Hari kedua Nasya bersekolah dia sudah memiliki cukup banyak teman. Mungkin jika orang yang tidak mengenal Nasya, ia akan menganggap bahwa Nasya adalah gadis pendiam yang sangat lugu. Namun, setelah mengenal Nasya lima menit saja, orang akan tahu bahwa Nasya adalah gadis yang enak diajak bicara dan cukup cerewet.
Saat ini Nasya, Qiana, Qilla, dan Sely tengah menyantap makan siang mereka di kantin. Mereka barempat baru kenal dua hari tapi seperti sudah mengenal bertahun-tahun. Mereka sudah sangat dekat layaknya sahabat sejati. Nasya sebenarnya juga mengharapkan seperti itu. Nasya berharap kalau mereka berempat akan menjadi sahabatnya sampai nanti.
"Eh, besok katanya demo ekskul ya? Kalian mau pada ikut ekskul apaan?" tanya Sely disela-sela obrolan mereka.
"Belum tau atuh Sely, demonya aja belum, gimana sih?" Qiana menjawab dengan nada yang sedikit jengel.
"Hehe ... kirain udah pada tau gitu mau pada ikut apa. Kalo gua si pengennya ikut pecinta alam, soalnya kata orang-orang di sana banyak cogannya. Jadi, gua bisa cuci mata gitu dehh!" ucap Sely dengan mata berbinar-binar.
"Dasar kids jaman now! Ikut ekskul tuh buat nyari ilmu dan pengalamannya, bukan nyari cogan buat cuci mata." kini Nasya yang bersuara.
"Ye ... ngga apa-apa kali, Sya, lu kalau mau ikut mah bilang aja. Oh iya, katanya Kak Sakha juga ikut pecinta alam lho, Sya. Yakin nih gamau ikut?" goda Sely sambil mngedipkan sebelah matanya.
"Ya ... terus?" tanya Nasya bingung.
"Mentok, wlee!" Sely menjulurkan lidahnya kepada Nasya. Sedangkan Nasya langsung melepar Sely dengan tissu yang sedang berada digenggamannya.
"Eh-eh, itu Kak Sakha sama Kak Rania bukan, sih?" kali ini Qilla yang bertanya.
Nasya, Qiana, dan Sely sontak langsung menoleh kearah yang ditunjuk oleh Qilla. Sungguh, Nasya merasakan perasaan aneh seperti kemarin sore. Jantungnya memompa lebih cepat lagi dan tangannya kembali dingin.
Qilla yang menyadari Nasya hanya diam menatap Sakha tanpa berkedip, akhirnya menyenggol lengan Nasya karena dia gemas sendiri melihat tingkah Nasya.
"NASYA!! WOY KEDIP!!" kata Qilla sambil berteriak. Dan dalam sekejap semua perhatian orang-orang yang berada dikantin tertuju ke arah mereka.
Qiana yang menyadari hal itu pertama kali, langsung membekap mulut Qilla sebelum anak itu berteriak lagi. Nasya yang namanya dipanggil langsung saja menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya, dia sangat malu.
Apalagi setelah Nasya mengintip dari selah jari-jarinya, ternyata Sakha sedang menatap ke arah meja Nasya dengan bingung. Nasya pun akhirnya memberanikan diri umtuk tidak menyembunyikan wajahnya lagi dan langsung saja kedua bola mata indah Nasya bertubrukan dengan kedua bola mata Sakha. Namun, hal tersebut tak berlangsung lama, karena Nasya langsung mengalihkan pandangannya kepada Qilla.
"Qilla! Lo kok dodol banget sih? Kan gua malu jadi diliatin, mana Kak Sakha juga ngeliatin. Ampun! Mati deh gua ketauan liatin Kak Sakha." kata Nasya lalu menepuk jidat.
"Hehe ... sorry, Sya, tadi kelepasan. Lagian lu ngeliatinnya serius banget sih!" Qilla berusaha membela dirinya.
Semua orang yang berada dikantin pun kembali sibuk dengan urusan mereka masing-masing setelah Qiana meminta maaf atas teriakan Qilla tadi. Namun, yang lebih parahnya sekarang ada tiga cowok yang sepertinya menuju ke arah meja mereka berempat. Apalagi ini?
Dan benar saja, ketiga cowok itu berhenti tepat di meja mereka.
"Hay, Boleh gabung?" tanya salah satu dari mereka.
Nasya, Qiana, Qilla, dan Sely saling berpandangan. Mereka tidak tahu harus menjawab apa. Dan setelah beberapa saat mereka berempat terdiam, salah satu cowo yang lainnya berkata.
"Kalau diam berarti boleh." kata cowok itu.
Ketiga cowok-cowok yang kadar kegantengan dan kekerenannya yang sudah tidak dalam batas wajar itupun langsung duduk dihadapan mereka berempat.
"Kok masih pada diem aja, sih? Ngga apa-apa kan kita gabung disini? Lagian kan kursi yang lain udah penuh, tinggal disini doang yang kosong." ucap salah satu dari ketiga cowok tersebut.
"Eh? Iya ngga apa-apa kok." jawab Nasya akhirnya dengan sopan.
"Oke. Oh iya, kenalin nama gue Arsen Juvanel Elfreda, panggil aja Arsen. Kelas sebelas IPS C." salah seorang dari mereka mulai memperkenalkan diri.
"Gua Dave Bastian. Panggil aja Dave, sekelas sama Arsen."
"Kalau gua Arman Bisyari. panggil aja ganteng!" Cowok bernama Arman itupun menaik-turunkan kedua alisnya seraya tersenyum dengan lebar pada Nasya dan kawan-kawan.
"Ye ... dasar setan!" kata Dave sambil menoyor kepala Arman.
"Sirik aje lu pocong!" Kini Arman yang menoyor kepala Dave.
"Heh bocah, ngga sopan banget sih kalian!" Kini cowok yang bernama Arsen angkat bicara.
"Ampun om!" kata Dave dan Arman bersamaan.
"Ye ... ngikut-ngikut aje lu bambang!" ucap Dave dan Arman bersamaan lagi.
"Woy udah! Lu pada ngga malu diliatin cewek-cewek di depan kita?" Arsen mencoba kembali melerai pertengkaran kecil antara Dave dan Arman yang memang sudah sering terjadi.
"Hehe ... maafin Arman, ya, Arman khilaf tadi." ucap Arman dengan cengiran lebarnya.
"Kalian lucu banget sih," kata Qilla seraya menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil.
"Iya dong lucu kan jadi ngangenin!” ucap Arman dengan percaya dirinya,”By the way, kalian belum ngenalin diri lho sama kita." lanjutnya.
"Gue Aqilla. Kita dari kelas sepuluh IPA A." Qilla yang pertama kali mulai memperkenalkan diriny.
"Gue Sely." ucap Sely lalu ia melengkungan senyum di bibirnya.
"Qiana. Salam kenal ya, Kakak-Kakak!” Ucapan Qiana membuat ketiga cowok di hadapan mereka tertawa.
"Annasya.” Saat Nasya memperkenalkan dirinya, Arsen menatap Nasya tepatdi kedua bola mata Nasya dengan cukup lama. Nasya merasa tidak enak ditatap seperti itu, akhirnya memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Oh ... jadi lo yang tadi diteriakin namanya sampe semua yang ada di kantin jadi liatin lo?" tanya Arsen akhirnya.
Nasya mengangguk sambil menahan malu yang sangat luar biasa.
"Emang lo liatin apaan dah sampe kayak gitu?" tanya Arman dengan rasa penasaran.
"Ngga liatin apa-apa." Nasya lalu tersenyum kikuk. Dan ketiga cowok itu hanya ber-oh ria mendengar jawaban Nasya.
"Oh iya sampe lupa, kita juga anak pecinta alam. Besok kita tampil juga kok di demo ekskul. Jangan lupa lihat, yaa!" kata Dave dengan bangga.
Sely hanya bisa menatap dengan tidak percaya. Bagaimana tidak? Saat ini dirinya sedang duduk berhadapan sekaligus berkenalan dengan anak-anak pecinta alam. Dan memang bukan katanya lagi, tetapi nyatanya anak-anak pecinta alam benar-benar mampu membuat mata Nasya dan kawan-kawannya kembali segar lagi.
***