bc

NATHANIEL

book_age12+
533
FOLLOW
1.4K
READ
others
HE
student
comedy
sweet
humorous
lighthearted
highschool
twink
like
intro-logo
Blurb

Hanya menceritakan kisah seorang remaja yang hidup sebatang kara setelah kepergian kedua orangtuanya. hidup sendiri membuatnya harus berjuang melawan kerasnya dunia, tidak ada kata menyerah dalam dirinya.

Remaja tiga belas tahun ini begitu menggemaskan dengan tingkah lucu serta riangnya. namun, siapa sangka jika keceriaan yang selama ini diperlihatkan pada dunia hanya menjadi penutup kesedihan yang dia punya.

Takdir tidak ada yang tahu, baik buruknya hanya menjadi rahasia sang pencipta. begitu juga dengan takdir remaja ini. hidupnya yang semula sebatang kara kini penuh warna. begitu banyak yang dia lalui hingga membuatnya merasakan apa arti keluarga yang sesungguhnya.

chap-preview
Free preview
[ Ata - 01 ]
Pagi yang cerah dengan langit Biru serta awan putih yang menambah kesan indah pada langit. serta matahari muncul dengan malu-malu dibalik kamar seorang pemuda yang masih menutup mata indahnya dengan bergelung selimut bermotif Frozen. Kringg... kringgg... kringgg... Bunyi nyaring jam weker terdengar nyaring di telinga pemuda tersebut. dengan lesu tangannya menyentuh jam bulat yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya. netranya melihat angka yang tertera pada jam tersebut. pukul 05.25 berhasil membangunkan tubuh mungilnya untuk segera berjalan menuju kamar mandi yang terletak di pojok kamar. Dua puluh menit kemudian... Terlihat bocah mungil tersebut keluar dengan mengenakan pakaian seragam khas SMA. ya, hari ini hari pertama dirinya mengikuti masa orientasi siswa di salah satu sekolah favorit 'Hiller High School'. siapa yang tidak mengetahui marga Hiller tersebut? salah satu keluarga terkaya di dunia dengan berbagai macam bisnis yang berkembang dengan baik. ahh, jika bahas tentang keluarga Hiller tidak akan ada habisnya. Berangkat tanpa sarapan, juga tanpa pamitan. karena dirinya hanya tinggal seorang diri tanpa ada yang menemani, kakinya melangkah keluar dari pekarangan rumahnya menuju jalan raya untuk mencari kendaraan umum. Hufffhh ... helaan nafas terdengar dari bibir mungilnya. netranya sesekali melihat kebelakang, berharap ada kendaraan yang bisa dirinya tumpangi untuk sampai ke sekolah. "Aduh Ata capek," lirihnya dengan bibir mengerucut lucu. tak sadar bahwa dirinya telah sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi dengan tulisan Hiller High School. Ata? Ya, Nathaniel Putra, nama bocah mungil tersebut, Ata panggilannya. memiliki tubuh  mungil karna terlahir prematur, imun tubuh yang sedikit lemah dibandingkan dengan anak seusianya. walaupun begitu, Ata sangat lah jenius, salah satu alasan mengapa dia  berada di Hiller High School sebagai bukti kecerdasan yang dia miliki. Ata berjalan memasuki gerbang sekolah dengan langkah kecilnya. netranya mengedar keseluruh tempat untuk mencari letak lapangan tempat kegiatan MOS dilakukan. "Lapangannya dimana sih? kok dari tadi nggak keliatan, kaki Ata capek tau." gerutunya karna sedari tadi hanya gedung tinggi yang terlihat di sekelilingnya. Kaki kecilnya melangkah di koridor sekolah yang terlihat begitu sepi, tidak ada seorang pun yang bisa dia tanya. Ata bergidik ngeri, pikiran-pikiran aneh berkeliaran di otak kecilnya. Nafasnya terdengar memburu, setidaknya dia harus menemukan ruang kepala sekolah terlebih dahulu sebelum mencari di mana letak lapangan. Kakinya berhenti tepat di depan pintu kayu. tidak ada tulisan apapun di sana, dengan pertimbangan yang matang. tangan kecilnya terangkat untuk memegang knop pintu. Ceklek! Ata langsung terkesiap begitu pintu sudah terbuka, setiap pasang mata yang ada di sana menatap ke arahnya. ___ Ata mematung di ambang pintu, tangannya bertaut ketakutan. bahkan degup jantungnya bisa da dengar. kepalanya menunduk tidak berani menatap setiap pasang mata yang kini sedang menatap penuh dirinya. "Sini!"  Entah ditujukan pada siapa perintah tersebut. Ata juga tidak tahu. kepalanya berputar kebelakang, mungkin saja ada orang lain di belakangnya. begitulah yang ada di pikirannya. namun nihil, di belakangnya tidak ada siapapun. "Kamu, sini!"  "SINI!" Ata tersentak kaget begitu mendengar teriakan salah satu pemuda yang ada di sana. dengan kepala yang masih menunduk dia berjalan mendekat kearah sofa tempat keenam pemuda tersebut. "Kamu ngapain di sini?!"  "Umm... maaf. Ata kira ini ruang kepala sekolah," ungkapnya jujur. "Sopan ya, bicara sama orang sambil nunduk gitu?"  Ata sekuat tenaga menahan isakan yang akan terdengar sebentar lagi. kepalanya yang menunduk terangkat dengan pelan. tangannya masih bertaut ketakutan, rasanya dia ingin mengubur dirinya sendiri sekarang. Sontak raut kaget terlihat kentara di wajah keenam pemuda tersebut begitu Ata mengangkat kepalanya untuk menatap mereka. hidung mungilnya yang memerah serta bibir merah cery-nya yang terus bergumam dengan pelan. apalagi netranya yang terlihat berkaca-kaca semakin membuat keenam pemuda tersebut menatap tak percaya apa yang mereka lihat sekarang. Ata langsung menutup mata begitu melihat salah satu dari keenam pemuda tersebut melangkah mendekat kearahnya. tubuh kecilnya benar-benar bergetar sekarang, liquid bening luruh dengan deras dari kedua matanya yang tertutup. isakan dari bibir mungilnya terdengar lirih. Pemuda yang berjalan kearahnya tidak melakukan apapun. namun begitu melihat Ata menangis di hadapannya membuat hatinya tersentil. direngkuhnya tubuh kecil Ata untuk masuk kedalam pelukannya, tangannya mengusap punggung bergetar milik Ata. tidak ada perlawanan dari Ata, tubuhnya terasa kaku mendapat pelukan yang terasa sangat nyaman ini. Tubuhnya melayang begitu pemuda tersebut menggendongnya ala koala. kelima pemuda yang masih duduk di sofa tercengang melihat sahabat mereka yang terkenal sangat dingin memperlakukan orang asing seperti itu. Ata di dudukkan di sofa panjang. sedangkan pemuda tadi duduk di samping Ata. Ata masih terisak dengan pelan, kepalanya kembali menunduk takut. "Bisa diam tidak?"  Ata langsung menutup mulunya rapat-rapat begitu mendengar ucapan pemuda yang tepat berada di sofa single. Ata semakin memepetkan tubuh kecilnya sampai ujung sofa, rasanya dia ingin keluar secepatnya dari sini. "Kamu salah masuk sekolah?"  Ata menggeleng menjawab pertanyaan pemuda yang duduk di lantai samping sofa panjang. bahkan tenggorokannya terasa sangat kering sekarang. "Tidak usah takut, aku Gilang." ujar pemuda yang bernama Gilang itu memperkenalkan diri. tangannya terulur kehadapan Ata. Ata hanya memandang uluran tangan Gilang. tangannya bergerak dengan pelan untuk menyambut uluran tangan Gilang. "A-ata," lirihnya pelan. "Woahhhhh, Ata?" Ata mengangguk mantap. "Ada apa dengan Ata?"  "b**o! ada apa dengan cinta, tong!"  "Sengaja Der, anaknya gugup banget. biar rileks gitu." "Ata kenapa bisa masuk sini?" tanya Dery,  pemuda yang ada di samping Gilang. Ata kembali terdiam dengan kepala menunduk. tidak tahu harus mengatakan apa. "JAWAB, s****n!!"  "Bara s****n! nggak bisa apa ngomong baik-baik," tegur Elang. pemuda yang sedari tadi terdiam. Ata kembali terisak begitu mendengar teriakkan Bara. Elang langsung mendekap tubuh bergetar Ata.  "Bar!"  "Sorry Sen, gue cuma nggak suka ada orang asing di sini."  "Dia tadi udah bilang, dia kira ini ruangan kepala sekolah. b***k lo?" sarkas Biru menatap tajam kearah Bara. Bara hanya mengedikkan bahunya acuh, netranya memperhatikan Elang yang kini menggendong Ata. Keheningan tercipta diantara mereka. Elang yang menggendong Ata masih acuh dengan tatapan kelima sahabatnya yang memandang penuh kearahnya. "Tidur?" tanya Arsen begitu melihat Elang menidurkan tubuh kecil Ata di atas kasur king size yang ada di ruangan tersebut. "Ya, matanya sembab." jawab Gilang, posisinya masih berada di samping Ata yang sudah terlelap. "Takut banget pasti dibentak kek gitu sama Bara, dia juga nggak salah apa-apa." Bela Dery. "Dia salah sekolah apa gimana sih?" tanya Gilang. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Gilang. Arsen, Biru, dan Dery melangkah ke kasur tempat Ata berbaring. Bibir mungilnya yang terus bergerak seakan mencari sesuatu membuat Dery mengigit kuat bibir bawahnya agar tidak kelepasan menerkam Ata yang masih terlelap dengan damai. Arsen dan Biru langsung mematung. tidak tahu harus bersikap bagaimana, begitu juga dengan Elang yang sudah dari tadi berada di sana. "Kenapa?" tanya Bara yang masih anteng duduk di sofa.  "Sini, Bar." titah Dery. Gilang yang akan memejamkan matanya di sofa panjang langsung bangkit mendekat kearah kasur. sedangkan Bara masih enggan untuk bangkit dari duduknya. "Gemesh banget gila!" Respon Gilang membuat mereka mengangguk. "Mirip bayi," celetuk Arsen membuat mereka menoleh kearahnya. "Gue boleh karungin nggak sih?" Antusias Gilang yang masih tidak berkedip menatap Ata. "ENGGAK!!" Dery refleks berteriak begitu mendengar ucapan Gilang. detik berikutnya dia menutup mulut rapat-rapat karena melihat pergerakan dari Ata yang merasa terganggu. Ata mengerjap dengan pelan. matanya yang setengah terbuka melihat keadaan sekitar. begitu tersadar dia langsung duduk tegak dengan memeluk tubuhnya sendiri. "Hey!"  "Nggak usah takut," ujar Gilang lembut. "Nama kamu Ata, 'kan?" tanya Arsen. Ata mengganguk mengiyakan. "Arsen, nama aku Arsen."  Ata mengangkat kepalanya dengan pelan. tangannya terulur kehadapan Arsen. "Ata," ujar Ata memperkenalkan dirinya. "Aku Dery," beritahu Dery setelah tautan tangan Arsen dan Ata terlepas. "Biru." "Elang."  "Yang itu namanya Bara," tunjuk Gilang kearah Bara yang masih duduk di sofa. Ata langsung bangkit dari kasur. Arsen, Biru, Dery, Elang dan juga Gilang memandang bingung kearah Ata yang berjalan mendekat kearah sofa. "Abang Bara, maaf." ____

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU

read
60.2K
bc

Perceraian Membawa Berkah

read
17.3K
bc

TETANGGA SOK KAYA

read
51.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

Anak Rahasia Suamiku

read
3.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook