaksi seperti apa yang akan Brianna berikan saat berpikir kalau dirinya pergi meninggalkan perempuan itu seorang diri. Senyum merekah kini menghiasi wajah Brian begitu ia mendengar tangis Brianna kembali pecah. Brian kembali melangkah mendekati tempat tidur Briana tanpa menimbulkan sedikit pun suara. Ah, sepertinya malam ini Brian akan menginap di apartemen Brianna. Brian tidak mungkin meninggalkan Brianna sendiri setelah apa yang ia yang lakukan pada perempuan itu. Bisa-bisa Brianna malah akan semakin membencinya kalau ia memilih pulang. Brian juga tak perlu khawatir tentang kamera CCTV yang Duke pasang di setiap sudut ruangan apartemen Brianna, karena ia sudah menyabotasenya. Itu bukanlah hal yang sulit untuk Brian lakukan mengingat pekerjaan yang dulu ia geluti membuatnya bisa dengan mudah menyabotasenya. Sekarang Brian hanya bisa berharap kalau Duke tidak sadar kalau kamera CCTV di setiap sudut ruangan apartemen Brianna ia sabotase, semoga Duke sibuk dan tidak akan memeriksa rekaman CCTV di setiap sudut ruangan yang Brian yakin sudah terkoneksi langsung pada ponsel Duke. Duke sangat overprptektif pada Brianna, jadi Brian sudah menduga kalau Duke pasti akan memasang CCTV di setiap sudut ruangan apartemen Brianna. Seperti biasa, salah satu kebiasaan Brian saat akan tertidur adalah melepas pakaian yang melekat pada tubuh atletisnya. Tapi sebelum melepas satu-persatu pakaiannya, Brian terlebih dahulu melepas jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kanannya, meletakannya di atas nakas, begitu pun dengan ponsel dan juga dompetnya. Brian lantas membuka kaos hitam polos yang ia kenakan, lalu melepas celana levis selutut yang ia pakai. Brian meletakan kaos dan juga celana levisnya di sofa yang berada tepat di samping nakas. Jangan berpikir kalau kini Brain tampil naked tanpa adanya kain yang menutupi tubuh atletisnya, karena tubuh bagian bawah Brian masih tertutupi dengan celana boxer hitam kesukannya. Brian tidak mungkin membiarkan miliknya tak tertutupi sehelai benangpun, bisa-bisa Brianna menjerit karena terkejut dan mungkin juga ketakutan saat melihat miliknya yang gagah perkasa. Secara perlahan, Brian menaiki tempat tidur Brianna dan Brianna tentu saja terkejut begitu ia merasakan tempat tidurnya bergerak, lebih terkejut lagi saat selimut yang ia gunakan untuk menutupi seluruh tubuhnya tiba-tiba tersingkap dan orang yang melakukannya adalah Brian. Astaga! Brianna pikir kalau kalau Brian sudah pergi meninggalkannya, tapi ternyata Brain masih berada di kamarnya. Belum sempat Brianna tersadar dari rasa terkejutnya, ia kembali di buat terkejut saat Brian tiba-tiba membalik tubuhnya menghadap pria itu. Kini tangan kiri Brian menjadi bantalan kepala Brianna, sedangkan tangan kanannya melingkar dengan sempurna di pingganng Brianna, mencegah agar Brianna tidak berbalik memunggunginya lagi. Brianna mencoba mendorong bahu Brian yang ternyata sama sekali tidak tertutupi oleh baju agar menjauh dari wajahnya. Tapi dorongan yang Brianna lakukan sama sekali tidak membuat posisi Brian bergeser, tentu saja itu karena tenaga Brian jauh lebih besar dari pada tenaga Brianna. "Lepas," mohon Brianna lirih, tapi Brian sama sekali tidak mau melepas pelukannya, ia kembali mendekap erat tubuh Brianna, dengan mulut yang kini terus mengecupi puncuk kepala Brianna yang beraroma harum bunga mawar. Entah Brian sadar atau tidak kalau kini Brianna sedang di landa rasa gugup, cemas, takut dan berbagai macam rasa lainnya yang tidak bisa Brianna jelaskan. Penyebabnya adalah karena posisi mereka yang saat ini benar-benar dekat. Bahkan kini bibir Brianna bersentuhan dengan perut bidang Brian, lebih tepatnya kini wajah Brianna dengan sempurna menempel di perut bidang Brian yang ternyata sangat bertotot dengan 8 roti sobek yang menghiasi bagian perutnya. Tanpa sadar, Brianna menelan kasar ludahnya, benar-benar tergoda begitu melihat pemadangan yang tersaji tepat di hadapannya. Brianna ingin sekali menyentuh 8 roti sobek yang Brian miliki, tapi ia takut dan juga malu. Rasa malunya lebih besar ketimbang rasa takut yang ia miliki. "Tidurlah, ini sudah malam," bisik Brian lirih dengan mata yang sudah terpejam. Percayalah, hari ini Brian merasa benar-benar lelah setelah hampir seharian mengelilingi mall bersama dengan adiknya, Victoria. Brianna sama sekali tidak membalas ucapan Brian, karena kini ia sedang sibuk menikmati aroma tubuh Brian yang ternyata sangat memabukan. Aroma yang benar-benar jantan dan Brianna sangat menyukai aroma yang kini sedang ia hirup. Senyum di wajah Brianna mengembang, begitu ia mendengar detak jantung Brian yang berdebar dengan cepat. Semakin lama, Brian semakin mengeratkan pelukannya, membuat tubuhnya dan Brianna menempel dengan sempurna, bahkan Brian bisa merasakan kekenyalan dari kedua bukit kembar milik Brianna, dan itu benar-benar terasa menyiksa. Brian bisa merasakan ada yang tegang di balik kaos yang Brianna kenakan, itu karena Brianna sama sekali tidak memakai bra. Wajah Brianna sontak memerah begitu ia meraskan ada sesuatu yang menonjol di antara s**********n Briaj, dan Brianna jelas tahu apa itu. Untung saja wajahnya terbenam di perut bidang Brian, jadi Brian sama sekali tidak melihat rona merah yang kini menghiasi seluruh wajahnya. Bisa malu setengah mati kalau sampai Brian melihat wajahnya yang kini merah merona bagai warna kepiting yang sedang di rebus. "Tapi sepertinya milik Brian sangat besar," ujar Brianna dalam hati. Begitu ia sadar tentang apa yang baru saja ia pikirkan, Brianna langsung mengeluarkan sumpah serapahnya, merutuki pikirannya. Berani sekali memikirkan pusaka kebanggaan setiap kaum Adam. Sebuah ide untuk menjahili Brian tiba-tiba muncul dalam benak Brianna, senyum devil kini menghiasi wajah Brianna. Secara perlahan, Brianna menggerakan kaki kanannya, sengaja menyenggol milik Brian dengan cukup kuat. "Aahh...." Tanpa sadar Brian mengerang. Rasanya Brianna ingin sekali tertawa terbahak-bahak begitu mendengar Brian mengerang, entah kesakitan atau kenikmatan, Brianna tak tahu. "Brianna diamlah!" Peringat Brian tajam yang jelas di abaikan oleh Brianna. Brian jelas tahu kalau Brianna sengaja menyentuhkan tumitnya pada miliknya yang sejak tadi memang sudah terbangun, tapi Brian tidak pernah berpikir kalau Brianna akan berani menyenggol miliknya. *** Tak terasa hari sudah beranjak pagi, tapi Brian dan Brianna sama-sama masih terlelap dengan posisi Brian yang kini memeluk Brianna dari belakang. Semalam mereka memang tertidur dengan posisi berpelukan, tapi seiring dengan berjalannya waktu, posisi tidur keduanya berubah. Brian dan Brianna benar-benar tertidur dengan sangat pulas, mungkin ini adalah tidur terpulas yang pernah mereka rasakan. Tapi sayangnya tidur keduanya harus terganggu begitu getar ponsel dari ponsel Brianna terdengar. Ponsel Brianna terus bergetar dan tak akan terhenti sebelum Brianna mengangkat panggilan dari Duke. Ya, orang yang kini menghubungi Brianna adalah Duke, Kakaknya. Brianna mengerang, merasa terganggu dengan ponselnya yang terus bergetar sekaligus berdering. Tangan kanan Brianna terulur, meraba nakas, mencari di mana ponselnya berada. Begitu mendapatkan ponselnya, mata Brianna terbuka dan sukses membola saat melihat siapa orang yang menghubunginya. Duke yang baru saja menghubungi Brianna dan panggilan Duke adalah panggilan Video call. "Gawat," gumam Brianna seraya kembali meletakkan ponselnya di nakas. Brianna melepas belitan tangan Brian dari pinggangnya, lalu merubah posisi tidurnya dengan duduk bersandar di kepala ranjang dan mulai membangunkan Brian. "Brian bangun." Alih-alih mengangkat panggilan dari Duke, Brianna malah terus membangunkan Brian. Brian akhirnya terbangun dengan raut wajah yang terlihat sangat lucu dan juga menggemaskan, terlihat jauh berbeda sekali dari biasanya. Tapi ini bukan waktunya Brianna merasa terpesona dengan wajah Brian. "Ada apa, Baby?" Tanya Brian dengan mata yang kembali terpejam dan suaranya yang serak, terdengar sangat seksi bagi Brianna. "Brian bangun, Kak Duke video call." Dan mata Brian sukses terbuka dengan sempurna begitu ia mendengar kalau Duke melakukan video call. Brian berdecak, lalu membuka lebar-lebar kedua kaki Brianna, membuat Brianna bingung tapi itu tak bertahan lama karena Brianna tahu apa yang akan Brian lakukan. Brian beranjak bangun dari tidurnya dan kini berpindah tidur di antara kedua kakinya dengan kepala bersandar manja di salah satu kaki Brianna, jangan lupakan selimut tebal yang kini menutupi hampir seluruh tubuh Brian. "Sembunyinya jangan di sini Brian, nanti ketahuan Kak Duke." Tamat sudah riwayatnya kalau sampai Duke tahu Brianna membawa seorang laki-laki asing memasuki apartemennya terlebih tidur satu ranjang dengannya dengan keadaan tubuh yang hampir bugil. "Enggak akan Baby, arahin kameranya ke wajah kamu jangan ke bawah," jawab Brian lirih dan setelahnya tidak terdengar lagi suara dari Brian. Yang keluar dari mulut Brian hanya suara deru nafasnya yang teratur, menandakan kalau Brian sudah kembali tertidur. Brianna berdecak, lalu mengangkat panggilan video dari Duke dan tentu saja mengarahkan kamera pada wajahnya, sesuai dengan saran Brian. Tida mungkin Brianna mengarahkan kamera pada kedua kakinya yang kini tampak menggembung mengingat ada Brian di sana. "Baru bangun?" Suara Duke yang terdengar sangat lelah, sepertinya Duke baru saja pulang bekerja, terlihat dengan jelas dari raut wajahnya yang tampak lelah juga letih. "Iya Kak." Ingat ya, Brianna sama sekali tidak berbohong ia memang barus saja terbangun saat mendengar suara getar ponselnya. Jika saja Duke tidak menelepon, pasti Brianna tidak akan terbangun. "Tumben baru banngun?" Brianna sontak melirik jam di dinding, dan benar saja, ia bangun 2 jam lebih telat dari jam biasanya. Biasanya tak peduli itu hari kerja ataupun hari libur, Brianna akan tertap terbangun pukul 5 dini hari, tapi kali ini untuk pertama kalinya, Brianna bangun kesiangan. Kening Duke berkerut dan kerutan di kening Duke membuat Brianna panik. Brianna jelas sadar kalau ada yang salah dengan wajahnya, tapi Brianna bukan tipe perempuan yang menunjukan rasa paniknya secara langsung, jadi Duke tidak menyadari kepanikan yang kini sedang Brianna rasakan. "Kenapa bibir sama mata kamu bengkak?" tanya Duke dengan mata memicing. Saat itu pula, Brian yang Brianna pikir sudah kembali tertidur, ternyata malah tertawa. Brian tentu saja tidak tertawa dengan terbahak-bahak, tapi Brianna jelas tahu kalau Brian kini sedang tertawa karena ia bisa merasakannya dari bahu Brian yang tampak bergetar hebat dan telapak tangan kanan Brian yang menutupi mulutnya, mencegah agar tawanya tidak lolos. "Semalam sebelum tidur, Brianna makan mie pedas sama nonton drama Korea, makanya bibir sama mata Brianna bengkak. Gimana enggak bengkak kalau mienya pedas dan dramanya sangat sedih, bikin sakit hati," jelas Brianna dengan nada sedih di akhir kalimatnya. Bagus sekali, untuk pertama kalinya Brianna sudah berani berbohong pada Duke tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Padahal Brianna yakin kalau Duke pasti akan menghajar Brian habis-habisan begitu tahu kalau orang yang sudah membuat bibir dan matanya bengkak adalah Brian. Seketika bayangan wajah Brian yang babak belur terlintas dalam benaknya dan entah kenapa Brianna merasa tak tega. Obrolan antara Brianna dan Duke tidak berlangsung lama mengingat perbedaan waktu antara keduanya cukup jauh. Brianna kembali meletakkan ponselnya di nakas dengan mata yang kini tertuju pada Brian yang sedang memejamkan matanya. Brianna sama sekali tidak tahu apa Brian tertidur atau tidak, tapi satu hal yang Brianna tahu, yaitu fakta kalau Brian sangatlah tampan. "Sekarang apa yang harus ia lakukan?" Itulah pertanyaan yang terlintas dalam benak Brianna. Ia dan Brian sama sekali tidak mempunyai hubungan apapun, tapi ia dan Brian sudah tidur satu ranjang. Ya, meskipun mereka tidak melakukan hal yang aneh-aneh, tapi tetap saja kalau itu tidak seharusnya mereka lakukan. Seharusnya, semalam Brianna tidak membuka pintu apartemennya, kalau ia memilih untuk pergi tidur dan membiarkan Brian terus menekan bel apartemennya pasti hal ini tidak akan terjadi. Brian yang merasa terus di perhatikan lantas mendongak, beradu pandang dengan Brianna yang terus menatapnya intens, tapi selang beberapa detik kemudian, Brianna memilih memalingkan wajahnya ke arah lain. "Bangunlah, ini sudah pagi," ujar Brianna tanpa sekalipun melirik pada Brian yang kini sedang tersenyum manis. "Kalau aku enggak mau, bagaimana?" tanya Brian dengan nada menantang yang sukses membuat Brianna kesal. Brianna menunduk, menatap tajam Brian. Kali ini, Brian sama sekali tidak takut dengan tatapan tajam yang Brianna berikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD