"Cinta tuh datangnya tanpa permisi. Kapan, di mana dan dengan siapa kita jatuh cinta, itu bukan kita yang nentuin, tapi ... takdir. "
***
Setelah memasuki area sekolah barunya, Nasya langsung berjalan menuju mading agar ia mengetahui di mana kelasnya. Setelah sampai di depan mading, Nasya langsung mencari namanya dan untungnya ia langsung menemukannya. Nasya menempati kelas X-IPA A, kemudian Nasya segera melanjukan langkah kakinya untuk mencari di mana letak kelasnya berada.
Di sepanjang perjalanan mencari kelasnya, Nasya selalu tersenyum setiap ada orang yang berpapasan dengannya, Nasya menunjukkan seolah Nasya adalah orang yang paling bahagia di dunia, padahal kenyataannya tidak. Ya ... Nasya memang selalu seperti itu. Setelah mencari dalam waktu yang tidak sebentar, Nasya akhirnya menemukan kelas X-IPA A.
X-IPA A berada di lantai dua, untung saja kelasnya berada persis di samping tangga, sehingga Nasya tidak harus mencari kelasnya sampai ke ujung. Tanpa mengulur waktu lagi, Nasya pun langsung memasuki kelasnya dengan perasaan yang tidak bisa Nasya jelaskan, sejujurnya Nasya sangat gugup untuk hari pertama ini.
Nasya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, ternyata sudah banyak orang di sana dan rata-rata sudah memiliki teman sebangku. Sampai akhirnya kedua bola mata Nasya tertuju pada seorang gadis yang tengah memainkan ponselnya tak jauh dari tempat Nasya berdiri saat ini. Nasya pun langsung menghampiri gadis itu.
"Permisi ... aku boleh duduk di sini?" tanya Nasya sopan.
Gadis itu menoleh lalu ia tersenyum, "Boleh kok, sini duduk aja." lalu gadis itu menepuk kursi yang ada di sampingnya.
Nasya langsung tersenyum senang karena ia sudah mendapatkan teman untuk duduk bersama, dan Nasya berharap semoga Nasya dan gadis itu akan menjadi teman baik.
"Nama kamu siapa?" Tanya gadis itu sambil mengulurkan tangannya, setelah ia melihat Nasya sudah duduk di sampingnya.
Tentu saja Nasya menyambut uluran tangan gadis itu dengan senang hati, "Annasya Adreena Saila, panggil aku Nasya aja. Kalau kamu?" Nasya menyengir lebar kepada gadis tersebut.
"Wha, nama dan orangnya sama-sama cantik,ya? hehe. Aku Qiana Kineta Carabella." kata gadis itu sambil tersenyum.
"Jangan gitu dong, aku biasa aja kok,” Nasya kembali menyengir dengan lebar, “Jadi aku panggil kamu apa nih?” tanya Nasya lagi.
"Oh iya sampe lupa,” gadis itu tertawa kecil, “panggil Qiana aja.” lanjutnya.
"Oke, Qiana mari kita berteman!"
"Oke, Nasya mari kita berteman!"
Mereka berdua pun tertawa dan setelah itu bel masuk pun berbunyi. Empat siswa yang mengenakan almet berwarna biru Navy langsung masuk ke dalam kelas Nasya. Ada dua siswa laki-laki dan ada dua siswi perempuan. Salah satu dari mereka pun langsung maju dan mulai berbicara.
"Selamat pagi semuanya!" sapanya dan langsung dibalas gembira oleh semuanya, terutama para siswi.
"PAGII!!"
Ya bagaimana tidak? Orang yang barusan menyapa itu bisa di bilang kelewat tampan. Hidung yang sangat mancung , kulit wajah putih dan bersih seperti tak mempunyai sedikitpun pori-pori, kedua alis hitam yang tebal, kedua mata yang mempunyai tatapan begitu teduh serta senyum manis dari bibir berwarna pinknya yang sangat mempesona dan mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya, lebay? Tapi memang itu yang Nasya rasakan saat ini. Bahkan, Nasya sampai tidak berkedip sedikitpun.
"Kedip, Sya, kedip!" kata Qiana sambil meyenggol lengan Nasya, Qiana terkekeh geli melihat Nasya terpaku sampai selama itu.
"Eh i-iya ini aku kedip kok!" Nasya langsung mengedipkan matanya berkali-kali.
"Lucu banget si Sya, mirip boneka marsya yang di lampu merah, hahaha."
"Ih masa aku di samain kayak boneka itu, sih? Jahat ..." Nasya memanyunkan bibirnya.
"Haha bercanda ... lagian kamu kenapa ngeliatnya serius banget sampe ngga kedip gitu, sih?" tanya Qiana terheran-heran.
"Abisnya ganteng banget ...” jawab Nasya jujur.
“dan bikin jantung Nasya jadi deg-degan, Nasya ngga pernah ngerasain kayak gini sebelumnya.” lanjut Nasya dalam hatinya.
“Ya emang ganteng, Sya, masa cantik?”
“Iya juga ya? Yaudah lupain, hehe.” Nasya kembali memerlihatkan deretan gigiputihnya pada Qiana. Mereka berdua pun kembali fokus pada Kakak Kelas yang saat ini sedang memperkenalkan diri.
"Oke saya akan memperkenalkan diri saya dan teman teman saya terlebih dahulu. Dimulai dari orang yang berada di dekat pintu, itu namanya Kak Armada Raditya, dia menjabat sebagai bendahara satu. Disamping Kak Armada namanya Kak Adara Fradella, dia menjabat sebagai sekretaris dua dan disamping Kak Dara namanya Rania Belvya Haameda, dia menjabat sebagai sekretaris satu sekaligus pengisi hati saya..." Gadis yang bernama Rania itu langsung menyenggol bahu orang yang baru saja memperkenalkan dirinya tersebut dengan wajah yang merona.
"Apaan si kamu, Ar ... aku malu tahu!” Gadis bernama Rania itu tersenyum menahan malu.
"CIEEEE!!" teriak semua murid yang ada di kelas Nasya dengan kompak. Nasya hanya diam sambil terus memandangi seseorang yang baru saja mengenalkan kekasihnya itu.
"Yah udah punya pacar, Sya ..." goda Qiana pada Nasya yang hanya diam menatap lurus ke depan, entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu saat ini. "Tenang aja kali, kalau jodoh ngga bakal kemana." lanjut Qiana mencoba mengembalikan Nasya dari lamunannya.
"AAMIINNN!!" balas Nasya dengan semangat dan membuat semua mata yang berada di kelas itu tertuju pada Nasya. Nasya sadar bahwa iya sudah melakukan hal yang salah, “Eh, maaf ...” Nasya menundukkan wajahnya dalam-dalam, menahan malu yang begitu besar.
"Oke, bisa kita lanjut?” ucap orang masih berdiri di depan tersebut.
“BISA, KAK!” jawab semua murid dengan kompak.
“Sekarang giliran saya yang memperkenalkan diri. Nama saya Arsakha Virendra Shafwan, saya sendiri menjabat sebagai ketua pelaksana MPLS tahun ini. Ada yang ingin ditanyakan?"
"Jadi Kakak bukan anggota OSIS?" tanya gadis yang duduk di depan Nasya dan Qiana setelah ia mengacungkan tangannya.
"Iya saya bukan anggota OSIS, saya hanya ketua pelaksana MPLS tahun ini. Baik ada yang ingin bertanya lagi?"
Tidak ada yang bertanya lagi selain gadis yang duduk di depan Nasya.
"Jika tidak ada yang ingin dipertanyakan lagi, silahkan keluar untuk mengikuti apel pembukaan."
Semua murid pun langsung menuju ke lapangan untuk mengikuti apel pembukaan sekaligus untuk mengetahui apa saja yang akan mereka lakukan selama MPLS berlangsung.
***
Dua puluh menit berlalu, akhirnya apel pembukaan selesai dan semua murid kembali dibubarkan untuk memasuki kelasnya masing-masing. Selama dua jam berada di kelas, para pembimbing menjelaskan visi dan misi sekolah ini, apa saja prestasi yang di dapatkan sekolah ini, bagaimana cara belajar mengajar disekolah ini, siapa saja guru yang terkenal killer dan siapa saja guru yang berhati malaikat serta bermain beberapa games.
Akhirnya tepat pukul 10.00 pagi, bel kembali berbunyi yang menandakan bahwa waktu istirahat telah tiba. Nasya dan Qiana memutuskan untuk segera pergi ke kantin. Namun, saat Nasya dan Qiana hendak melangkahkan kakinya menuju pintu kelas, dua orang gadis yang duduk di depan bangku mereka berdua menghampiri Qiana dan Nasya.
"Hay, kita mau ikut gabung sama kalian. Boleh?" tanya salah satu gadis.
"Boleh kok," jawab Nasya lalu tersenyum.
"Oke." ucap gadis yang satunya.
"Sip-sip. Ayok lah! nanti keburu rame." ajak Qiana dan mereka berempat pun segera pergi ke kantin.
Setelah mendapatkan bangku yang kosong, mereka berempat langsung duduk dan memesan makanan.
"Oiya, kalian berdua belum memperkenalkan diri sama kita kan?" tanya Nasya kepada dua gadis yang duduk dihadapannya saat ini.
"Eh iya, ya? Nama aku Aqilla Mashel, biasa dipanggil Qilla." kata gadis yang rambut hitamnya dikuncir dengan sangat rapi itu.
"Kalo kamu?" tanya Qiana kepada gadis yang duduk disamping Qilla.
Gadis itu tersenyum dan mulai memperkenalkan dirinya, "Nama gua Arasely Salsabela, panggil aja Sely."
"Oke, sekarang kita berempat temenan dong?" tanya Nasya.
"Iyaa dongggg!" jawab Sely, Qiana, dan Qilla kompak. Mereka pun tertawa bersama. Lalu pesanan mereka datang dan mereka langsung melahapnya.
***