Debby - 1

1112 Words
Debby sedang mengerjakan tugasnya sebagai asisten HRD di sebuah hotel ternama di Jakarta. Dalam satu ruangan ada empat orang yang bekerja termasuk Debby. Kepala HRD bernama Agung menaruh hati pada Debby. Lelaki berusia empat puluh tahun itu seorang duda beranak satu. Penampilannya memang lumayan untuk kaum hawa. Sayang sifat mesumnya membuat beberapa orang menjadi ilfil padanya. "Deb, nanti siang makan bareng, mau gak?" tanya Agung sembari mengedipkan mata. "Waduh, gak bisa pak. Kerjaan saya belum selesai, mending bapak pergi sama mbak Yuli aja," jawab Debby beralasan. "Udah, itu nanti aja diselesein. Mending makan bareng saya aja dulu. Gimana?" tanya Agung lagi, kali ini lelaki itu sedikit memaksa "Permisi, pak Agung dipanggil bos besar," ujar seorang karyawan. "Halah, ganggu aja kamu itu!" protes Agung sembari berjalan menuju ruang manager. Debby menghela napasnya lega. Cewek itu kembali fokus pada pekerjaannya. Didalam ruangan manager, Agung tengah berbincang dengan sang manager. "Maaf, bos. Ada apa memanggil saya?" tanya Agung sedikit kesal. "Tolong kamu siapkan meja kerja disini, saya mau mengangkat Debby sebagai asisten pribadi," jelas manager itu. "Kok saya, bos," protes Agung sekali lagi. "Kalo ga mau ya udah, saya ga maksa. Biar saya minta bantuan Awir saja." "Eh, eh ... saya mau kok, bos. Nanti saya siapkan." "Bagus. Jangan bilang Debby dulu ya! Ini rahasia!" "Baik, bos!" Lelaki itu keluar ruangan dengan wajah kesal. Kenapa Debby yang dipilih menjadi asistennya, kenapa bukan yang lain saja. Seketika pikiran kotor Agubg muncul. Jika ia tak bisa mendapatkan Debby, makan orang lain termasuk bosnya juga tidak boleh mendapatkan Debby. "Deb, laporannya sudah selesai belum?" tanya Agung. "Sudah pak, ini laporannya. Sudah saya pindah ke excel jadi tinggal ganti aja bulan depan," ujar Debby sembari memberikan sebuah flashdisk kecil bertuliskan 128Gb. Agung menyeringai, sebelum ia memberikan laporan itu pada managernya. Ia mengganti beberapa laporan dengan laporan yang salah. Mengacaukan beberapa file hingga menghapusnya dengan sengaja. Tepat sebelum Debby pulang, seorang karyawan memanggilnya untuk menghadap keruangan manager. Tok Tok Tok Ceklek "Permisi, pak. Anda memanggil saya?" tanya Debby yang hanya terlihat kepalanya saja. "Masuk, Deb. Duduk dulu!" ujar manager. Debby melangkah masuk lalu duduk diseberang managernya. Cewek itu bertanya-tanya tentang apa yang akan ia dapatkan kali ini. "Deb, yang bikin laporan ini kamu?" sembari menunjukkan flashdisk ditangannya. "Iya, pak. Saya yang mengerjakan." "Tidak ada yang membantu?" "Tidak, pak. Kan saya sudah fasih sama laporan itu, jadi ya ga perlu bantuan lainnya," ujar Debby dengan percaya diri. "Maaf Deb, semua laporan yang kamu setor salah semua, dan sangat fatal. Apalagi hari ini terkahir buat laporan ke CEO." "Loh, ga mungkin! Saya udah cek berkali-kali, pak!" "Deb, kesalahan hari ini gak bisa di toleransi. Saya harus mengetik ulang semuanya. Sedangkan CEO sudah menghubungi saya berkali-kali. Jabatan saya dipertaruhkan disini, CEO mau kamu resign, dan mulai besok kamu ga perlu datang lagi kekantor," jelas manager. Ucapan manager itu bagai angin topan yang menghancurkan salah satu kehidupan Debby. Cewek itu maaih berdiri kaku didepan kantor manager. Langkahnya menjadi berat untuk meninggalkan meja kerjanya. "Salah apa gue! Astaga, pak Agung tega banget sih! Bangke, dasar duda jelek!" gerutu Debby sembari berjalan pulang ke apartemennya. Kesialan Debby tak hanya berakhir sampai disitu saja. Ia bertemu pemilik apartemennya dan memberitahu Debby, bahwa apartemen itu sudah terjual. Pemilik memberi Debby waktu hingga tiga hari untuk mengemas barangnya. "Kenapa gue sial banget sih!" gumamnya. Debby mulai mengemas sedikit demi sedikit barangnya. Cewek itu berderai air mata. Ia kebingungan untuk mencari tempat tinggal. Lelah mengemas barang, Debby berbaring diatas tempat tidurnya yang berukuran queen size. Ia mencoba memejamkan matanya dan menenangkan pikiran. Ddrrtt ... ddrrtt Perjaka Tua is Calling ... "Hmmm?" "Deb, lo dimana?" "Di apartemen, Bi. Ada apa?" "Kumpul di cafe tempat Gina kerja kuy!" "Oke, Bi." Tut. Debby bangun dengan malas. Cewek itu langsung masuk kedalam kamar mandi untuk bersiap menuju cafe yang ditentukan Bian. Selesai dengan kegiatan di kamar mandi. Debby mengenakan kaos crop dan hotpants, tak lupa sepatu flat berwarna putih senada dengan kaosnya. Cewek itu keluar dari apartemen dan memilih naik ojek online menuju cafe. *** Sampai di cafe, Debby melihat Bian sudah duduk ditempat khusus anak STM. Bian tak sendirian, ada Bebi dan Eza disana yang sudah menunggunya. "Deb, sini," panggil Bebi. "Udah lama?" tanya Debby. "Gak kok, yang lain juga belum dateng," jawab Bebi yang duduk diatas pangkuan Eza. "Lu kenape, Deb? Mata lu kek habis nangis gitu," tanya Bian yang sedikit khawatir pada temannya. "Gue habis dipecat, sialnya lagi apartemen gue udah dijual ama yang punya. Dan sekarang gue bingung harus ngapain! Buset dah, nape gue jadi curcol sih!" gerutu Debby. "Gapapa, Deb. Keluarin aja semua, biar ati lu tenang," sahut Eza. Debby hanya mengangguk, tangannya meraih minuman Bian, lalu meminumnya tanpa meminta ijin. Bian hanya menggelengkan kepalanya melihat temannya itu. Debby melihat kelayar ponselnya. Ada satu pesan masuk disana. Chat dari Agung: Agung : Mau balik kerja ga? Anda : Ogah! Read. Debby dengan kesal memasukkan ponselnya kedalam tas. Ia kembali meminum minuman didepannya. "Mana nih yang lain? Masih lama ga?" tanya Eza. "Udah dijalan, bentar lagi juga nyampek, sabar nape sih!" jawab Bian. "Eh, Beb. Jangan gerak gitu, nanti dede bangun," ujar Eza yang sedikit mengerang karena kejantanannya bergesekan dengan pinggul Bebi. "Hehehe, maaf ... sengaja, Za," jawab Bebi cengengesan. Eza mendengus kesal, ia bisa lari kekamar mandi saat itu juga kalau Bebi terus menggodanya. Debby beranjak dari tempatnya menuju waitress yang berdiri dibelakang stand kerjanya. "Gina, buatin moccafloat dong, sama kue nya cheese cake ya?," ujar Debby memesan. "Oke, Deb. Eh udah kumpul belum? Lama amat sih!" gerutu Gina. "Emang ada apaan sih, Gin?" "Si Bian ada projek, maunya kita semua yang jalanin, katanya lumayan tuh feenya. Bisa buat shopping, beli apaoun yang kita mau," jelas Gina "Seriusan?" "Iya, Debby sayang." "Nata ama Mika mana sih?" "Lu kan tau mereka orang sibuk, jadi model di distro gitu lah," jelas Gina lagi. "Astaga, gue baru tau." "Ogeb lu!" Debby kembali menghampiri teman-temannya. Ia duduk kembali ditempatnya. Kali ini Nata dan Mika sudah hadir disana. Suasana menjadi ramai ketika mereka datang. Bagaimana tidak, banyak cewek genit yang sengaja minta foto dengan mereka. "Oke gaes, kita mulai aja ya? Eh Deb, panggilin Gina dong," ujar Bian yang akan memulai perbincangan. "Oke, bentar." Debby berjalan menghampiri Gina. Ia mengajak Gina untuk ikut bergabung dengan yang lainnya. "Oke, gue mau jelasin soal jasa pacar kontrak. Jadi kita bakal buat website dan ** untuk mencari klien," jelas Bian. Dan perbincangan itu berakhir dengan kepuasan yang dirasakn oleh Debby. Kini ia bisa tidur dengan tenang dan menjalani keesokan harinya tanpa ada beban lagi yang harus ia pikirkan. Sampai di apartemennya, Debby mengemas pakaian dan barang-barangnya. Ia juga menyiapkan kunci mobil sportnya. Meski ia tinggal di apartemen sederhana. Debby tetaplah anak orang kaya yang masih memiliki harta. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD