《2》Setelah Sekian Lama

784 Words
Bel pulang sekolah yang sedari tadi ditunggu murid-murid pun akhirnya kini berbunyi. Semuanya langsung merapikan buku dan bersiap-siap untuk pulang, begitu juga dengan Nasya. Nasya segera mengeluarkan ponselnya untuk memberikan pesan kepada Dathan agar segera menjemputnya. Bang Dathan Nasya udah pulang Nasya tunggu di depan.               Setelah Nasya mengklik kata send, Nasya segera memasukan ponsel ke saku rok birunya dan Nasya mulai berdoa. Nasya langsung meninggalkan ruangan kelas setelah selesai berdoa. Ketika ia sudah sampai di depan gerbang sekolah, ia belum melihat tanda-tanda kehadiran Dathan. Nasya kemudian mengambil ponselnya dan ternyata sudah ada beberapa pesan masuk dari Dathan. Bang Dathan Maaf Sya, abang gabisa jemput. Abang ada tugas kuliah yang harus dikumpulin besok. Kamu pulang naik taksi aja ya? Tadi abang udah nyuruh Darrel buat pulang bareng kamu, tapi cuma diread. Hati hati pulangnya my little queen. Iya Bang Dathan gapapa. Nasya pulang naik taksi aja. Lagian bang Darrel mana mau pulang bareng Nasya, hehe... Dua puluh menit sudah Nasya menunggu taksi di depan gerbang sekolah. Namun, tidak ada satu pun taksi yang lewat. Nasya menghela nafas lelah, sampai kapan ia harus berdiri di depan gerbang seperti ini? Ketika Nasya sedang menolehkan kepalanya ke berbagai arah, berharap akan ada taksi yang lewat, kedua matanya tak sengaja menangkap dua orang yang berboncengan baru saja keluar dari dalam sekolah menggunakan motor. Nasya tiba-tiba kembali merasakan detak jantungnya memompa lebih cepat dengan irama yang tak beraturan. Kedua telapak tangannya seketika menjadi dingin, padahal cuaca sore ini sangat cerah. Sepersekian detik kemudian, motor yang membawa dua orang itu telah melintas dihadapannya dan tanpa sadar Nasya menarik napas lega. "Huh ... Nasya kenapa coba?" tanyanya pada diri sendiri. Suara klakson mobil membuyarkan Nasya dari segala lamunannya. Setelah Nasya tersadar ternyata sebuah mobil sudah berada tepat dihadapannya, tapi ... Nasya merasa sangat mengenali mobil yang berada dihadapannya saat ini. Akhirnya si pengemudi menurunkan kaca mobilnya, Nasya langsung menelan salivanya dengan susah payah setelah melihat siapa orang yang berada dibalik kemudi. Nasya sangat terkejut, ada perasaan bahagia yang teramat sangat saat ini di hati Nasya dan ... sekali lagi, Nasya masih sangat tidak percaya. "Bang Da-" "Masuk." Ucapan Nasya terpotong begitu saja. Tanpa menunggu lebih lama lagi Nasya langsung masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil yang sedang Nasya tumpangi hanya ada suara napas yang terdengar. Hening, sangat-sangat hening. Nasya masih tidak percaya bahwa hari ini Nasya akan pulang bersama orang yang selama ini Nasya sangat rindukan. Setelah berteman dengan keheningan yang terasa sangat lama, akhirnya mobil yang Nasya tumpangi kini sudah terpakir di halaman rumahnya. "Terima kasih, Bang Darrel." ucap Nasya dengan penuh kegembiraan. Darrel tidak menggubris sedikitpun  ucapan terima kasih Nasya, bahkan untuk sekadar menoleh Nasya pun tidak, Darrel langsung turun dan masuk ke dalam rumah. "Ngga apa-apa, Sya. Pulang bareng Bang Darrel adalah mukjizat terbesar selama tiga tahun terakhir ini." ucap Nasya pada diri sendirinya lagi. Kemudian, Nasya segera turun dan masuk ke dalam rumah. *** Malam ini Nasya duduk di balkon kamarnya sambil melihat bintang-bintang yang berkelip. Sudah menjadi kebiasaan Nasya setiap malam, setelah makan malam pasti ia langsung menuju balkon kamarnya untuk melihat bintang, kecuali sedang hujan. Nasya terus menatap langit dan mengagumi betapa indahnya karya tuhan yang sedang Nasya lihat saat ini. Lalu, Nasya merasa ada seseorang yang duduk di sampingnya, Nasya sudah bisa menebak siapa orangnya. Bang Dathan, siapa lagi? "Tadi kata Bunda kamu pulang bareng Darrel?" tanya Dathan tanpa basa-basi. "Iya Bang, Nasya seneeeeng banget. Akhirnya Nasya bisa satu mobil lagi sama Bang Darrel." jawab Nasya dengan penuh antusias. Dathan kemudian tertawa melihat sebegitu antusiasnya Nasya ketika Nasya pulang bersama Darrel, "Trus kamu ngobrol ngga?" tanyanya lagi. Nasya menggeleng, matanya lurus menatap bintang yang ada dilangit. Dengan lembut Dathan mengusap kepala adiknya itu. "Ngga apa-apa. Pulang bareng aja suatu keajaiban kan?" "Iya Bang. Mukjizat banget malah. Tapi kok bang Darrel mau ya pulang sama aku?" "Ngga tau, mungkin dia udah bosen kali diemin kamu." "Ngga ah. Bang Darrel masih sama. Tadi aja aku ngucapin makasih dia langsung pergi." Dathan tertawa lagi mendengar cerita Nasya. "Mungkin dia kebelet, jadi buru buru." ucap Dathan sambil menarik hidung Nasya. "Masa?" "Iya," "Bodo." kata Nasya, lalu ia menjulurkan lidah nya. "Dih kok kamu nyebelin?" "Biarin. Yang penting cantik. Iya, kan?" "Iyain aja deh, biar Nasya bahagia." Dathan menarik hidung Nasya dengan gemas, kemudian mereka tertawa bersama. "Oh iya, gimana tadi sekolah kamu?" "Ya gitu.” “Gitu gimana?” “Aku punya temen baru. Namanya Qiana, Aqillla dan Sely." "Baru segitu temennya?" Nasya mengangguk sebagai jawaban. "Oh ... Terus ada cowok yang kamu taksir ngga?" Nasya terdiam dulu beberapa saat. Tiba-tiba saja Nasya langsung mengingat kejadian tadi sore saat Nasya melihat dua orang yang melintas dihadapannya dengan perasaan yang sangat aneh. "Apa sih? Ngga ada pertanyaan yang lain gitu?!" Nasya malah balik bertanaya dengan kesal. "Ih yaudah sih! Kenapa kamu jadi marah sama abang? Kan abang cuma nanyaaa!" Dathan lalu menarik hidung Nasya lagi. "Lagian pertanyaan abang tuh aneh!" "Ya biarin, suka-suka abang lah!" "Iyain aja biar cepet." Dathan tertawa sembari mengelus puncak kepala Nasya, "Abang balik ke kamar ya?" "Iya."    ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD