(3) Investasi Masa Depan

1008 Words
"Itu artinya Kak Rendra ganteng dong Ay." Tanya Yuni lumayan keras, seketika beberapa orang yang berjalan beriringan dengan kita berdua di sepanjang koridor udah natap gue sama Yuni dengan tawa tertahan, gila ni anak, itu nanya apa mau bikin pengumuman dadakan? Suaranya bener-bener bikin orang kesal, andai waktu presentasi makalah sama tugas suaranya bisa selantang kaya nanya ke gue barusan, gue rasa nilai A di setiap mata kuliah bisa Yuni dapat dengan lebih gampang. "Suara lo ya Yun, bener-bener gak terkondisikan, kan barusan gue udah ngomong kalau gue belum pernah ketemu langsung sama Kak Rendra jadi gue mana tahu pasti tampangnya tu orang kaya apa? Gue itu barusan ngomong kalau tampang Kak Rendra bisa sangat sukses untuk memperbaiki keturunan ya itu menurut pendapat keluarga gue juga." Jelas gue nyubit lengan Yuni geram. Gue itu belum pernah ketemu sama Kak Rendra, ngeliat fotonya aja belum jadi gimana bisa gue tahu tampangnya Kak Rendra itu gimana? Yang bisa gue jawab sekarang ya semuanya berdasarkan pendapat keluarga gue, mereka yang udah pernah ketemu, kalau menurut mereka ganteng ya udah gue ikut aja, toh bagi gue yang paling penting itu hatinya, baik atau enggak, kalau hatinya baik, lelaki gak gantengpun akan punya daya tarik tersendirinya, kan selera orang beda-beda. "Yah kalau cuma berdasarkan pendapat keluarga lo itu mah sama aja bohong, lo sendiri tetap aja belum liat dan ketemu langsung, percuma gue pasang antusias setinggi ini." Yuni keliatan kecewa detik itu juga, padahal beberapa detik yang lalu Yuni udah semangat banget untuk ngedengerin penjelasan gue, antusiasnya udah tinggi banget. Apa membicarakan laki-laki yang berstatus calon suami gue itu sangat menarik untuk Yuni dengerin? Kenapa bagi gue malah gak semenarik itu? Gue gak mau terlalu mikirin ya karena gue gak mau terlalu berharap, gue gak mau bereskpetasi terlalu tinggi dan begitu kenyataan gak sesuai keinginan, gue akan kecewa sendiri, itu yang gak gue mau makanya sikap gue rasa tertutup, gue bahkan agak males kalau harus membahas masalah Kak Rendra. "Makanya pergunain rasa ingin tahu lo itu dalam hal pembelajaran, kalau setiap mata kuliah minat, rasa ingin tahu dan antusias lo bisa setinggi ini, gue jamin nilai lo bakalan A+ terus Yun, serius." Mendengar jawaban gue barusan, Yuni langsung menatap gue malas dan berjalan lemas masuk ke dalam kelas, giliran gue bahas masalah belajar aja udah nyerah sama pasrah duluan ni anak. Masuk ke kelas dan duduk dengan tenang, kita berdua ngambil posisi paling belakang terus paling pojokan juga, hari ini dosennya rada-rada gimana sedikit, kalau duduk di depan kemungkinan bakalan di tanya-tanya terus jadi gue sama Yuni sepakat duduk di tempat yang bisa terbilang aman kaya sekarang. "Ay! Tar pulang kuliah temenin gue nyari barang sebentar yuk, besok lusa Adik gue ulang tahun jadi gue mau nyari kado." Ucap Yuni yang gue angguki, tepat saat gue mulai mengeluarkan buku pelajaran gue, dosen yang ngajar masuk, seketika seisi ruangan langsung berubah hening, sepi udah kaya di kuburan. . . . Seperti ucapan Yuni tadi, selesai kelas gue bakalan nemenin Yuni nyari kado untuk adiknya yang mau ulang tahun lusa, kita nyari gak jauh-jauh sih, kebetulan di daerah dekat kampus ada mall jadi kita langsung ke sana, gak perlu bingung-bingung lagi buat mikir mau beli dimana dan disinilah kita berdua sekarang, di salah satu toko alat-alat kosmetik. "Yun! Lo katanya mau nyari kado untuk Adik lo kan? Tapi kenapa sekarang kita berdua malah dimari?" Tanya gue yang dijawab dengan anggukan Yuni, kalau memang tujuan kita berdua keluar adalah untuk nyari kado buat Adiknya Yuni Si Riza, kenapa kita malah ke toko kosmetik? Riza itu laki-laki bukan perempuan, laki-laki mana yang mau pakai beginian? "Ini namanya sambilan menyelam minum jus, Ay! Udah kepalang dateng kemarikan ya udah sekalian aja gue beli alat kosmetik, kebetulan kosmetik gue juga udah pada mau abis, beli sekalian kan gak masalah, biar sekali jalan." Ck! Bisa benget ngelesnya ni anak, kenapa gak dari awal ngomong begini? Kan gue bisa sekalian beli juga, gue gak cuma dateng dan nyumbang pendapat, gue bisa ngecek dulu di rumah tadi ada yang harus gue beli gak, dasar ya memang. "Kenapa lo gak ngomong dari tadi elah? Yaudah buruan lo mau beli apaan ni jadi?" Tanya gue mendesak Yuni untuk milih lebih cepat, ingat waktu, ini udah jam berapa? Kado buat Riza juga belum dia beli jadi jangan kelamaan milih disini, kita berdua didesak waktu. "Bentar-bentar, gue bayar dulu, sabar." Nepuk pelan bahu gue, Yuni mulai ngantri untuk belanjaannya dan gue masih berdiri ngeliat kosmetik, sambilan nunggu gitukan, biar gak bosen. Gak berapa lama gue nunggu, Yuni selesai dengan pembayarannya dan kita berdua berpindah masuk ke salah satu toko pakaian, Yuni ngomongnya sih mau beli kemeja tapi gak tahu juga, ni anak masih milih-mlih, kalau udah ada di depan mata malah bingung sendiri mau milih yang mana, semuanya keliatan bagus. "Ay! Ini bagus gak?" Panggil Yuni mempeihatkan sebuah kemeja kotak warna abu-abu yang ada ditangannya ke gue, gue menggeleng pelan, kemejanya keliatan terlalu dewasa, gak cocok di pakai anak SMA seusia Riza, ini menurut pendapat gue. "Kalau yang ini?" Tanya Yuni memperlihatkan kemeja seruma hanya saja warnanya beda, sekarang malah warna navy, gue tetap menggeleng pelan, yang bikin kemejanya keliatan dewasa itu bukan dari warna tapi dari motifnya, kalau cuma warna doang yang di ganti sama Yuni ya sama aja, modelannya itu-itu juga, gak ada bedanya sama sekali. "Yun, bukannya itu modelnya masih sama ya? Cuma beda warna doang, inget Yun, Adik lo itu masih SMA, jangan lo dandanin biar keliatan tua." Ucap gue tertawa kecil sambilan geleng-geleng kepala, lagian Riza punya Kakak kok begini banget ya? Seleranya ketuaan. "Dari pada lo cuma duduk dan ngasih pendapat lo tentang pilihan gue, kenapa gak lo bantu cari secara lansung hadiahnya? Pilihin yang paling bagus untuk Adik gue." Yuni meletakkan lagi kemeja yang di pegangnya barusan dan mulai milih yang lain lagi, gue juga mulai melakukan hal yang sama, bukan cuma memberikan pendapat tapi ikut nyari yang memang bagus menurut gue untuk dipakai Riza. "Ay! Ren, yang ini bagus gak?" Tanya Yuni ke gue dan seorang laki-laki ke temennya yang berdiri di samping gue dengan pertanyaan yang sama.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD