Geram

1354 Words
"Kenapa mama masih tetap di sini? Bukannya tadi mama sudah pergi!" tatapan Nyonya Maurent masih sama, penuh dengan percikan api. "Memangnya mama gak boleh ke sini?" Tanya nyonya Maurent, dengan tangan bersedekap di dadanya. Arga menghela nafasnya. Ia harus benar-benar bisa sabar menghadapi mamanya, ia tidak bisa mengusirnya begitu saja. Arga memutar otaknya untuk berpikir sejenak, apa alasan selanjutnya yang ingin ia utarakan pada mama kesayangannya itu. Thingg! Hanya satu alasan, yaitu rapat yang akan dilakukan sebentar lagi. Mungkin hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghindar dari cerocos mamanya yang gak ada hentinya. "Mama! Arga mau ada rapat evaluasi laporan keuangan, nanti saja bicaranya" Arga mencoba berbicara dengan nada lembutanya. Tetapi Nyonya maureen hanya diam, tiba-tiba saja ia mengulurkan sebuah kunci, yang seketika membuatnya mengerjapkan matanya bingung. Ia mengernyitkan matanya. "Ini apa ma?" Tanya Arga yang tidak mengerti, tetapi tangannya menerima begitu saja kunci itu. "Mulai nanti malam kamu tinggal di sebuah apartemen yang mama belikan untuk kamu! Dan tenang saja semua sudah dibersihkan dengan sempurna oleh Mr Jack. Barang-barang kamu juga sudah di pindahkan ke sana. Dan kamu juga akan ditemani dengan manajer Ken untuk mengurus keperluan di tempat baru!" Mata Arga melebar seketika, tentu saja dia terkejut, ia tidak bisa terima dengan keputusan Nyonya Maureen yang tiba-tiba, tanpa sepengetahuannya. Bahkan mama nya memutuskan semuanya sendiri. Tanpa bernegosiasi lebih dulu dengannya. "Kenapa mama mendadak menyuruh, anak mama yang tampan ini, pindah? Apa mama mau mengusir Arga?" Nyonya Maureen, berjalan dua langkah ke depan, menepuk pundak Arga. "Aku ingin kamu tinggal di luar rumah, biar tahu rasanya bisa dekat dengan wanita" "Tapi Ma! Arga sudah nyaman tinggal di rumah. Lagian Arga sudah punya rumah kenapa mama menyuruh Arga tinggal di apartemen, yang tidak terjamin kebersihannya. Gimana aku bisa hidup di sana?" Nyonya Maurent semakin geram di buatnya, kali ini Arga tak mau membantahnya lagi. "Apa kamu mau disunat kedua kalinya?" Ancam mama Maurent, membuat Arga terdiam seketika, menelan ludahnya. Kepala Arga bergerak, menatap lelaki paruh baya yang berada tak jauh di belakang Nyonya Maureen. Lelaki paruh baya itu menunduk, dengan tangan saling berpegangan dan senyum kaku yang tersembunyi di balik wajahnya. Mr Jack adalah asisten pribadi Arga, dia yang menyiapkan semua berkas saat meeting maupun rapat di perusahaannya sendiri. Dia membantu semua kebutuhannya. Lelaki paruh baya itu sudah lama . bekerja dengan keluarganya. Dari papanya sebelum meninggal dulu, dan kini dia tetap setia bekerja dengan keluarganya. Arga menggerakan kepalanya lagi, menatap laki-laki muda yang berdiri tepat di samping Mr Jack. Dia hanya menunduk tidak berani menampakkan wajahnya melihat Arga. Arga menatap mamanya kembali, yang masih berdiri di depannya. "Ma Arga gak bi---- thing" "Mama gak mau dengar alasan kamu lagi" potong Nyonya Maurent cepat. "Jangan bantah mama! Mulai nanti pulang kerja kamu langsung pergi ke apartemen baru kamu. Mama sudah chat alamat lengkap, dan nomor apartemen yang kamu tempati. Dan manajer Ken juga akan pergi bersama kamu!" "Tapi ma ak-----". "Kalau kamu gak mau menuruti apa kata mama! Mama akan jodohkan kamu dengan anak Nyonya Alexa, dan akan mama nikahkan satu bulan lagi" ancam Nyonya Maurent Tidak main-main dengan perkataannya. Arga menelan ludahnya, gak habis pikir ia akan menikah satu bulan lagi. "Nyonya Elisabeth ada gak?" Goda Arga, dengan senyum tipis menyungging di bibirnya. "ARGAAA MAMA SERIUS JANGAN BERCANDA!" teriak Nyonya Maureen, membuat Arga seketika menutup kedua telinganya. Suara keras mamanya lama-lama membuat gendang telinganya jebol. "Tapi Ma Arga gak mau---" "Kalau kamu membantah lagi! Mama akan sunat kamu dua kali, tiga kali sampai empat kali" potong Mama Maurent cepat, ancaman mamanya kini tidak main-main, ia seperti algojo yang ingin menyiksanya. Ancaman itu membuatnya tak bisa berkutik, dari pada miliknya habis di sunat. Lebih baik diam, dan menuruti apa kata mama kesayangannya itu. "Kamu mau pindah gak?" Arga menganggukan kepalanya berkali-kali, mengiyakan permintaan mamanya. Ia terpaksa menyetujui permintaan mamanya untuk pindah ke apartemen, daripada ia harus dipaksa menikah dengan perempuan yang tidak ia kenal. Di tengah umurnya yang semakin hari semakin tua, dia semakin tersiksa dan tertekan, bukan hanya karena pekerjaan yang membuatnya tak punya waktu dengan dunia luar. Tapi entahlah.. apa karena kelakuan mamanya sendiri? yang terus memaksanya untuk segera menikah. Keinginan yang sangat sulit ia terima, bahkan dekat dengan wanita saja dia tidak pernah. Gimana bisa ia menikah. Siapa yang mau menikah denganku, lelaki dingin, dan keras kepala sepertiku. Melihat aku saja wanita tertunduk takut. Apalagi mendekat, mungkin akan jadi keberuntungan baginya, jika ada wanita yang berani mendekatinya. Arga membalikkan badan mamanya, mendorong punggung mamanya untuk segera pergi dari ruangannya. Ia menahan rasa geli akibat baju yang dipakai mamanya penuh dengan bulu yang menjijikkan. "Sudah sekarang mama pergi dulu! Arga mau rapat sudah telat" Arga melirik jamnya sudah telat lima menit. "Baiklah! Mama pergi, tapi ingat jangan membantah perkataan mama!" Ancam Mama Maurent, melirik ke belakang dengan telunjuk ke wajah Arga. "Iya mama!" Ucap Arga, dengan nada malasnya. Arga menghela napas leganya, saat ia melihat punggung mamanya yang sudah pergi menjauh. Seketika kepalanya bergerak, melirik ke arah Mr Jack, dan Manajer Ken yang masih menunduk. Mr jack dan Manajer Ken yang menyadari tatapan Arga, mereka menelan ludahnya kompak "Maafkan saya tuan! Nyonya Maurent dari kemarin mengancam saya" Arga berjalan mendekati Mr Jack, dan Manajer Ken menepuk-menepuk pundaknya, mendekatkan mulutnya di telinga mereka, dengan berbisik lirih. "Kalau sampai aku jadi disunat lagi kedua kalinya, maka akan aku pastikan jika Kalian yang akan disunat ke tiga, ke empat atau bahkan kelima kalinya" Seketika, Mr jack dan Manajer Ken menegang, tangannya merayap menuju miliknya. "Jangan, Tuan. Bisa habis milik saya. Saya masih punya istri dan anak, Tuan. Gimana nasib mereka nantinya, Tuan." "Iya, Tuan saya juga belum menikah, gimana nasib saya nantinya, kalau menikah sudah habis duluan" sambung Manajer Ken. Arga menganggukan kepalanya, beberapa kali. "Makanya sekarang, tolong pastikan jika wanita cantik itu. Tidak datang lagi ke kantor." Kata Arga, memegang kepalanya yang semakin panas, meledak-ledak. "Sekarang kita cepat pergi ke ruang rapat. Dan, jangan lupa berkas untuk rapat kita hari ini" "Baik, Tuan." Jawab Mr Jack yang masih menunduk. "Dan manajer Ken, siapkan mobil aku, karena sebentar lagi aku akan pergi, setelah rapat. Dan tolong benar-benar bersihkan mobil aku, jangan ada debu sedikitpun" "Baik, Tuan." jawab Manajer ken, yang masih menunduk. ------- Arga berjalan masuk ke ruangan rapat. Semua pegawai sudah duduk menunggunya. Susana mulai menegang, tak bisa bersantai lagi, semua mata tertuju pada Arga, yang masih berdiri dengan tatapan tajam dan dinginnya. Aura mencengkam memenuhi seisi ruangan tersebut. Mr Jack memberikan beberapa berkas keuangan perusahaan yang akan di evaluasi, di dalam rapat kali ini. Semua orang bangkit dari duduknya. Menundukkan kepalanya menyambut kedatangan Arga. "Tolong bersihkan meja aku lebih dulu, jangan sampai ada debu sedikitpun" "Baik tuan" Mr Jack menunduk, melakukan perintah Arga membersihkan meja dan kursinya. "Silahkan tuan" kata Mr Jack yang sudah selesai melakukan perintahnya, dia mengulurkan tangannya mempersilahkan Arga untuk duduk. Suasana mulai berubah saat Arga mulai duduk, semula yang riuh saling berbincang satu sama lain. Semua terdiam saat menatap, aura mencengkam terlihat jelas dari tubuh Arga. Arga terdiam, membaca detail laporan keuangan yang diberikan Mr jack, matanya semakin mengobar. Kepalanya semakin meledak-ledak melihat pekerjaan pekerjaan pegawainya yang membuat dia semakin tambah emosi. Braakkk!! Berkas itu dilemparkan ke depan mejanya. Membuat semua orang saling menatap bingung. Dengan wajah yang mulai menunduk ketakutan. "Apa-apaan ini, apa kalian mau makan gaji buta dariku. Laporan keuangan kalian sangat amburadul. Kalian bisa kerja apa gak. kalau kalian gak bisa kerja, silahkan pergi dari kantor aku sekarang" Bentak Arga, mengobarkan api kemarahan. Suasana semakin hening, membuat di dalam ruangan itu semakin mencengkam. "Kalau kalian gak mau bekerja dengan saya! Sekarang kalian keluarlah! Pergi dari kantor aku, aku tidak mau melihat wajah pecundang-pecundang seperti kalian di kantor aku" Lanjutnya dengan penuh amarah. Arga, menarik nafasnya dalam-dalam. Dan beranjak berdiri. "Perbaiki kinerja kalian! Aku kasih kesempatan kalian besok untuk menyelesaikan semuanya. Jika tidak selesai juga, maka akan saya pastikan kalian saya paksa tanda tangan surat pengunduran diri kalian." Arga segera mengakhiri rapatnya lebih cepat. Semua hanya diam di tempat duduknya. Tidak ada yang berani mengangkat kepalanya. Untuk melawan, bahkan menjawab saja rasanya sangat susah, mulut mereka benar-benar terkunci rapat. Saling melirik satu sama lain. Dengan wajah ketakutan melihat ke arah Tuannya yang semakin menggila setiap harinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD