Hidup tapi Mati

1028 Words
[Camelia’s POV] Hari sudah berganti Bunda masih terus menangis, melihat aku yang tidak kunjung membaik. Aku masih belum dapat melihat apapun, bahkan untuk mandi saja, bunda harus mengisi bathtub dengan air untukku dan menunggu ku dari luar kamar mandi. Jangan dibayangkan ya, yang jelas, seluruh kamar mandi menjadi becek. Aku bisa tahu kalau bunda hampir saja tergelincir. Hitam, masih hitam pandanganku. Aku terus menerus menghitung detik demi detik, karena aku memiliki jadwal untuk iklan Vitamin ABC hari ini. Apa aku harus membatalkannya saja? Tapi mana mungkin bisa dibatalkan begitu saja. Aku pasti akan terlihat tidak profesional dan menjadi gosip di dunia entertainment. Baru kali ini aku merasakan suasana yang sangat menyedihkan di rumah. Tetapi aku berusaha terus tertawa agar bunda tahu kalau aku baik-baik saja, dan keadaan ini akan baik-baik saja. Walaupun mungkin bunda mengerti kekhawatiranku. Aku berusaha memberitahu bunda untuk mencari jalan keluar atas pekerjaanku yang akan datang beberapa jam lagi. Aku mencari kata-kata yang pas untuk bicara dengan bunda mengenai iklan ABC.. "bunda, Amel boleh ngomong nggak?" suaraku bergetar, jantungku berdegup kencang, aku takut bunda marah karena aku masih saja memikirkan pekerjaan padahal aku sedang dalam keadaan seperti ini. "Ada apa sayang? Maaf ya sayang bunda belum ajak Amel ke dokter, bunda bingung karena ayah nggak bisa dihubungi dari kemarin" bunda menangis lagi "bunda, Amel nggak apa-apa, Amel juga nggak ingin ke Rumah Sakit kalau ayah nggak ada. Tapi Amel ada sesuatu yang mau diomongin bunda, bunda janji ya, jangan marah?" Aku memastikan  "Kenapa Amel? Kasih tahu bunda ya"  suara bunda mulai lebih baik, tidak lagi menangis, hanya sedikit terisak "bunda, Amel harusnya hari ini ada iklan ABC Vitamin, tapi Amel kondisinya lagi seperti ini bunda.. Kalau Amel batalin, pasti nanti Amel kena denda, dan juga jadi digosipkan lagi di media cetak. Tapi Amel juga nggak mungkin kan, kasih tau kalau Amel nggak bisa lihat" Aku mulai bercerita semua hal, apa yang aku rasakan, dan apa yang aku khawatirkan kepada bunda. bunda terdiam, aku yakin bunda juga ikut merasakan kebimbangan. Aku, yang tidak memiliki skandal apapun saja sudah menjadi sasaran empuk di rubrik gosip majalah GozGo, majalah gosip terlaris di kota ini.  Contohnya, Aku pernah ditawari merek Surfabite, sebuah merek baju renang, untuk menjadi foto model di pantai Bali dengan seorang model pria bertubuh kekar dan wajah yang sangat tampan (ya, model pasti begitu!). Tidak ada pose yang begitu mesra, atau bagian tubuh yang seksi, karena saat itu kami berfoto menggunakan kimono penutup baju renang. Tapi, karena dalam pose tersebut perutku terlihat agak buncit, aku langsung jadi bahan gosip GozGo. "Tenggelam pergaulan bebas, menjadi foto model seperti Camelia tidak mudah!" "Menutup aib, terbuka nya anak di luar nikah!" Gila, kejam banget ya kata-katanya. Okay, tak perlu aku sampaikan dampaknya terhadap karirku waktu itu. Kontrak film religi dibatalkan sepihak dan aku yang menjadi bahan bully di media sosial sudah cukup membuat aku bolak-balik pergi ke psikiater. Resiko pekerjaan menjadi seorang entertainer, harus siap dengan serangan massa saat sikap kita tidak sesuai ekspektasinya. Bunda, masih terdiam, yang aku rasakan, bunda sepertinya pergi menjauh dariku dan berusaha lagi menelpon ayah. Aku yakin, bunda pasti sangat butuh pertimbangan ayah saat seperti ini. ayah, ayo ayah tolong jawab telfon bunda... Tetap tidak nyambung! "Mel..bunda bingung mau ngomong apa sama Amel, bunda paham dampaknya pasti akan besar banget. bunda sedih, bunda mau coba telpon ayah tapi masih belum nyambung, Mel. Sekarang sudah jam 3 sore, Amel pemotretan jam berapa?" bunda mendekat dan mengusap kepalaku, Aku terkejut mendapati ada yang mengusap kepalaku..mungkin karena tidak bisa melihatnya, semua hal yang wajar terasa aneh. *Kriiinggg.... Kringggg* Suara hp bunda Ternyata itu ayah!! "Amel! ayah telfon Mel, Akhirnya Mel, Amel sebentar ya sayang, bunda mau bilang ayah, bunda mau tanya ayah, sayang...ayah telfon" bunda sedikit bergetar, aku tahu betapa hatinya sedang carut-marut karena keadaan ini. "Iya bunda, Amel pemotretan jam 7 malam ya bunda" ujarku Oke, syukurlah ayah akhirnya bisa dihubungi. ayah memang sangat-sangat sibuk, pertama, ayah itu presiden direktur di perusahaan otomotif asal Jerman. ayahku memang sangat pintar, sampai di titik dimana ayah harus sering pergi keluar negeri untuk mengajarkan apa yang ia ketahui atau untuk sekedar meeting saja dengan yang lain. Yang aku tahu, ayah berawal dari seorang staff biasa, yang kemudian dipromosikan karena kemampuannya yang bersinar di tempat kerja. Tak ayal, ayah selalu terus menerus mendapatkan telfon dari koleganya, untuk menyelesaikan, ataupun untuk dimintai saran tentang strategi bisnis. Mendengarnya saja, kadang aku mau muntah. Kok bisa ya? ayahku menghadapi hal sesulit itu setiap hari. Kadang aku tidak bisa membayangkannya, apalagi jika aku jadi ayah, mungkin aku sudah mati berdiri. "Amel! Amel minum ini ya, setelah itu ikutin kata-kata bunda, terus tidur ya..." bunda mendekat dan mengarahkan tanganku pada sebuah gelas Bau..gelas itu bau, bau jejamuan yang memiliki rempah yang sangat banyak. Aku benar-benar tidak mengerti apapun karena tidak pernah sama sekali menyentuh dapur untuk memasak. Apapun. Aku teguk sedikit demi sedikit ramuan itu. Rasanya, wah, sungguh buruk, arti sesungguhnya dari rasa tidak enak ya ramuan ini. Tapi mau gimana lagi, aku sudah ikut saja maunya bunda, aku sudah diambang kebuntuan mencari jalan keluar tentang iklan ABC Vitamin. *Glek..Srrpt* "Bun, Amel udah selesai, sekarang Amel harus ngapain?" Aku serahkan gelas itu menjauh dari tubuhku dan menahan mual "Amel ikutin apa yang bunda omongin ya" bunda meraih gelas itu dan mendekatkan dirinya disampingku "Iya bunda..." aku menahan mual dan terbata-bata "Gusti paringi sabar sing akeh, ngapura Gusti, kulo akeh dosane" bunda mulai berbicara bahasa Jawa, dan aku mengikuti dengan khusyuk, aku tidak tahu artinya, tapi, aku tahu kalau Gusti yang dimaksud adalah Tuhan. Jadi Tuhan, tolong aku...aku betul-betul membutuhkan keajaiban. "Adek sekarang tidur, nanti bunda bangunin jam setengah 5, Adek shalat ashar dulu ya, baru tidur, dan jangan dimuntahkan apa yang tadi adek minum, ada doa bunda disitu" bunda memberikan pesan, dan mengarahkan aku untuk mengambil air wudhu. Shalat-ku memang tidak terlalu baik. Tapi saat ini, aku benar-benar ingin beribadah untuk mengurangi rasa sedih dan keputusasaan-ku. Aku mengambil air wudhu, dan bergegas shalat, didampingi bunda, kami shalat bersama dan berdoa. Tuhan, tolong aku! Aku benar-benar tidak tahu kenapa ini, Aku mau penglihatan aku kembali, Aku mau semuanya kembali seperti semula. Tolong Aku! Aku minta ampun kepadaMu, Aku tidak pernah menginginkan semuanya jadi seperti ini. Apa ini berarti Engkau menghukum aku? bunda membantu aku berdiri, dan mengarahkan aku untuk melepas mukena dan merebahkan aku di tempat tidur. Kali ini, aku harus tidur sebelum pemotretan. Tapi, aku kan masih belum bisa melihat? Tuhan tolong dengarkan aku...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD