BAB 1

956 Words
London 06.55 PM Di sini-lah Mikayla di London, ibu kota Inggris dan Inggris, yang juga adalah sebuah kota abad ke-21 dengan sejarah yang membentang kembali ke zaman Romawi, itu yang ku dengar. Dan … London juga di tengahnya berdiri gedung parlemen yang megah, menara jam 'Big Ben' yang ikonik dan Westminster Abbey, tempat penobatan monarki Inggris. Di seberang Sungai Thames, roda Eyeobservation London memberikan pemandangan panorama budaya Bank Selatan yang indah, dan seluruh kota. Waow. Mikayla suka tempat ini. Namun, satu yang tidak ia sukai perjodohan yang di atur oleh ayahya.. Siapakah lelaki itu? Lelaki yang akan di jodohkan dengannya, semoga bukan lelaki jelek atau gendut, atau kemungkinan lelaki culun, jika memang ayahnya menjodohkannya dengan pria semacam itu, ia pun tak memiliki pilihan lain, ia harus bersikap sebaik mungkin, ia tidak ingin mengecewakan ayahnya, seperti ia mengecewakan ibunya, sampai ibunya meninggalkan dunia. Lari? Tak mungkin, ia tak mungkin melakukan hal itu, karena ia pun tahu bagaimana jadinya jika itu ia lakukan. Tyson pasti akan sangat kevewa, dan mungkin membuangnya sebagai anaknya, lalu tak lagi menganggapnya. Sungguh menyakitkan menerima hal yang mendadak seperti tinggal di London bersama keluarga calon suaminya. Jika dia bukan pria jelek, lantas kenapa ia harus di jodohkan dengannya? Apa tak ada perempuan lain di dunia ini? Di negara ini pun ada jutaan perempuan, tapi kenapa harus dia? Apa ayahnya sedekat itu dengan Darren sampai Mikayla dan putra Darren harus di jodohkan. Ini bukan Negeri dongeng dimana sang pangeran di jodohkan dengan sang putri dari istana seberang hanya untuk memperluas wilayah. Apakah itu juga terjadi padanya? Oh tidak mungkin, namun setidaknya sang pangeran dan sang putri sebelumnya saling mengenal dan bertemu. Tapi Mikayla? Melihat pria yang di maksud ayahnya pun aku tak pernah jangankan melihatnya. mendengar suara atau namanya pun ia tak pernah. Ya sudahlah. Mikayla bakal melihatnya juga sebentar lagi. Mikayla menarik koper besar bersamanya dan menekuri jalan keluar, lalu melihat seseorang memegangi kertas yang bertuliskan namanya, perempuan itu menghampiri pria berpostur bodyguard itu. "Excuse me, saya yang bernama Mikayla Henz Tyson, anda yang datang menjemputku?" "Iya, Nona. Silahkan ikut saya," kata Bodyguard itu, ia lalu mengantarkan Mikayla ke mobil yang sudah terparkir menunggunya, koper miliknya di ambil oleh supir dan supir itu menyimpannya di bagasi. Mikayla lalu duduk di kursi belakang dan supir mulai mengemudikan mobilnya dengan laju yang agak cepat. Perempuan itu berusaha menata perasaannya karena akan bertemu dengan keluarga barunya selama berada di London. **** Mansion, 07.00 PM Sampainya di mansion, Mikayla melihat supir masuk ke dalam gerbang yang belum menampakkan rumah. Beberapa menit kemudian ketika menekuri jalan memasuki gerbang yang tinggi. Supir lalu menghentikan mobilnya di depan mansion. "Silahkan turun, Nona. Kita sudah sampai," kata supir itu dengan santun dan membukakan pintu mobil untuknya. Mikayla di sambut hangat oleh beberapa pria berpostur kekar bak preman, mereka adalah bodyguard di mansion keluarga Darren pastinya. Mikayla diantarkan oleh salah satu maid masuk kedalam mansion. Perempuan itu menaiki tangga yang berada di dua sisi, ia akui mansion ini begitu Mewah dari mansion milik ayahnya. Perempuan itu lagi-lagi harus menaiki tangga. Akhirnya sampai di ruang tamu atau ruang keluarga dia pun tidak tahu. Yang pasti perempuan itu lega bisa sampai kemari karena sampai kemari pun Mikayla harus kebingungan ketika maid itu membawanya. Di sana sudah ada Nancye yang menyambutnya dengan pelukan. Mikayla mengetahui jika perempuan yang ada didepannya adalah Nancye karena ayahnya memperlihatkan foto pasangan suami istri, Darren dan Nancye kepadanya, namun memilih tak memperlihatkan foto jodoh yang dipilihkannya untuknya. "Kau sudah datang, Sayang? Apa perjalanmu menyenangkan?" tanya Nancye sembari menarikku untuk duduk di sampingnya. "Iya, Aunty. Cukup melelahkan." "Apa kau butuh istirahat?" tanya Nancye, dan Mikayla pun mengangguk. "Baiklah. Aunt akan mengantarmu ke kamar, Aunt akan membiarkanmu untuk istirahat, suamiku akan pulang sebentar lagi," kata Nancye. Nancye ternyata lebih cantik dari foto yang di tunjukkan ayahnya. Sungguh sangat cantik. Tyson pun mengatakan jika Nancye adalah wanita yang baik yang dapat menjadi ibu untuknya. Sungguh aneh, mansion ini begitu ribet. Mikayla harus berjalan sejauh mungkin untuk mendapatkan tempat tujuan, Ternyata masih ada gedung di belakang sana dan kata Nancye di gedung ini hanya untuk khusus kamar keluarga. Dan … lagi-lagi perempuan itu harus menaiki tangga. Jika gedung ini khusus untuk kamar, lantas di gedung depan sana khusus untuk apa? Sumpah. Mansion ini sangat mewah. Tyson memang benar, Darren sangat kaya dan sukses dalam bisnis serta usahanya. Darren pun sangat terkenal di Amerika. Mikayla dan Nancye lalu masuk kedalam kamar. "Nah ini kamarmu, Sayang. Aunty sengaja mendekor kamar ini dengan warna serba putih karena ayahmu bilang kau suka dengan warna putih tulang, jadi Aunt mendekor ulang kamar ini khusus untuk kamu agar kamu bisa nyaman tinggal di sini," kata Nancye sembari mengelus daguku. Mikayla pun mengangguk. Tyson lagi-lagi benar Nancye sangat baik, dia benar-benar seperti mendiang ibunya yang sudah tidak ada. "Ya sudah. Kamu istirahat saja, jika kamu butuh sesuatu kamar Aunty ada di ujung sana, disebelah kamarmu ada kamar Justin, dan di depan kamarmu ada kamar Starla anak Aunt yang bungsu, nanti kau akan bertemu dengan mereka ketika makan malam," kata Nancye sembari menepuk pundakku. Setelah melihat Nancye meninggalkan kamar, Mikayla langsung merebahkan tubuh mungilnya ke atas kasur yang begitu mewah. Mikayla ingin beristirahat dengan tenang karena perjalanan cukup melelahkan bagiku. **** Mansion, 08.15 PM             Mikayla baru saja terbangun dari tidurku yang agak singkat aku melihat jam yang ada di tangannya, ia terkejut dan langsung bergegas ke kamar mandi, untuk membersihkan diri. Setelah mandi, Mikayla lalu berpakaian, tak lama kemudian suara ketukan pintu kamar terdengar. "Iya?" "Nona, anda di tunggu di ruang makan," kata Maid. "Baiklah." Setelah berpakaian, Mikayla langsung menuruni tangga dan berjalan menuju gedung di depan saja di dampingi oleh maid. Mikayla merasa benar-benar seperti seoarang putri di negeri dongeng. Mikayla lalu melihat sekeluarga sedang duduk menunggunya di depan meja makan  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD