bc

CONTINUE WRITING

book_age4+
244
FOLLOW
1.2K
READ
love after marriage
arrogant
drama
comedy
sweet
city
highschool
office/work place
first love
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Aya dan Kendra sudah lama dijodohkan oleh kedua orang tuanya, mereka sama-sama tidak keberatan dan berencana menikah sesuai kemauan keluarga, semua awalnya berjalan lancar sampai suatu hari Ibu Tiri Kendra tahu bahwa Kendra akan menikah dalam waktu dekat padah sang Ibu juga sudah menyiapkan calon istri pilihannya sendiri.

Kecewa, marah bahkan merasa tidak dianggap sama sekali membuat Sang Ibu memperlakukan Aya dengan buruk, Sang Ibu menjadikan Aya pelampiasan semua bentuk kemarahannya, merencanakan banyak hal untuk memisahkan Aya dan Kendra, mulai dari mencoba mendekatkan Kendra dengan calon pilihannya sampai membuat Aya dan Kendra mendapatkan banyak kesulitan selama hidup bersama.

chap-preview
Free preview
(1) Continue Writing
Aya Point Of View. Gue berjalan melewati koridor kampus dengan jemari menggenggam erat tas ditangan gue sekarang, hari ini gue genap berusia dua puluh dua tahun dan itu artinya hari ini adalah hari dimana gue resmi menjadi tunangan dari seseorang, seseorang yang sudah dijodohkan dengan gue untuk waktu yang sangat lama, terdengar lucu memang tapi begitu kenyataannya. Gimana gak lucu coba, gue yang bisa dikatakan menjomblo seumur hidup ini dan udah sangat terbiasa melakukan semuanya sendirian tahu-tahu aja malah resmi mempunyai tunangan hanya karena umur gue memasuki tahun ke dua puluh dua, cuma satu kata yang bisa menjelaskan kejadian se-absurd ini, perjodohan! Perjodohan yang sudah direncanakan lama oleh orang tua gue yang membuat gue berada diposisi seaneh ini sekarang. Pertanyaannya sekarang adalah, apa gue gak merasa keberatan? Apa gue terima gitu aja dijodohkan kaya gini? Gue gak tahu pasti jawabannya, gue sendiri gak punya jawaban untuk pertanyaan semacam ini, merasa keberatan enggak tapi menerima gitu aja juga enggak, gue sempat menolak tapi gak sampai harus berdebat dengan orang tua gue juga, kalau memang menurut orang tua gue itu ya terbaik yaudah iya, gue akan menikah dengan calon yang diinginkan orang tua gue itu. Setelah tahu kalau gue dijodohkan, gue juga sama sekali udah gak punya pemikiran untuk dekat dengan laki-laki lain, setiap kali ada laki-laki yang punya niat dan tujuan lebih, gue akan selalu narik diri mundur lebih dulu karena menurut gue itu semua akan percuma, gue udah tahu kalau gue gak akan bisa menikah dengan laki-laki lain jadi kenapa gue harus buang-buang waktu dan tenaga untuk berhubungan dengan laki-laki lain juga? Sikap gue sekarang mungkin terlihat seakan gue sangat pasrah dengan keadaan tapi pasrah bukan berarti gue mengabaikan hidup gue sendiri, dijodohkan bukan berarti hidup gue akan hancur, perjodohan juga gak sedrama itu, banyak hal yang masih bisa gue lakukan sesuai dengan keinginan gue sendiri jadi kenapa gue harus memandang rendah hidup gue hanya karena nantinya gue harus menikah dengan laki-laki yang dicarikan orang tua gue? Lagian gue percaya kalau orang tua gue gak akan mungkin sembarangan milih pasangan hidup untuk anaknya. Dan yang terpenting, sesomplak-somplaknya gue, gue masih percaya dengan yang namanya jodoh sama takdir, mau gue menolak separah apapun keinginan orang tua gue kalau memang gue berjodoh sama tu orang, gue akan tetap menikah tapi kalau dia bukan jodoh gue, sebaik apapun orang tua gue mengatur rencana, akan ada saat dimana keinginan mereka gak berjalan sesuai harapan, yang namanya takdir gak akan berubah arah cuma karena didepan ada tikungan, pemikiran gue memang sesederhana itu. Yang perlu gue ingat dan gue lakuin sekarang cuma satu, mempersiapkan diri gue sebaik mungkin sampai akhirnya gue layak untuk disandingkan dengan siapapun, jodoh itu cerminan diri dan yang menjaga juga untuk mereka yang terjaga, jadi gue akan berpegang dengan sesuatu yang ingin gue