[ Ata - 02 ]

2336 Words
"Abang Bara, maaf." setelah mengatakannya Ata menunduk. semua pasang mata mengarah pada dirinya. Pemuda yang diketahui bernama Bara tadi mengernyit. bingung dengan ucapan Ata. minta maaf kenapa, pikirnya. tidak hanya Bara. kelima pemuda yang masih terdiam di sana juga bingung. bingung untuk apa Ata meminta maaf. "Minta maaf kenapa?" tanya Bara. Ata mendongak menatap Bara yang tengah menatapnya dengan tatapan bertanya. "Ata gak tau tempat ini, Ata buat abang marah A-ata-- Ucapan Ata terpotong karena Bara langsung memeluknya erat sambil bergumam 'maaf'. "Saya yang seharusnya minta maaf sama kamu," Bara melepas pelukannya. sambil terkekeh Bara mengusap pipi Ata dengan lembut. Ata tersenyum manis kearah Bara. Bara tidak mengerti, sungguh tidak mengerti. berada di dekat Ata membuat hatinya menghangat, hatinya yang kosong seakan terisi hanya karena kehadiran bocah bernama Ata di tengah-tengah mereka saat ini. Semua yang ada di ruangan tersebut tersenyum hangat. tidak bisa dipungkiri, hati mereka juga menghangat melihat senyum manis Ata. sejarah bagi mereka melihat Bara berbicara dengan lembut, diantara mereka Bara lah yang paling dingin. entah masalah apa yang dia miliki sehingga membuat dirinya tidak pernah tersenyum. hanya kali ini, catat! hanya kali ini. Semua mendekat kearah Ata. memeluk tubuh kecil Ata dengan erat, sesekali mencubit pipi berisi milik Ata hingga sang empu meringis kesakitan yang dibalas kekehan oleh mereka semua. Lama berpelukan hingga Ata angkat bicara. "Eunghh a-abang." cicit Ata pelan. semua atensi menatap kearah Ata yang menunduk memainkan jarinya yang saling bertaut. dia sangat lapar sekarang. juga, malu mengatakan dirinya ingin makan kepada pemuda yang yang ada bersamanya saat ini. "Kenapa hm? adek mau apa?" Arsen bertanya sambil memainkan jari-jari mungil Ata. dan ya! mereka sepakat memanggil Ata dengan sebutan 'Adek' agar lebih akrab usul Gilang. "Ata laper abang." jawab Ata pelan. dirinya benar benar malu mengatakan ini. tapi mau tidak mau dirinya harus mengatakannya, jika tidak ingin berakhir pingsan karena kelaparan. Mereka terkekeh mendengar penuturan Ata. Arsen bangkit membuka makanan yang sudah tersedia di atas meja. menatanya dengan rapi. netra Ata berbinar begitu melihat nasi goreng di hadapannya dengan toping udang crispy serta ayam suwir menutupi nasi goreng yang ada di bawahnya. "Makan yang banyak biar cepet gede," Biru mengatakannya sambil mengambil sendok di sebelah kanan Dery untuk menyuapi Ata. Ata hanya mengangguk dengan pipi mengembung lucu karena penuh dengan makanan yang telah disuapi Elang sebelumnya. Dery yang gemas tidak tahan untuk mengecup pipi Ata yang bergerak lucu ke kiri kanan. seirama dengan gerakan mengunyah. Dery dihadiahi tatapan tajam semua orang yang ada di sana, semua yang ada diruangan tersebut juga mati-matian menahan gemasnya untuk tidak mencubit pipi Ata yang terlihat lucu. mereka hanya tidak ingin mendengar perkataan pedas Arsen, karena sedari tadi Arsen menatap mereka dengan tajam seakan-akan mereka makanan yang siap untuk disantap. Setelah selesai makan. Ata merengek meminta s**u. dirinya benar-benar tidak bisa jika sehari tidak minum s**u, Arsen langsung menghubungi seseorang untuk membelikan Ata s**u, tidak sampai 10 menit pintu ruangan diketuk dari luar. Tok.. tok.. tok Bara bangkit membuka pintu. menampilkan seorang yang kedatangannya di tunggu-tunggu. masuk membawa satu kresek penuh yang berisi kinder joy dan s**u kotak untuk bocah imut kesayangan mereka. siapa lagi kalo bukan Ata. Mengeluarkan beberapa s**u untuk diberikan kepada Ata, yang langsung disambut dengan baik oleh bocah tersebut. tidak lupa dirinya mengucapkan terimakasih sebelum minum s**u tersebut. Tiga puluh menit berlalu... Ata bangkit dari duduknya. semua atensi melihat kearahnya dengan bingung. "Abang, Ata pamit, ya?" ucapnya sebelum menghampiri mereka satu persatu untuk berpamitan. "Pulang?" Pertanyaan Elang membuat Ata menganggukkan kepalanya cepat. "Pulang sama siapa?" kali ini Biru yang bertanya dengan nada dinginnya. tentu saja Ata takut mendengar nada dingin Biru. kepalanya menunduk. bukan tanpa alasan Biru dengan nada dingin. hanya saja, Biru ingin menghabiskan banyak waktu bersama Ata. dan, enggan untuk pulang ke rumah. Yang lain hanya diam mendengarkan dengan baik percakapan antara Biru dan Ata. "Sendiri abang," jawab Ata pelan, namun masih bisa didengar oleh telinga mereka  "Pulang sama abang, ya?" Arsen menawari dengan nada lembutnya. "Nggak usah, abang. Ata pulang sendiri aja, ya?" Ata mengerjap lucu memandang mereka semua. dia tidak ingin merepotkan mereka. "Hufffhh.. yaudah deh. adek hati-hati pulangnya, kalo ada apa-apa hubungin Abang, ya?" ucap Gilang yang diangguki mereka semua. "Siap abang," ucap Ata dengan dengan sikap hormat. Semua yang ada di sana terkekeh melihat tingkah Ata yang sangat menggemaskan. Arsen maju mencium kedua pipi Ata yang sangat menggoda untuk dikecup. yang lain pun tak mau kalah, maju satu persatu untuk mencium pipi bocah kesayangan mereka. "Ata pamit, ya." Mereka semua kompak mengangguk.  Keadaan menjadi hening setelah kepergian ata sebelum Gilang angkat bicara. "Ata lucu banget, gue gemes banget sama dia. kalo gue bawa pulang mau gak, ya?" monolog Gilang sambil membayangkan wajah Ata yang sedang tersenyum. "Mana mau Ata pulang sama lo, bisa-bisa Ata mati kelaparan gak lo kasi makan." sarkas Dery sambil menggeplak kepala Gilang. "Kelaparan endas mu, lo kira gue gak mampu kasi Ata makan, gitu? lo lupa gue anak siapa?" Gilang menaik turunkan alisnya menggoda Dery. yang lain hanya diam, enggan untuk menanggapi percakapan absurd kedua sahabatnya. "Anak Papa Ridwan yang terhormat 'kan? pengusaha batu bara se-Asia." kata Dery. belum sempat Gilang angkat bicara, Dery kembali memotong. "Papa lo doang yang sultan, lo-nya kismin." sembur Dery sambil berlari keluar ruangan. takut kena amukan singa jantan alias Gilang. _____ Sementara dilain tempat... 17:00 Ata memandang langit yang mulai gelap kemudian beralih memandang puluhan kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya. sedangkan dia tengah berada di halte menunggu bus untuk membawanya pulang ke rumah. Halte yang Ata tempati tidak terlalu penuh bahkan hanya lima orang termasuk dirinya. tak lama bus datang, Ata langsung bergegas naik mendudukkan dirinya di tempat kosong. 15 menit di dalam bus akhirnya Ata sampai halte yang tidak jauh dari rumahnya. rumah yang Ata tempati 13 tahun terakhir ini merupakan rumah peninggalan kedua orang tuanya. ya, orang tua Ata sudah tenang di sisi tuhan ketika Ata masih berumur tiga tahun. Ata dirawat oleh pamannya semenjak kedua orangtuanya meninggal. namun, dua tahun terakhir ini Ata hidup sendiri karena pamannya meninggal dunia 2 tahun setelah kepergian kedua orangtuanya. Ata benar- benar terpuruk saat itu. bagaimanapun dia hanya seorang anak yang dituntut untuk dewasa sebelum waktunya. rasanya tuhan sangat tidak adil karena mengambil semua keluarganya tanpa ada seseorang yang berada di sisinya. Ata benar-benar takut saat itu. beruntung dirinya dipertemukan dengan sosok Aldi-- pemuda yang empat tahun lebih tua darinya. pemilik Lintang Cafe. Ata memohon saat itu untuk diizinkan bekerja sebagai pelayan. meskipun Aldi sudah melarang, tapi Ata kekeh ingin bekerja di sana. dengan terpaksa Aldi mengiyakan, dengan syarat jangan terlalu lelah, bagaimanapun Aldi tidak tega membiarkan anak sekecil Ata harus bekerja sebagai pelayan. Aldi juga sudah mengetahui imun tubuh Ata yang lemah jika terlalu kecapean. Ata berjalan memasuki rumah. menghidupkan lampu sebagai penerang. memasuki kamar mandi, membasuh muka dan menggosok gigi. tubuhya merasa dingin yang membuatnya enggan untuk mandi. kakinya berjalan ke arah dapur mencari mencari sesuatu yang bisa mengganjal rasa laparnya saat ini. hanya ada nasi yang sudah dia masak tadi pagi. tangannya menyendok nasi kedalam piring, mengambil sebotol kecap lalu menuangkan di atas nasi yang telah dia sendok kedalam piring. makan dengan lahap meskipun dengan nasi dan juga kecap. Ata selalu menanamkan rasa syukur didalam hati, diluar sana masih banyak orang yang lebih susah dari dirinya. "Alhamdulillah Ata kenyang," ucapnya setelah menghabiskan sepiring nasi. Setelah mencuci piring, Ata kembali berjalan memasuki kamar yang didominasi warna biru laut. kamar yang menemaninya selama 13 tahun terakhir ini. tubuhnya telentang di atas kasur, menarik selimut lalu bergegas ke alam mimpi. 06:00 Semburat oranye keperakan nampak jelas dari ufuk timur. langit dengan warna biru terang serta awan putih begitu sempurna terlihat pagi ini. Ata yang memang sudah bangun kini bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. ini adalah hari pertamanya setelah tiga hari acara MOS selesai dilaksanakan. Ata bahkan tidak ikut melaksanakan kegiatan MOS karena setiap datang Arsen dkk selalu menunggunya di parkiran. dan, langsung membawanya ke ruangan pribadi milik mereka. Ata sebenarnya takut tidak mengikuti MOS. namun mereka berkata "Nggak pa-pa. nggak ada yang bakal marahin adek." walaupun sedikit bingung, Ata tetap mengganguk, daripada mengikuti MOS dengan berakhir di rumah sakit. karena imun tubuhnya yang tidak bisa melakukan gerakan fisik yang membuat dirinya kelelahan. Setelah selesai bersiap-siap. Ata berjalan ke halte untum menunggu bus dengan langkah kecilnya. tidak sampai lima menit, bus yang ditunggu pun datang. Ata bergegas naik kedalam, menduduki dirinya di tempat kosong yang berada di deretan paling ujung. Setelah beberapa menit berada di dalam bus. Ata turun, kemudian berjalan memasuki gerbang sekolah dengan langkah riang. kedatangannya disambut dengan teriakan melengking milik Gilang. "ADEKKKK!" teriak Gilang begitu melihat Ata memasuki gerbang sekolah. Gilang berjalan menghampiri Ata, menghiraukan tatapan murid lain yang berlalu lalang menatapnya heran.  "Selamat pagi, abang." kata Ata setelah tiba di depan kelima pemuda yang berdiri di hadapan mobil masing-masing. Ata berjalan untuk melangkah memeluk Arsen. entahlah, Ata hanya merasa rindu dengan abangnya itu, Arsen tersenyum membalas pelukan Ata. "Yang dipeluk Arsen aja nih, kita enggak?" celetuk Biru yang diangguki Bara, Elang, Dery dan juga Gilang. "Hehe ..." Ata terkekeh kemudian beralih memeluk mereka semua yang dibalas tak kalah erat oleh mereka. ____ Ata dan keenam pemuda yang merangkap sebagai abangnya itu berjalan menuju kelas 10 IPA 1 dengan Ata berada di tengah-tengah mereka. disepanjang jalan Ata hanya diam membuat mereka bingung, tidak biasanya Ata diam seperti ini, pikir mereka. "Adek kenapa, hm?" Bara berhenti berjalan. diikuti oleh yang lain. "Ata takut, abang." Adunya pelan. dirinya benar-benar takut, entah karena apa. "Adek takut kenapa?" Elang bingung. adiknya ini takut kenapa, pikirnya. Ata hanya menggeleng lemah. mereka menghela nafas berat. tidak habis pikir apa yang ditakuti Ata hingga membuatnya seperti ini. "Adek nggak boleh takut, ada abang yang jaga adek. kalo ada apa-apa lapor sama abang. okey!" Arsen berusaha membuat Ata tenang. Ata mengangguk. Mereka kembali berjalan hingga sampai di depan kelas 10 IPA 1. Gilang mengetuk pintu, membuat guru yang ada di dalam berjalan keluar. Tokk.. tokk.. tokk.. "Ehh.. ada keperluan apa?" tanya buk Diana sopan. di depannya kini berdiri keenam pemuda dengan kekuasaan tinggi membuatnya gugup sendiri. "Murid baru," sahut Bara datar. "Murid baru?" tanya buk diana, belum sadar akan kehadiran bocah mungil tersebut. "Masuk gih," suruh Arsen. sedari tadi Ata tidak melepas pelukannya. "Ehhh, ayo adek manis, silahkan masuk." buk Diana mempersilakan Ata masuk kedalam. "Istirahat kita jemput, jangan kemana-mana." Ata mengangguk mendengar perkataan Dery. "Belajar yang rajin," ucap Bara dengan lembut membuat buk Diana sedikit kaget. karena selama ini Bara hanya berbicara dengan nada datar dan dingin. "Kita balik ke kelas, setelah istirahat jangan kemana-mana kalo belum kita jemput. okey! " Arsen berkata sambil mengusak rambut Ata pelan. berlalu dari sana tanpa berpamitan. buk Diana hanya diam menanggapi, sudah biasa melihat perilaku keenam pemuda tersebut. Berjalan memasuki kelas. Ata dibuat makin gugup ketika semua murid, baik perempuan maupun laki-laki memandang dirinya. "Ayo adek manis, silahkan perkenalkan diri dulu " Ata mengangguk. berdiri di tengah-tengah kelas membuatnya semakin gugup. "Eungghh, hai.. perkenalkan nama aku Nathaniel Putra panggil Ata aja hehe." tersenyum manis kearah semua yang ada di kelas membuat para murid perempuan berteriak histeris melihat senyum manis Ata, jangan lupakan pipi Ata yang bersemu merah karena malu ditatap oleh semua murid baik perempuan maupun laki-laki. "Kenalin nama ibu Diana Sarasvati. panggil buk diana saja, ibu guru pelajaran bahasa Indonesia, kebetulan hari ini pelajaran bahasa Indonesia di kelas ini. "  Ata mengangguk menanggapi. "Ada yang ingin bertanya?" ujar buk Diana membuat salah satu murid mengangkat tangannya tinggi. "Silahkan Dara bertanya kepada Ata" "Dedek manis, ehh, Ata umur berapa?" tanya Dara. "Unghh, tiga belas.. kakak." Ata menjawab dengan menghitung jari mungil miliknya. semua yang ada dikelas dibuat gemas dengan tingkah Ata. Semua yang ada dikelas kaget termasuk buk Diana. bagaimana bisa anak umur 13 masuk SMA, pikir mereka. "Kok bisa?" sahut Abimanyu, sekretaris kelas. "Ata pernah ikut akselerasi, kak. " Semua murid di kelas mengangguk. paham bahwa Ata anak yang cerdas. "Kalo begitu silahkan duduk dibangku kosong paling ujung, ya?" buk diana Mempersilahkan Ata duduk di pojok karena hanya itu bangku kosong di kelas ini. "Unghh hai.. nama kakak siapa?" tanya Ata setelah mendudukkan dirinya di samping pemuda berwajah datar. "Axel," sahut Axel singkat. Ata hanya mengangguk lucu. satu spesies seperti keenam abangnya. Axel sebenarnya gemas sendiri ingin mencubit pipi merah milik Ata. namun dia tahan, dirinya dikenal si dingin oleh murid sekelas. "Abang," panggil Ata kepada Axel yang sibuk dengan handphone di tangannya. "Hm," dahem Axel. hatinya berdesir mendengar panggilan abang dari bocah mungil di sampingnya ini. Ata menarik ujung seragam milik Axel yang berada diluar karena tidak dimasukkan kedalam. Axel menaikkan alisnya seakan bertanya 'apa'? "Ata haus, pengen minum." ucap Ata pelan. kerongkongannya terasa kering karena kehausan. Tangan kiri Axel meraba kolong meja. mencari air yang telah dibelinya tadi pagi di kantin untuk diberikan kepada Ata. begitu menemukan sebotol air, Axel bergegas membuka tutup botol tersebut kemudian menyodorkannya pada Ata yang langsung diminum dengan tidak sabaran. Axel menyunginggkan senyum tipis melihat tingkah laku Ata yang menurutnya sangat lucu. Bel istirahat berbunyi. semua yang ada di kelas langsung bubar untuk mengisi perut mereka ke kantin. tidak dengan Ata dan ketiga pemuda pemuda yang belum dikenalnya ini. ralat! hanya dua, karena salah satu dari mereka sudah Ata ketahui namanya, Axel. "Hai Ata, lucu banget sih." celetuk Rico. salah satu dari pemuda tersebut. "Ata tampan tau," celetuk Ata yang membuat Rico terkekeh geli. "Kenalin nama gue Rico Mahendra Siregar, panggil abang Rico aja, okey!" sahut Rico memperkenalkan dirinya. Tak mau kalah. pemuda disamping Rico ikut memperkenalkan dirinya. "Panggil gue abang Zayn, dedek manis." sahut Zayn yang ada di samping Rico. "Iya abang Zayn," balas Ata dengan tersenyum. "Kuyy kantin!!" Ajak Rico kepada Axel, Zayn dan Ata. "Ata tungguu abang Ata dulu," sahut Ata menolak secara halus ajakan Rico. "Okey kita tunggu sama-sama," usul Zayn diangguki Axel. Derap langkah kaki terdengar memasuki ruangan kelas yang sepi. keempat pemuda yang berada di dalam kelas menoleh kearah pintu, termasuk Ata. "Loh, bang Arsen?' Raut kebingungan terlihat jelas di wajah Axel. begitu juga dengan Rico dan Zayn. sebelumnya Arsen dkk tidak pernah masuk kedalam kelas mereka, bahkan keenamnya sangat sulit untuk bergaul dengan murid yang lain. ____
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD