Alya pulang ke kosannya dengan perasaan kesal. Ia membuang tasnya ke sembarang tempat saat memasuki kamarnya. Kemudian, ia merebahkan tubuhnya di kasur sambil menatap langit-langit kamar.
"Gara-gara Nasya, aku jadi stres plus emosi." Alya melepaskan sepatunya dengan menggunakan kakinya. Alya juga melempar guling yang ada disampingnya hingga mengenai tembok.
"Lagian juga, Fandi main mesra-mesraan sama Monica di tempat umum."
Alya mengambil ponselnya yang ada disaku ghamisnya. Ia membuka w******p untuk sekedar melihat status teman-temannya.
Tangan Alya menekan lama status Amel yang berisi sebuah ungkapan.
Berawal dari perasaan benci hingga tumbuh benih-benih cinta. F
Alya kembali kesal. Lagi dan lagi Amel membuat status tentang orang yang berinisial F. Sepertinya Amel sedang menyukai orang yang berinisial F. Alya sempat bertanya kepada Amel. Tapi, Amel selalu menjawab 'Dia yang satu jurusan dengan ku.'
Yang satu jurusan sama Amel kan banyak. Amel kuliah di jurusan fotografi. Temannya juga ada yang kuliah di jurusan fotografi. Ini orang apa orang?
Alya bangkit dari tidurnya sambil mematikan ponselnya lalu meletakkannya di kasur. Setelah itu, Alya bangkit dari kasur dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi.
Setelah selesai mandi, Alya langsung tidur lagi di kasur untuk beristirahat sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Keesokan harinya, Alya berangkat ke kampus pagi-pagi. Pukul setengah enam, Alya sudah melajukan motornya menyusuri jalanan kota Jogja.
Entah kenapa, hari ini Alya ingin sekali pergi ke kampus pagi-pagi. Jalanan masih cukup sepi. Udaranya juga masih segar membuat Alya senang berangkat pagi-pagi.
Alya memarkirkan motornya di tempat parkir motor kampus. Untung saja tukang bersih-bersih yang biasanya menyapu dan mengepel kampus sudah datang.
Sekarang, Alya memilih untuk berjalan-jalan mengelilingi kampus. Alya meeratkan jacketnya ke tubuhnya karena udara yang cukup dingin.
Alya mengedarkan pandangannya saat berada di taman kampus. Tanpa sengaja, Alya melihat Fandi yang sedang memotret beberapa objek di taman. Fandi juga sedang memakai jacket warna hitam yang sama dengannya. Alya tersenyum melihat Fandi yang masih sibuk memotret.
Tiba-tiba, Fandi menoleh ke Alya saat merasa ada yang mengintainya. Buru-buru Alya berpura-pura menatap langit sambil memutar tubuhnya.
Fandi hanya menatap Alya sebentar lalu berjalan. Alya juga ikut berjalan. Tubuh mereka sempat bersejajar saat mereka berjalan dengan berlawanan arah.
Jantung Alya berdegup kencang saat tubuhnya bersejajar dengan Fandi. Namun, Fandi bersikap biasa tanpa ada perasaan apapun.
Mereka berdua pun berjalan ke arah yang mereka tuju tanpa ada sapaan dari Alya maupun Fandi.
Suasana kampus mulai ramai. Satu persatu mahasiswa sudah mulai berdatangan. Alya segera berjalan menuju ke kelasnya. Suasana kelas masih sepi. Hanya ada bangku dan papan tulis yang ada di kelas.
Alya mulai memasuki kelasnya lalu duduk di bangkunya. Alya mengambil novelnya yang ada di tasnya lalu membacanya untuk menghilangkan rasa bosannya. Ngomong-ngomong, novel yang dibaca Alya adalah novel yang sudah lama ia beli namun, belum sempat Alya baca.
Alya membacanya hingga meneteskan air mata saking menghayati adegan novel tersebut. Satu persatu teman sekelas Alya mulai datang. Mereka tidak menghiraukan Alya yang sedang menangis.
Marsha dan Nasya akhirnya datang. Mereka berhenti sejenak di depan papan tulis karena melihat Alya yang menangis.
Muncul ide jahil di otak Nasya. Dengan senyuman jahilnya, Nasya menggebrak meja Alya hingga semua orang terkejut, termasuk Alya.
"Ngapain nangis? Gara-gara gagal move on sama si anak fotografer itu?" tanya Nasya.
Alya menatap Nasya dengan tatapan marah. Matanya sudah memerah, membuat nyali seorang Nasya menciut. Alya langsung berdiri dan menggebrak meja lagi. Kali ini, suara gebrakan itu sangat keras.
"Bisa nggak, seharii aja kamu nggak gangguin aku? Kemarin aku sampek stres tau nggak gara-gara kamu."
Nasya hanya menanggapi kemarahan Alya dengan santai. "Aku nggak tahu."
Rasanya Alya ingin menjambak hijab yang dipakai Nasya. Namun, hal itu terurung saat dosen seni datang dari arah pintu. Semua orang langsung duduk di bangku mereka dan mulai memperhatikan dosen mereka yang sedang menjelaskan materi.
Kali ini, Alya beristirahat tanpa ditemani Marsha dan Nasya. Moodnya sedang rusak karena Nasya. Alya sedang berjalan-jalan mengelilingi koridor kampus. Hingga sebuah suara membuatnya menoleh ke samping kanan.
"Alya!!"
Amel menghampiri Alya yang berdiri tepat di depan kelasnya. "Tumben, nggak sama Marsha? Biasanya ke kantin bareng Marsha."
"Mood aku lagi hancur dari kemarin. Makanya, sekarang aku lagi males buat ke kantin."
Amel hanya mengangguk paham dengan jawaban Alya.
"Eh mel. Ngomong-ngomong, siapa sih yang kamu maksud F setiap hari di status kamu?"
Amel mendekatkan wajahnya ke wajah Alya sambil menaik turunkan alisnya.
"Cieeee, ada yang kepo nih cetitanya."
Alya makin kesal dengan Amel yang tidak terbuka dengannya.
"Kalau kamu mau tahu, kamu tinggal beli aja di kantin. Ada tahu isi, tahu plethek, sate tahu, tahu telor, tahu s**u, tahu bulat."
"Aaaa udah terserah kamu. Makin rusak mood aku gara-gara kamu." Alya langsung meninggalkan Amel yang hanya bisa diam termenung di tempat.
Amel menghela nafas panjang. "Suatu saat kamu akan tahu kok siapa dia. Untuk sekarang aku masih belum siap terbuka soal rasa suka ini."
Kemudian, Amel membalikkan badannya dan kembali masuk ke dalam kelasnya.
"Nasya."
Nasya menghentikan makannya lalu memandangi Marsha yang juga memandangi Nasya.
"Menurut aku, sikap kamu tadi ke Alya itu keterlaluan banget. Kasihan tau nggak dia? Sekarang dia nggak mau makan gara-gara kamu."
Nasya menghela nafas lelah. "Iya juga sih. Tapi, aku tuh lama-lama kesel sama dia. Dikit dikit galon, dikit dikit nggak galon. Dikit dikit galon, terus balik lagi. Capek tahu ngelihat dia."
"Kamu bener juga sih. Sampek sampek setiap hari kepala aku pusingg banget. Rasanya pengen pecah tahu."
Nasya tertawa tipis. "Pantesan, setiap hari aku lihat ada obat sakit kepala di tas kamu."
"Kalau nggak gitu, mungkin aku udah keluar dari kampus ini."
Mereka pun melanjutkan makan mereka hingga makanan mereka habis kandas.
Sampai disini dulu ya.
Semoga kalian suka sama cerita aku yang ini.
Jangan lupa supprot cerita aku ini, supaya aku semangat buat up.
Kalau kalian suka, jangan lupa tinggalkan vote + comment.
Oke, sekian dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.