percaya, gak perlu berdebat dan berpikiran terlalu jauh, cukup jalani hari-hari gue seperti biasa sampai waktunya seseorang yang bejodoh akan bertamu ke rumah gue nantinya. "Ayo mikirin apaan coba?" Tanya Yuni menggandeng lengan gue tetiba, gue menatap Yuni kaget begitu tiba-tiba ada lengan yang menggandeng gue kaya gini. "Lo mah kalau muncul selalu dadakan, bikin sport jantung gue tiap hari." Balas gue nepuk tangan Yuni cukup keras, bukannya melepaskan gandengan di tangan gue, Yuni malah semakin mengeratkan gandengannya dengan sengaja, bener-bener memang. "Alah lebay lo tapi gue serius ni, lo bengong mikirin apaan? Orang ngerayain hari jadi harusnya seneng, bahagia nah lo apaan? Muka kusut kaya baju gak disetrika begini." Tanya Yuni masih dengan posisi yang sama, gue sama Yuni berjalan beriringan sambilan ngobrol kaya sekarang, bukan ngobrol sih tapi lebih tepatnya tapi Yuni lagi ngintrogasi gue, alasan muka gue katanya kusut kaya gini itu kenapa? "Yang ngomong gue gak seneng siapa? Yang bilang gue gak bahagia siapa Yun?" Tanya gue balik sembari tersenyum kecil, gue ngambil alih botol minum Yuni karena Yuni sibuk ngegandeng lengan gue kaya sekarang. "Yang ngomong sama bilang mah gak ada tapi muka lo sekarang jelas gak ada bahagia-bahagianya, seneng juga gak banget, beda sama ultah lo tahun lalu, waktu itu, lo seharian hidup penuh dengan semangat empat lima, nah sekarang apaan? Muka lusuh kaya manusia kurang vitamin jasmani sama rohani, menderita banget gue ngeliatnya." Dan gue langsung tertawa lepas dengan ucapan Yuni sekarang, ni anak isi otaknya apaan coba? Bisa banget merangkai kata sampai bisa sedramatis itu kedengarannya? Salut gue. "Gue seneng Yun, gue bahagia cuma__" "Seneng sama bahagia tapi ada cumanya? Itu bahagia beneran apa bahagia lo buat-buat Ay? Kurang meyakinkan gini gue dengernya." Potong Yuni cepat melepaskan gandengannya di lengan gue, Yuni memberhentikan langkah tetiba yang membuat gue ikut memberhentikan langkah dadakan juga, ni anak sekarang mikirin apaan lagi? "Jangan bilang lo kaya hilang semangat hidup begini karena hari ini lo tepat berusia dua puluh dua tahun? Lo benaran resmi jadi tunangan orang?" Tebak Yuni gak santai, gue mengehembuskan nafas panjang memperhatikan Yuni sekarang, volume suaranya bener-bener bikin naik darah tahu gak, gak bisa diperkecil apa? "Lo nanya sama gue apa mau ngasih pengumuman untuk sepanjang koridor hah? Suara lo ngalahin spiker mesjid tahu gak, rusuh banget." Balas gue hampir aja nepuk bibirnya Yuni yang nanya keras banget kaya barusan, kalau gak inget sahabat, udah gue tinggal jalan barusan. "Ya sorry, gue sepenasaran itu sama lo makanya suara gue gak terkondiskan untuk sesaat, jadi gimana? Tebakan gue benerkan? Resmi dong lo jadi tunangan orang lain hari ini?" Wajah penuh semangat Yuni sekarang malah ngalahin muka gue yang resmi tunangan, Yuni sepenasaran itu memang keliatan jelas, wajah penasarannya udah ke baca sama gue. "Lo keliatan lebih semangat dari gue, perasaan yang ultah siapa, yang tunangan juga siapa, heran." Gue tersenyun kecil memperhatikan muka kesal Yuni sekarang mendengarkan ucapan gue barusan. "Karena lo sahabat gue makanya gue semangat, kalau lo orang lain mana bakalan gue peduli, terus gimana? Udah tunangan, udah ketemu dong sama calonnya? Tanpangnya gimana? Bisa memperbaiki keturunan lo dimasa depan gak?" Pertanyaan bener-bener gila, udah mikirnya ke keturunan pula, gue menggelang pelan untuk pertanyaan Yuni kali ini. "Hah? Belum? Terus itu sebelum sama sesudah tunangan apa bedanya?" Muka yang nanya keliatan gak habis pikir banget sekarang. "Cincin pertunangan udah gue terima semalam, lo juga udah liatkan? Kalau bedanya sebelum dan sesudah tunangan itu apa? Sekarang gue punya nomer kontak calon suami gue." Jelas gue mengedipkan mata menggoda untuk Yuni.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
97.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook