BAB 2

1240 Words
Setelah makan malam, Mikayla dan keluarga Hilston duduk di ruang keluarga sembari menikmati secangkir teh dan kue penutup makan malam. Keluarga ini terlihat sangat rukun dan damai, mereka terlihat harmonis dan menyenangkan. Semoga saja … Mikayla nyaman di sini dan bisa menjadi anggota keluarga ini dengan baik. "Kak, kau sangat cantik, apa sih rahasia nya? " tanya Starla sedikit terdengar menggoda. Starla ini adalah anak bungsu Nancye. "Tidak ada rahasia apa-apa kok, Star," jawabku singkat dan jelas. Ya itulah tugasnya. Jadi … Mikayla harus ramah kepada keluarga barunya. Seperti kata Tyson. Ayahnya selalu mengingatkannya untuk menjaga sikap di sini, jadi ia pikir ada baiknya berpura-pura bahagia. "Jangan menganggu, Mikayla, Sayang," ujar Nancye menghentikan sikap Starla yang menurutnya mengganggu Mikayla. "Mommy cantik, Kak Mikayla cantik, kok aku pesek, sih? " tanya Starla yang berhasil membuat seluruh keluarga tertawa. Nancye dan Darren hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala karena sikap putri bungsu mereka. Starla memang seperti itu, sikapnya manja dan selalu ceplas-ceplos, kata Nancye. "Siapa yang mengatakan kau pesek, hem? Kamu cantik, Sayang, itu lah putri daddy," kata Darren. "Lantas dulu Daddy suka sama Mommy, karena apa?" tanya Starla mulai mengusik masa lalu kedua orang tuanya. Darren menatap istrinya penuh cinta. Cinta mereka sangat rumit. Nancye masih sangat cantik dan wajahnya tak berubah seperti foto yang di tunjukkan ayahnya padanya sebelum Mikayla ke sini. Mikayla sangat cantik dan hatinya sangat baik. Karena itu, Darren makin mencintainya. Itu menurut Mikayla ketika Darren menatap istrinya. "Selain mommy-mu cantik, Mommy-mu juga sangat baik, tulus dan selalu menjadi diri sendiri, Mommy-mu juga dulu sedikit brutal waktu Daddy mencoba mengambil hati Mommy-mu ini,” seru Darren seraya mencubit kecil  dengan lembut hidung mancung Nancye. Darren membuktikan bahwa di dunia ini masih ada pria baik seperti dirinya. Bukan pria seperti Harry yang hanya memanfaatkan Mikayla serta wanita lain untuk bisnisnya yang saat ini sedang di tekuninya. "Daddy ih sudah tua juga masih menggombal," kata Starla. Mereka semua pun tertawa bersama. Tak lama kemudian sosok lelaki tampan berdiri tepat di hadapan keluarga. Apa lelaki ini adalah putra Darren sama nancye? Mikayla sangat penasaran siapa lelaki itu. Ah tidak mungkin. Siapa tahu saja hanya orang yang tinggal di mansion ini atau mungkin klien Darren. Tapi, pria ini sangat mirip dengan Nancye. Mikayla berperang dengan pikirannya sendiri. "Kamu sudah pulang, Nak ? " tanya Nancye. "Iya, Mom, kenapa Mommy menyuruhku cepat pulang? Kerjaanku masih banyak, Mom, jika hal itu tak terlalu penting kenapa memanggilku pulan?" tanya lelaki yang bernama Justin ini. Jadi … ini lelaki yang akan di jodohkan dengan Mikayla? Tampan, bak pangeran dari istana seberang, penampilannya sungguh menarik. Benar-benar sangat tampan dan berhasil membuat jantung Mikayla deg-degan karena hadirnya di sini, Mikayla mengingat kata ayahnya, ketika mengatakan bahwa ia tak akan menyesal dijodohkan dengan anak Darren dan Nancye. "Kamu ‘kan bisa melanjutkan pekerjaanmu di rumah, bukankah kau juga sering melakukan itu? " tanya Darren. "Iya, Sayang, Mommy sama Daddy ‘kan sudah bilang kalau hari ini kita kedatangan tamu, kau lupa?" "Ayo, Kak, duduk di sini." Tarik Starla kepada kakaknya. "Nah ini dia, Sayang, yang Mommy sama Daddy katakan kemarin, namanya Mikayla anak uncle Tyson," kata Nancye memperkenalkan Mikayla. Mikayla pun tersenyum. Ya mencoba untuk sedikit ramah saja. Justin tak membalas senyum Mikayla sama sekali. Wah dia pria yang sombong kelihatannya, sampai keramahan Mikayla di balas dengan cuek. "Starla, tidur sana besok ‘kan kamu sekolah!" perintah Nancye. "Tapi, Mom--" "Ikuti kata Mommy-mu, Nak," sambung Darren. Starla menurut dan beranjak dari duduknya lalu berjalan meninggalkan keluarganya di ruang keluarga. "Malam, Kak," kata Starla sembari melangkah pergi. "Baiklah, Sayang, kalian ngobrol saja dulu, Aunty sama Uncle akan ke kamar duluan," kata Nancye. Mikayla pun hanya bisa tersenyum menanggapi perkataan Nancye, Mikayla tahu bahwa Nancye dan Darren meninggalkan mereka agar mereka bisa saling mengenal. Sepeninggalan Nancye, Darren dan Starla. Mikayla pun hendak mengatakan sesuatu, namun Justin sudah berdiri duluan dan meninggalkan Mikayla tanpa mengatakan sesuatu. Ada apa ini? Apa dia tak menyetujui perjodohan ini? Justin tak suka padanya? Ya sudah-lah, Mikayla juga ‘kan tidak suka sama perjodohan ini. Tyson hanya bersikeras menjodohkannya tanpa tahu sikap Justin yang sebenarnya, Jika saja ayahnya tahu, Tyson pasti berpikir lebih lama untuk menjodohkannya dengan pria sombong itu. Sikapnya membuat Mikayla sedikit patah semangat, perempuan itu pikir dia akan menyambut kedatangannya seperti Nancye, Darren dan Starla, namun ternyata dia berbeda. **** Sudah hampir jam dua malam Mikayla merasa sangat haus. Ia berjalan ke ruang keluarga dimana ada minuman disiapkan di sana.    Ketika masuk kedalam ruang keluarga, Mikayla terkejut bukan main ketika melihat Justin sedang berdiri tepat dihadapannya seperti hantu saja. Ia menarik Mikayla, menatap perempuan itu dengan tatapan intimidasi. Sungguh membingungkan, ada apa dengan tatapannya? Tentu saja membuat Mikayla takut. Setelah itu … Justin mencium Mikayla begitu kasar, ia menggigit bibir bawah Mikayla beberapa kali. Sampai Mikayla harus meloloskan suara desahannya karena sikap kasarnya. Mikayla sudah berusaha untuk mendorongnya, namun tak juga berhasil karena Justin benar-benar menggenggam Mikayla dengan kuat. Sebenarnya … Mikayla suka perlakuan ini, apalagi sudah sangat jelas jika dia adalah jodoh yang di pilihkan Tyson untuknya. Namun, caranya begitu kasar dan membuat Mikayla muak. Justin melumat bagian leher Mikayla dan seketika tanpa peempuan itu rencakan ia menampar Justin, lelaki itu menatap Mikayla kembali dengan tatapan mengintimidasi. "Dasar m***m!" umpat Mikayla. "Kau bukan tipeku dan kau bukan siapa-siapa di rumah ini. Aku menciummu bukan karena aku mau, tapi aku ingin mencobanya saja, apa ada getaran ketika aku menciummu? Ternyata benar-benar hambar," kata Justin sedikit menyakiti hati Mikayla. Mikayla bukan tipenya? Mikayla bukan siapa-siapa di rumah ini? Begitukah? Terus kenapa Justin mencium perempuan itu? Mencobanya? Ada getaran? Terus hambar? Kenapa begitu menyakitkan mendengarnya? Mikayla dipenuhi pikiran-pikiran yang belum menjawab pertanyaannya. "Setelah kau menciumku, kau mengatakan itu? Dasar pria-- " Mikayla hendak menamparnya, namun tangan Justin cepat menghentikan tangan Mikayla. Jika saja ia tak menghentikan Mikayla, tangan ini mungkin sudah mengenai wajah tampan bak iblis itu. "Kau bukan wanita baik-baik," kata Justin. Apa tak ada kata lain? Apa Justin tak bisa menjelaskan kenapa ia mengatakan semua itu? Ia selalu saja mengatakan perkataan yang singkat dan hal itu sama sekali tak Mikayla mengerti. "Lantas kau pikir aku suka dengan perjodohan ini?" Mikayla menantang Justin. "Ayahmu menyuruhmu kemari karena akan memanfaatkan ayahku, bukan?" "Apa?" Mikayla sungguh marah ketika ia mengatakan hal yang menyangkut Tyson. "Kalau kau tak mau menikah, katakan saja kepada orang tuamu, aku juga bisa pulang hari ini juga jika kau mengatakan kepada orang tuamu.” Tantang Mikayla tak mau kalah dengan perkataannya. Mikayla benar-benar marah mendengar ia menyebut dan menganggap Tyson memiliki maksud mengirimnya kemari. "Aku bisa membuat perusahaan ayahmu bangkrut dalam sekejap, jadi jaga sikapmu," kata Justin sembari menggenggam lengan Mikayla begitu erat sampai perempuan itu sesekali menjerit kesakitan. Mikayla tak bisa apa-apa, perempuan itu pikir Justin pria yang baik dan mirip ayahnya ternyata Mikayla salah besar. "Kau pikir aku akan menyambutmu seperti Ayah, Ibu dan adikku menyambutmu? Aku tak akan pernah melakukan itu," kata Justin. "Aku tak berharap kau menyambutku, aku juga tak mengenalmu, kenapa aku harus terpengaruh dengan perkataanmu? Aku tak akan pernah terpengaruh." "Pulang saja kembali ke tempatmu, katakan kepada Ayah dan ibuku, jangan diam saja dan tak melakukan apa pun, sedangkan kamu juga tak menyetujui perjodohan ini," kata Justin. "Kau pikir aku kemari karena menyetujui perjodohan ini? Aku kemari demi ayahku, karena bagiku tak ada yang lebih penting dari kebahagiaan ayahku," kata Mikayla tak perduli apa tanggapannya. Justin melihat Mikayla dan menatap perempuan itu dengan tatapan mengintimidasi. Mikayla pun menatapnya dan menunjukkan pada Justin bahwa ia bukan wanita yang lemah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD