Setelah mengantar Angga ke bandara, Yumna kembali ke rumah untuk menjemput bu Sonia ke rumah sakit.
Saat mereka berjalan di lorong rumah sakit seseorang datang mendekat dan menyapa Bu sonia." Hai jeng. Apa kabar? Lama banget nggak ikut kumpul arisan bareng kita! " suara seseorang menyapa Bu Sonia.
Bu Sonia yang terkejut langsung menatap ke arah wanita paruh baya dengan dandanan yang super glamour membuat bu sonia memicingkan matanya. " Eh jeng Ita. Apa kabar ? " tanya bu sonia sambil tersenyum ramah.
" Lagi kurang sehat nih jeng, mangkanya minta anterin anak saya ke rumah sakit. Jeng sendiri gimana kabarnya? Katanya kemarin sakit udah sehat? " tanyanya lagi.
" Sudah mulai membaik."; sambil menatap ke arah Rio yang berdiri tidak jauh dari ibunya.
Yumna yang mendengar suara ibu tadi langsung terkejut karena dia merasa sangat familiar dengan suara tersebut, sementara Rio yang melihat Yumna sedang mendorong kursi roda malah menganga tak percaya.
" Kamu! " ucapnya sambil menunjuk Yumna.
Yumna menoleh sambil tersenyum kaku.
" Kamu yang tadi pagi kan?! " Rio mengingat kembali pertemuannya dengan Yumna tadi pagi.
Yumna hanya mengangguk pelan, sementara Bu Sonia dan Bu Ita terkejut saat melihat interaksi keduanya.
" Kalian udah saling kenal ? " tanya bu sonia bingung .
Yumna menggeleng, tapi Rio menjawab. " iya. "
Sekarang bu sonia dan Bu Ita saling berpandangan melihat tingkah keduanya yang kesan lucu.
" Jadi kalian saling kenal atau tidak? " tanya Bu Ita memastikan.
" Sebenarnya kita baru ketemu sih tadi pagi, tapi Rio lupa tanya nama dia. jadi tanya sekarang aja ya mah?! Kenalin aku Rio, kamu siapa? " Tanya Rio tanpa basa-basi.
Yumna yang mendengarnya menggeleng tak habis pikir. " Bisa-bisanya dia malah bertanya nama aku setelah kejadian tadi pagi, dasar laki-laki sinting! " gerutu Yumna dalam hati.
" Namanya Yumna! " jawab Bu Sonia.
" Yumna? " nama yang bagus puji Rio sambil tersenyum manis menatap Yumna.
" Ini anaknya jeng ?" tanya ibu Ita pada bu sonia.
" Iya dia anak saya. "
" Wah cantik sekali ya. Tuh Rio, kalau cari istri itu yang cantik kayak anaknya Bu Sonia. Bukan malah nikahin gadis kampungan dari keluarga yang gak jelas asal-usulnya! " celetuk Bu Ita, sambil menyenggol sikut anaknya.
Mendengar ucapan Bu Ita membuat hati Yumna seperti tersayat oleh belati, ucapan-ucapan Bu Ita tadi terdengar begitu menusuk di telinga Yumna. Namun ia dengan sekuat tenaga dan hati menahan untuk tidak menangis atau menunjukkan amarahnya dengan senyuman palsunya.
" Oh iya jeng, ngomong-ngomong Yumna udah nikah belum jeng? Kalau belum bagaimana kalau kita jodohkan saja anak kita! " tiba-tiba saja Bu Ita memberikan ide konyolnya.
Yang sontak saja membuat Yumna langsung membelalakkan matanya karena terkejut tidak hanya Yumna tapi Bu Sonia juga ikut terkejut karena setahunya Rio anak Bu Ita baru saja menikah enam bulan yang lalu.
" Loh jeng bukannya anak kamu sudah nikah ya? Kok malah mau dijodohkan lagi sih? " tanya Bu Sonia kebingungan
" Oh itu, sudah satu bulan yang lalu istrinya Rio kecelakaan dan meninggal. " jawab Bu Ita dengan santai.
Bu Sonia terkejut. " Saya turut berduka cita jeng. Tapi sebaiknya jangan terlalu cepat untuk mencari penggantinya pamali! " tegur Bu Sonia.
" Iya jeng saya juga tahu, tapi kan untuk jaga-jaga kami harus mulai antisipasi dari sekarang. Mulai cari pengganti yang baru untuk anak kami ini, siapa tahu Yumna berjodoh sama Rio! " Bu Ita menanggapi omongan Bu Sonia dengan santai.
Sementara Yumna yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan memutar bola matanya dengan malas. Dia sudah bisa menebak akan seperti apa sedihnya hidup istri Rio mempunyai suami dan mertua seperti mereka.
" Bu sepertinya dokternya sudah datang. " tegur Yumna mengingatkan Bu Sonia.
" Oh iya, ayo kita ke sana! Jeng saya pamit dulu ya sudah waktunya untuk periksa." Bu Sonia berpamitan pada Bu Ita.
" Semoga lekas sehat kembali jeng, saya tunggu di arisan berikutnya! "
" Iya, semoga saya bisa datang jeng! bye. " Bu Sonia menyentuh lembut dengan Yumna sebagai tanda agar Yumna kembali berjalan.
Sepeninggalannya bu Sonia dan Yumna, Bu Ita kembali menatap anaknya. " Yumna cantik ya? Seandainya dia mau jadi menantu ibu, udah cantik anak orang kaya. Ibunya juga sosialita lagi jadi nggak malu-maluin kalau diajak kemana-mana. Enggak kayak istrimu yang nggak guna itu! " celoteh Bu Ita pada Rio.
Sementara Rio sejak tadi hanya menatap punggung Yumna yang mulai menjauh sambil senyum-senyum tak karuan. " Mah kayaknya aku harus berjuang buat dapetin hatinya dia deh. Gimana mah? "
" Good boy ! Mama pasti setuju dong, kamu memang harus berjuang buat dapetin berlian. Mama doain semoga kamu beruntung ya nak. udahlah kamu lupain aja itu mantan istri kamu itu, lagian juga dia itu kan udah mati jadi nggak usah kamu ingat-ingat lagi! "
Sementara di ruang tunggu Bu Sonia sedang duduk menunggu panggilan dokter. " Nak kamu kenal Rio di mana?" tanya Bu Sonya menatap Yumna serius.
" Rio? " tanya Yumna pura-pura bingung.
" Iya Rio, itu anaknya ibu tadi. Kamu kenal dia di mana? "
" Oh itu. Tadi pagi nggak sengaja berpapasan aja terus dia ya kayak tadi senyum-senyum gitu sama aku. " bohong Yumna.
" Hati-hati nak, sepertinya dia bukan lelaki yang baik. Kalau didekati kamu kamu harus waspada! karena setahu ibu dia tuh udah nikah. "
" Sudah nikah? Tapi...."
" Tapi apa? "
" Enggak kelihatan kayak udah nikah ya Bu, hehehe. " jawab Yumna sambil terkekeh.
" Kamu suka sama dia? " tanya Bu Sonya curiga.
" Bukan, bukan itu maksudnya bu. Maksudnya Yumna kalau laki-laki sudah menikah pun tidak terlihat kalau dia sudah menikah. Kayak tadi gayanya dia kayak lelaki single dan jomblo yang benar-benar sedang cari pacar. " Yumna menjelaskan maksud ucapannya.
" Yaitu lah yang ibu maksud tadi, dia itu lelaki yang seperti itu. Kalau dia laki-laki baik nggak mungkin istrinya baru meninggal apalagi kecelakaan dia malah genit sama perempuan lain. Lelaki seperti itu yang ibu maksud bukan laki yang baik! "
" Iya Bu Yumna ngerti maksud ibu. Ibu nggak usah khawatir ya! Yumna akan hati-hati sama dia." jawabnya berusaha menenangkan ibu Sonia
***
" Yumna duduk di sini! Angga ada telepon nggak? "
" Belum Bu. Mungkin belum sampai, besok pagi Yumna coba telepon kak Angga. "
" Iya. Makasih ya Yumna hari ini kamu sudah anterin ibu buat berobat. Ibu senang akhirnya ada kamu Yang anterin ibu, karena ibu nggak bisa berharap sama Angga. Lihat aja sekarang bukannya nganterin ibunya malah lebih mementingkan bisnis. Bahkan lupa pamit sama ibu. "
" Ibu tadi pagi itu kak Angga pamit sama ibu, cuma karena ibu masih tidur jadi dia hanya cium kening ibu. Karena dia juga nggak mau ganggu tidur ibu. "
" Kamu yang anterin Angga tadi pagi? "
Yumna hanya mengangguk membenarkan membenarkan ucapan bu Sonya. Sementara Bu sonya hanya tersenyum senang saat mengetahui Yumna lah yang mengantarkan anaknya untuk bekerja. " Jadi tadi itu Yumna? Syukurlah kalau itu Yumna. " Bu Sonia bersyukur dalam hati.
" Ibu kenapa? Kok malah ngelamun? "
Bu sonia hanya menggeleng kan kepalanya sambil tersenyum. " Ibu nggak apa-apa kok. Ibu hanya teringat Diandra saja. " Jawabnya pelan dengan tatapan mata yang sendu.
" Ibu kangen Diandra? " Yumna berlutut di hadapan Bu Sonia sambil menggenggam tangannya.
Bu Sonia mengangguk pelan.
" Gimana kalau besok kita ziarah ke makamnya Diandra?! Karena Yumna juga kangen sama Diandra Bu. " Yumna menatap lekat mata Bu Sonia.
Dalam penglihatan Yumna bu sonya duduk dengan kursi roda dihadapan makan Diandra sambil burai air mata, namun setelah itu Bu Sonia tersenyum menatapnya dengan tatapan yang dalam dan lembut. Yumna tersadar saat tangannya ditepuk pelan oleh Bu Sonia.
" Kamu kenapa kok malah ngelamun sih? "
" Yumna lagi cari alasan buat minta izin ke kak Angga Bu. "
" Aduh Yumna, kamu tinggal bilang aja kalau ibu yang minta. Bilang aja sama dia ibu yang maksa kamu buat anterin ibu ke makam beres kan! Gitu aja kok takut! "
" Iya ibu nggak takut karena ibunya, tapi aku? Kak Angga itu galak sama aku bu! "
" Siapa yang galak? Angga? Oh awas aja ya kalau pulang ibu akan tegur dia supaya nggak usah galak-galak lagi sama kamu! " ungkap Bu Sonia dengan semangat.
" Yumna kalau Angga tidak galak kamu mau ga jadi istrinya? "