34. JEBAKAN RANDY

1141 Words
Keyra membuka matanya berat, lalu menggeliat sambil merentangkan kedua tangannya. Keyra terkejut saat tangan kanannya menyentuh sesuatu. Ia menoleh ke sebelah kanan. Ia hampir saja berteriak saat melihat Ardy sedang tidur di sampingnya. Namun sesaat kemudian ia segera ingat bahwa mulai saat itu ia harus sudah terbiasa mendapati Ardy yang tidur di sampingnya. Ia menyingkap selimut yang ia kenakan pelan-pelan. Semalam tidak terjadi apa-apa karena pakaiannya masih melekat ditubuhnya, piyama panjang dengan motif hello kitty favoritnya.  'Baguslah.' pikir Keyra karena jujur, ia belum siap jika terjadi sesuatu antara dia dan Ardy. Ardy masih tertidur dengan pulasnya. Keyra menatapnya lekat-lekat. Ardy memang benar-benar tampan, ia mengakuinya. Tak lama kemudian smartphone Keyra yang tergeletak diatas nakas samping tempat tidur berbunyi. Ia segera meraih ponselnya karena takut suara ponselnya akan membangunkan Ardy. Keyra menatapnya aneh saat ada satu panggilan masuk dari Randy. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00. Hari itu weekend jadi baik Keyra atau Ardy tidak ada kegiatan keluar rumah. Keyra dengan ragu mengangkatnya. “Halo, Key.” suara Randy di sebrang sana terdengar khawatir. “Iya, Ran. Ada apa?” tanyanya berbisik, Keyra takut membangunkan Ardy yang masih nyenyak tertidur. Ia berjalan menuju balkon. “Kamu bisa tolongin aku gak?” tanyanya mengiba. “Tolong apa?” “Mobilku mogok ditengah jalan. Aku udah menghubungi beberapa orang, tapi gak ada yang mengangkat satupun panggilan aku. Mungkin karena hari ini adalah hari weekend. Aku juga lupa bawa dompet, Key. Bisa gak kamu datang kesini?” Sejenak Keyra terlihat ragu untuk menyetujui permintaan mantannya itu. “Kamu ada dimana sekarang?” tanyanya akhirnya. “Aku kirim lokasi aku sekarang ya. Makasih ya, Key. Aku tunggu.” Randy segera menutup panggilan teleponnya. Beberapa detik kemudian, sebuah notifikasi masuk ke ponsel Keyra. Keyra segera bergegas menuju kamar mandi, meninggalkan Ardy yang masih tertidur di ranjangnya. Ia akan menemui Randy sebentar, lalu kembali pulang. Saat keluar dari kamar mandi, Keyra mendapati Ardy sudah tidak berada di kamarnya. Ia segera memakai pakaiannya, kemeja lengan tujuh perdelapan dengan celana jeans berwarna biru tua. Ia memoleskan sedikit bedak di wajahnya agar tidak terlalu pucat, menyisir rambut bergelombangnya yang terurai sepinggang, terakhir menyapukan pewarna bibir berwarna pink dikedua bibirnya. Ia segera melangkah keluar kamar, tidak lupa membawa tas selempangnya yang berisi ponsel dan dompet. “Kamu mau kemana?” tanya Ardy saat berpapasan didepan kamarnya. Ardy sudah terlihat segar dengan memakai baju santainya dan rambutnya masih terlihat basah. Ternyata ia sudah mandi dikamar mandi bawah. “Eh, Kakak. Aku mau keluar dulu sebentar ya, Kak.” pamit Keyra pada Ardy. "Kamu mau kemana, Key pagi-pagi begini?" "A-anu Kak... tadi Mesya menelpon minta tolong untuk datang kerumahnya." jawabnya gugup. Sebenarnya ia tidak mau membohongi suaminya. Tapi ia juga tidak mungkin memberitahu Ardy bahwa ia akan bertemu Randy, bisa pecah perang ketiga nanti.  "Yaudah saya antar kamu." "Jangan, Kak. Gak usah! Aku udah pesen taksi online. Kasian taksinya kalo aku cancel."  Ardy menghela napas panjang, "Yaudah, kamu hati-hati ya. Nanti kalau mau pulang kabari saya, biar saya jemput." ujar Ardy. Keyra mengangguk, tidak lupa Keyra menyempatkan diri untuk mencium punggung tangan suaminya lalu bergegas keluar rumah. Ardy menatap tajam mengamati punggung Keyra yang perlahan menghilang di balik pintu. Ia sedikit curiga dengan sikap Keyra yang sangat aneh menurutnya. Setelah kepergian Keyra, Ardy segera menaiki tangga menuju kamarnya. Ia mengambil kunci mobil dan bergegas menuju mobilnya. Perasaannya tidak enak. Ia mengkhawatirkan Keyra. Ia akan mengikutinya, memastikan Keyra selamat sampai dirumah Mesya. *** Keyra tiba di tempat yang telah di ‘share’ oleh Randy. Ia merasa heran, pasalnya tempat itu seperti gudang tua yang sudah tidak terpakai. ‘Tadi pagi Randy bilang kalau mobilnya mogok, tapi kenapa Randy menyuruh aku datang ketempat ini? Kenapa juga mobil Randy harus mogok di gedung tua ini? Memangnya apa yang ia lakukan disini?’ Keyra bertanya dalam hati. Dengan perasaan takut dan gelisah, Keyra mendekat ke tempat itu. Belum sempat ia masuk lebih dalam ke gedung yang sudah terbuka pintunya itu, muncul Randy dari dalam gedung. “Syukurlah, Key kamu mau datang kesini.” katanya sambil memegang tangan Keyra. Keyra berusaha melepaskan tangannya. “Ini tempat apa, Ran? Kenapa kamu ada ditempat seperti ini?” tanya Keyra curiga, perasaannya benar-benar tidak enak. “Kita akan bersenang-senang disini, Key.” kata Randy lirih. “Maksud kamu apa, Ran? Aku kesini karena kamu meminta pertolonganku.” Keyra berdecak kesal. Suasana serasa semakin mencekam saat Randy menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kalo gak ada keperluan lagi, aku mau pulang.” Keyra hendak berjalan keluar gedung tua itu, namun lagi-lagi tangannya ditarik paksa oleh Randy agar memasuki gedung tua itu lebih dalam. “Tolong lepaskan aku, Ran. Kamu mau apa?” Keyra berusaha melepaskan pegangan Randy dari tangannya. Namun nihil, kekuatan Randy sangat kuat. Keyra berteriak dan memukul tubuh randy dengan tangan satunya yang bebas. “Percuma kamu teriak, Key. Gak bakal ada yang denger kamu.” Randy terus menarik tangan Keyra, sedikit menyeretnya untuk masuk kedalam sebuah ruangan yang berada di gedung tua itu. Keyra meronta. Randy segera mengunci ruangan itu saat mereka telah masuk ke dalamnya. Keyra berusaha menghindar saat Randy mendekatinya lagi. Didalam keadaan yang mendesak, otak Keyra masih terus bekerja. Ia memikirkan bagaimana caranya ia keluar dari gedung tua itu. Seketika ia mengingat Ardy. Ia harus segera menghubungi suaminya. Mungkin saja Ardy mau datang untuk menolongnya. “Kamu mau telepon siapa?” tanya Randy saat ia melihat Keyra mengambil ponsel dari dalam tas selempangnya.  “Percuma kamu telepon suami kamu itu. Ketika ia datang, kamu udah jadi milik aku.” hardiknya lagi. Keyra tak peduli dengan perkataan Randy tadi. Apa salahnya kalau ia mencoba menghubungi Ardy. Ditekannya nomor telepon Ardy, ia menunggu telepon itu diangkat sambil terus menghindar dari kejaran Randy. Tuut.. Akhirnya telepon tersambung, “Halo.” sahut Ardy. “Kak, tolong aku.” teriak Keyra kencang sambil terisak. “Halo, Key… kamu kenapa? Kamu dimana, key? Saya kehilangan jejak kamu...” Tuut… Sambungan telepon terputus karena Randy berhasil mengambil ponsel Keyra dan membantingnya ke pojok ruangan. Smartphone Keyra hancur berantakan. “Aku bilang percuma kamu telepon suami kamu. Kamu bakal jadi milik aku, Key.” Randy membanting tubuh Keyra ke lantai. Keyra berteriak karena kaget dan juga rasa sakit ditubuhnya, tapi Randy tidak memedulikannya. “Apa kamu gak tau kalo aku cinta banget sama kamu, Key? Tapi kenapa kamu malah menerima perjodohan bodoh itu, Key? Aku tau kamu gak bahagia dengan pernikahan kamu. Kamu tuh cintanya sama aku, Key. Cuma aku yang bisa bikin kamu bahagia.” geramnya. Randy menindih tubuh Keyra. Tangannya mulai mengusap wajah Keyra, mulai dari hidung, pipi, lalu terakhir ke bibir. Keyra memalingkan wajahnya, ia enggan menatap wajah Randy yang menurutnya brengs*k itu. ‘Kak Ardy, tolong aku.’ batin Keyra berteriak. Ia berharap Ardy datang menyelamatkannya walaupun ia sadar kalau Ardy tidak mungkin datang dalam waktu secepat itu. Keyra pasrah dengan apa yang akan menimpanya nanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD