5. My Brother VS My Boyfriend

986 Words
Sesuai dengan janjinya, Alex terlihat sedang menemani Ara di sebuah toko dengan berbagai macam benda elektronik. Ara terlihat bingung menatap sebuah ponsel keluaran terbaru dengan varian warnanya. "Alex, ini udah sore banget... Kakak aku pasti udah pulang," bisik Ara seraya menarik-narik baju kekasihnya itu. Alex mengusap Ara dengan lembut, "kalau gitu, cepet pilih. Biar gak kesorean," Ara terlihat menghela nafas berat. "Lex, ini kebagusan." Alex terkekeh pelan, lucu. "Ya udah sih, tinggal pilih aja yaang." Karena jam sudah menunjukan pukul 5 sore, Ara pun langsung memilih ponsel dengan warna hitam. Entahlah, dia hanya asal memilih. Setelah melakukan pembayaran, Alex pun merangkul pinggang Ara dengan posesif, kemudian mereka berlalu meninggalkan pusat perbelanjaan tersebut. Lengan Ara sudah menjinjing dua buah paper bag, belum lagi dengan satu jinjingan yang Alex bawakan. Jurus aji mumpung. "Yaang, kita--ashh... Bentar," ucap Alex meringis perih seraya memegangi kepalanya. Ara yang kaget langsung melepaskan belanjaannya dan melihat keadaan Alex dengan memegangi wajahnya. "Kamu okay?" Alex terlihat memejamkan matanya sejenak. "Prank! Hehe," "Sialan. Gak lucu, ah." Ara pun berlalu terlebih dahulu, tak lupa dengan barang belanjaannya. Sedangkan Alex masih berdiri di tempatnya, kemudian ia terlihat menelphone seseorang. "Bentar lagi Alex pulang." Setelah itu, ia pun berjalan menyusul Ara menuju parkiran. "Alex, oy! Cepetan, anterin aku pulaaang..." Mendengar rengekan dari kekasihnya, Alex hanya menatap Ara datar, Ara yang tau tatapan apa itu, seketika terdiam. "Ok, aku anterin kamu pulang." Putus Alex. Didalam mobil. "Lex," "Hn?" "Please deh." "Kenapa sih, Ra? Jangan bikin aku gemes deh, yaang..." Tanya Alex dengan menekan kata GEMES yang memiliki arti sebaliknya, JENGKEL. "Yeeee ngambekan, cowok kok gitu." Ujar Ara. "Nggak ngambek Ra," sahut Alex. "Jadi kenapa?" "Jadi gini Lex, besok kamu jemput aku pake apa?" Tanya Ara pada kekasih menyebalkannya itu. "Mobil Ra, kenapa?" Jawab Alex. "Boleh request, gak? Mhehe..." Tanya Ara membuat Alex tertawa pelan. "Hahaha, apaan sih gaje. Mobil aku cuma ada dua, si merah lagi di bengkel. Tapi kalau kamu mau, aku bisa kok minjem punya Papah aku," ucap Alex dengan ringannya. Karena asal kalian tau, Alex itu anak tunggal dari keluarga Derald, pemilik perusahaan property ternama di ASIA. Jadi wajar jika dia terbilang di manja oleh kedua orang tuanya. Walaupun begitu, jika bisa maka Alex akan membantu pekerjaan Ayahnya dan ia pun sudah mulai belajar mengenai usaha keluarganya. "Aku itu mau, di naik motor yang item loh..." Ucap Ara yang langsung dihadiahi tatapan tajam seorang Alex. "Nggak, kamu boleh minta yang lain Ra." Tolak Alex. "Ayolah Lex, selama aku pacaran sama kamu, aku gak pernah di boncengin naek motor." Ujar Ara seraya mengerucutkan bibirku. Sedangkan Alex hanya fokus menyetir. "Kalo naik motor kenapa sih lex? Malahan enak ada angin nya," lanjut Ara. "Di mobil juga ada anginnya, Ra." "Tap--" "Dan di mobil lebih aman dari pada motor Ra, kalo naik motor aku takut kamu kenapa-kenapa, ngerti?" Jelas Alex penuh penekanan. "Tapi dulu, kamu sering naik motor Lex, berarti udah jago." Ucap Ara masih berusaha untuk membujuk. "Nggak ra." "Dulu aja sama mantan kamu, kamu sering naik motor." Lanjut Ara yang membuat Alex menghentikan laju mobilnya. "Kok jadi bawa-bawa mantan, sih?" Tanya Alex yang membuat Ara gugup seketika. "Yaa, gak ad... Adil aja masa kamu mau boncengin mantan, aku nggak." Jawab Ara terbata-bata. "Karena aku gak serius sama mereka, aku gak terlalu takut kalau jatuh bawa mereka. Tapi kamu beda. Udahlah, jangan aneh-aneh. Lagian kayak yang tau aja mantan aku yang mana, gak semua yang pernah aku bonceng itu mantan aku." Ucap Alex. Ara tertegun mendengar penuturanya. "Tapi aku mau naik motor sama kamu, Lex... Sekali aja yaaa..." Mohon Ara dengan puppy eyes-nya. "Keras kepala." Gumam Alex namun masih dapat Ara dengar. "Aku mohoon Lex," mohon Ara lagi. Ara mendengar Alex menghela nafas panjang. Dan, "Okay, besok aku pake motor." 1..2...3.... "Yeaay! Makasih Alex ku yang ganteng!" Pekik Ara kegirangan sambil memeluk Alex dari samping. "Giliran ada maunya manggil 'alexku ganteng', giliran gak ada 'dasar Alex monyet bajing luncat.'"ucap Alex. Sedangkan Ara hanya tertawa mendengarnya. Tak terasa sampai juga Alex mengantarkan Ara sampai di rumahnya. Belum sempat Ara mengetuk pintu tiba-tiba saja, seseorang sudah membukakan pintu dengan tatapan mengintimidasinya. "Dari mana aja kamu?" SHIT...double s**t tripple s**t combo shitt umpat Ara yang langsung disuguhkan pertanyaan keramat. "Emm..it..itt..itu Kak anuu..." Gugup Ara. "Dia keluar bareng gue Sha," jawab Alex  seraya menarik Ara agar ke belakang tubuhnhya. Alex merupakan salah satu sahabat Shahil, Kakak satu-satunya Ara. Dia satu tahun di atas Ara. Alex dan Shahil mengambil jurusan IPA, sedangkan Ara IPS karena Ara pernah bilang, "aku tak suka dengan angka,tapi aku suka akan tulisan dan sebuah kata kata." Itulah ucapannya. "Yang gue tanya adek gue, bukan lo." Ucap Shahil. Tubuh Ara langsung menegang, kelihatanya Shahil benar-benar sedang marah pada adik manisnya itu. Ara tau karena dia memang Kakak possesive-nya. "ARA! JAWAB KAKAK, kamu dari mana? DAN SEKARANG KAMU BARU INGET PULANG? LU CEWEK HARUSNYA LU IJIN DULU SAMA GUEE." Sentak Shahil yang membuat mata Ara mulai memanas. Ini pertama kalinya Ara mendapat bentakan dari Kakaknya itu. Ara menangis, ia menangis karena takut, ia sangat takut. "LU BIASA AJA DONG SHA, GAK PERLU LU BENTAK-BENTAK ADEK LU KAYAK GITU!" Sahut Alex tak kalah mengerikan. Suasana semakin memburuk, Ara semakin menangis melihat kekasih dan kakaknya sendiri beradu mulut. "Lu siapa? Lu cuma pacar adek gue, lu gak berhak maen bawa adek gue seenak jidat lu, Lex!" Sahut Shahil. "Lo sendiri tau gue yang bawa adek lo, kenapa lo harus marahin dia, harusnya LO MARAHIN GUA BUKAN DIA!" Ucap Alex sambil menunjuk kearah dirinya sendiri dan itu membuat Ara  semakin takut. "BRENGSEEK LU!" Gertak Shahil. BUUGHH...!!! Satu pukulan mendarat tepat di rahang kokoh Alex yang membuat sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah. Mata Ara membulat sempurna ketika Alex hendak membalas pukulan itu. Dengan cepat Ara langsung memeluk Alex dari depan, agar ia tak jadi memukul Shahil, Kakak kesayanganya. Dan benar Alex langsung menghentikan aksinya, kemudian memeluk Ara erat. "Udah Lex, bibir kamu udah berdarah... Hiikss..." Ucap Ara lirih yang membuat Alex semakin mempererat pelukanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD