Cemara?

908 Words
“Kita fitting baju pengantin hari ini dan kita harus cepat-cepat ke butik di lantai atas. Apa kamu masih mau menikmati kopimu itu?” Jhon mencairkan keheningan di antara mereka. “Sebaiknya kita segera pergi.” Angel berdiri dan mengikuti langkah kaki Jhon dari belakang, ia menatap punggung lebar yang selalu ingin ia jadikan sebagai tempatnya bersandar itu dengan sendu. “Seorang istri seharusnya berjalan di samping suaminya, bukan di belakang suaminya.” Jhon menghentikan langkahnya dan tersenyum manis pada Angel. Angel yang sedari tadi berjalan sambil melamun, menabrak d**a bidang Jhon karena tindakan Jhon yang menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. “Jalan jangan sambil melamun. Apa kamu harus dipegangi tangannya layaknya seorang anak kecil?” Jhon terkekeh pelan, lalu mengenggam tangan Angel. “Nggak perlu pegangan tangan, aku bisa jalan sendiri.” Angel berkata sinis, lalu menepis tangan Jhon dengan kasar. Ia tidak ingin jatuh lebih dalam lagi ke dalan jurang cinta. “Berhentilah memperlakukanku seperti ini. Aku seorang wanita, jika kau terus memperlakukanku seperti kau memperlakukanku dulu, aku pasti akan cepat mati.” Angel melanjutkan perkataannya. “Maaf aku tidak mengingatmu, tapi bukankah semua wanita suka diperlakukan dengan baik? Jika dulu, aku memperlakukanmu sebaik ini, bagaimana aku bisa membuatmu cepat mati?” Jhon mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia tidak mengerti dengan wanita yang akan menjadi istrinya itu. Bila semua wanita suka diperlakukan dengan lembut dan baik, wanita ini tidak suka bila ia memperlakukannya dengan baik. “Aku bukan seperti semua wanita yang ada di sisimu, aku tidak suka bila kau memperlakukanku dengan baik, jangan terlalu baik denganku,”Angel berkata dengan ketus. Rasa sakit dan cinta ini bercampur menjadi satu. Dengan semua ketidaktahuanmu, aku semakin tersakiti. Setelah apa yang dulu kau lakukan, tidak ada sedikitpun memori tentang aku di dalam dirimu? Terbuat dari apa hatimu itu, Jhon? Ignatius Jhon Lee, lihat … aku bahkan mengetahui nama baptis dan nama lengkapmu, tapi kamu tidak tahu apa pun tentang aku? Aku akan menggunakan rasa benci ini untuk membuatmu mengingatku. Kamu akan selalu mengingatku, jika kamu mendengar nama Teresa Angelia disebutkan. Kamu akan tahu, akulah Teresa yang kau sakiti. “Baiklah kalau begitu, mungkin malam pertama nanti kita bisa bernostalgia bagaimana perkenalan kita.” Jhon mengedipkan sebelah matanya. Mereka tiba di sebuah butik milik sahabat dari ibunya Jhon, Angel mencoba beberapa gaun, Jhon duduk di sebuah sofa panjang yang terletak di depan ruang ganti, setiap Angel mencoba gaun ia akan keluar dari kamar ganti dan menunjukkan gaun tersebut kepada Jhon. Semua baju yang di coba oleh Angel selalu di katakan cantik dan bagus oleh Jhon, tapi wanita itu seakan tidak puas dengan jawaban Jhon. Ia tidak melihat mata lelaki itu berkata jujur saat mengutarakan pendapatnya itu, hingga gaun ke empat yang di cobanya, gaun yang lebar pada bagian bawahnya, dengan bahan lace bermotif bunga pada bagian dadanya, bagian belakang yang dihias dengan renda berbentuk bunga yang memanjang, gaun yang membuat Jhon tidak berkedip saat menatapnya, Angel tersenyum puas, Jhon tidak perlu mengatakan apapun karena ia sudah bisa tahu dari pandangan mata lelaki itu kalau ia menyukai gaun yang sedang dikenakannya saat ini. “Aku memilih gaun ini,” Angel berkata dengan riang, Jhon tersenyum manis dan meminta pegawai butik untuk mempersiapkan gaun yang diinginkan calon istrinya itu. “Hai, Jhon.” Seseorang menepuk pelan pundak Jhon, Jhon membalikkan tubuhnya untuk melihat siapakah yang menyapanya itu. “Hmmm...” Jhon tampak berpikir keras, “Daniel, Daniel Wijaya?” Jhon melanjutkan perkataannya. “Syukurlah, aku seorang lelaki, jika aku seorang wanita, jangankan nama, kau pasti tidak akan mengenali wajahku.” Daniel mendengkus kesal. “Bagaimana aku bisa melupakan teman seperjuanganku ini?” Jhon terkekeh geli, Daniel, Victor dan Jhon adalah sahabat semenjak masa SMP-nya. Mereka melakukan segala kejahatan bersama, dulu mereka dikenal sebagai playboy tiga serangkai. “Apa kamu baru akan menikah Jhon?” Daniel menyengir kuda. “Bagaimana seorang playboy sepertimu bisa menikah?” Daniel melanjutkan perkataannya, ia terkekeh geli. “Kamu tahu peraturan seorang playboy. Jangan pernah mengencani seorang wanita baik, karena itu hingga saat ini aku tidak mendapatkan seorang wanita yang bisa kujadikan seorang istri.” Jhon tersenyum lebar “Sorry, Bro. Aku sudah melanggar peraturan playboy kita. Aku mengencani wanita baik dan menikah. Sekarang aku sudah memiliki dua anak. Hari ini aku mengantarkan adik ipar dan calon suaminya yang akan segera menikah.” Daniel tersenyum lebar “Selamat atas hidupmu yang tampak bahagia itu, aku senang mendengar playboy seangkatanku ini sudah mulai menata kehidupannnya.” Jhon tersenyum manis. “Bisa kita pulang sekarang, Jhon?”Angel menghampiri Jhon dan Daniel. “Ini calon istriku, Angel,” Angel mengulurkan tangannya pada Daniel. “Aku Daniel,” ucap Daniel sambil menerima jabatan tangan Angel, “Kamu tampak familiar. Apa kita belajar di sekolah yang sama?” lanjutnya sembari menatap Angel dengan tatapan meneliti. “Maaf, sepertinya kamu salah orang. Aku nggak mengenalmu.” Angel tersenyum manis. “Hmm ... tidak mungkin,” Daniel tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. “Apa kamu cemara yang itu?” Daniel menaikkan sebelah alisnya. “Cemara? Apa maksudmu?” Angel mengerutkan kening. “Iya … ini pasti kamu,” Daniel tergelak pelan, “Cemara, cewek mata rabun, kamu lupa sama cemara ini, Jhon?” Daniel mengarahkan pandangannya pada Jhon. “Apa maksudmu dengan cemara ini?” Jhon menaikkan sebelah alisnya. “Awww … kepalaku sakit, Jhon. Kita pulang sekarang ya,” Angel memijat kepalanya dan mencengkram lengan Jhon dengan kuat. “Baiklah, mari kita pulang.” Jhon memegang lengan Angel. “Apa kau benar-benar melupakannya, Jhon? Kamu harus menjauhi wanita itu. Jangan menikah dengannya atau kamu akan menyesalinya seumur hidupmu. Seharusnya dia itu menjadi satu-satunya wanita yang nggak akan pernah kamu lupakan. Jauhi dia!” Daniel menarik tangan Jhon dan berbisik pelan ke telinganya, Jhon tersenyum manis dan melambaikan tangannya ke arah Daniel. Baginya Angel bukanlah wanita berbahaya yang harus ia jauhi, wanita itu tampak tidak berbahaya dan saat berdekatan dengan wanita itu, Jhon tidak merasa was-was. Ia pikir,  Daniel terlalu paranoid dan ia tidak tahu apa yang membuat sahabatnya menjadi seperti itu. Yang ia tahu, Angel hanyalah wanita biasa yang tidak perlu dijauhi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD