7. jadi pelakor ?

1333 Words
Yumna yang masih mengantuk berkali- kali menguap, Angga yang sedari tadi mencuri pandang tersenyum geli melihat wanita di sampingnya itu menahan kantuk. " Kenapa seyum- senyum sendiri? " tegur Yumna saat menangkap basah Angga Yang sedang asik tersenyum. " Hah? " respon Angga bingung. " Itu kenapa Lo senyum- senyum sendiri gitu? Ngetawain gue ya Lo? " Tanya Yumna lagi. " Iya. menertawakan ke goblokan Lo! " jawab Angga jujur. " Yang mana? " " Lo semalem Lo begadang hanya karena tidur sekamar sama gue? Padahal gue udah bilang gue ga akan berbuat curang sama Lo, tapi Lo ga percaya sih! " Angga melirik Yumna sinis. " Ya, gue jaga- jaga aja. Ingat ya cewek sama cowok dalam satu kamar berduaan yang ketiganya setan dan gue ga yakin juga kalau Lo bisa nahan nafsu buat terkam gue. " mata Yumna melotot ke arah Angga. " Ekh, ingat juga ya gue bukan cowok pecundang yang suka ambil kesempatan dalam kesempitan. Gue ga sepicik itu Yumna, apalagi masalah nafsu. Gue masih punya batasan dan cukup rasional! " Bantah Angga kesal. " Kenapa juga semalam kamarnya penuh semua! " Gerutu Yumna sebal. " Gue kasih tahu satu fakta menarik tentang gue Yumna. Di luar sana cewek- cewek berbaris dan memohon untuk bisa dekat, bahkan rela tidur sama gue! " Bisik Angga pada Yumna dengan sombongnya. " Jangan samakan gue sama mereka. Gue ga bego kaya mereka! " Jawab Yumna sambil menunjuk Angga dengan telunjuknya tepat di depan wajah lelaki itu, setelah selesai berbicara dia segera turun dari mobil. " Wow, berani juga nih cewek. " Angga mendengus kesal. Yumna yang baru saja turun terbelalak melihat rumah mewah di hadapannya itu, jauh lebih besar dan mewah dari milik kelurga suaminya. Ia melihat sekeliling rumah yang memiliki tempat parkir dan taman yang cukup asri. " Ayo masuk! " Suara Angga mengagetkan Yumna. Yumna mengikuti langkah lebar Angga yang memasuki pintu masuk yang cukup tinggi dan besar. " Ini rumah Lo kak? " Tanya Yumna sambil terus melihat sekeliling rumah yang memiliki gaya klasik itu , di padukan dengan berbagai pajangan dan perabot yang juga bergaya senada. " Iya. " jawab Angga yang kini berhenti berjalan, membuat Yumna ikut menghentikan langkahnya. " Pekerjaan Lo ada di dalam sini. " Pria itu melemparkan pandangannya ke sebuah kamar dengan pintu jati berwarna khas kayu jati. Yumna yang mendengarnya langsung ikut menoleh ke arah Angga melihat tadi. " Kamar? Ini kamar siapa? " Bisik Yumna pelan. Angga tak menjawab hanya mengubah raut wajahnya yang tadinya serius dengan senyuman manis dan hangat. Jujur ini kali pertama Yumna melihat senyuman tulus dari Angga. " Senyum Yumna. " ucap Angga sebelum membuka handel pintu di depannya. Yumna hanya menuruti perkataan lelaki itu, ia memasang senyuman termanisnya sebelum ikut melangkah masuk ke dalam kamar itu. Saat di dalam Yumna melihat seorang wanita yang memakai pakaian serba putih dengan rambut pendek sebahu dan seorang ibu- ibu yang kini terbaring di atas ranjang dengan infus yang masih menempel di tangannya. " Itu siapa? " bisik Yumna pada Angga menatap ibu Sonya yang terlelap menghadap ke samping. " Dia ibu gue. " menjawab Yumna. " Suster gimana ibu? Apa semuanya baik- baik saja? " kini Angga bertanya pada suster yang merawat ibunya. " Masih sama seperti sebelumnya pak , tapi ibu nanya tentang bapak dan...." Sang suster tak berani meneruskan kalimatnya hanya menundukkan wajahnya. Angga yang sudah paham hanya mengangguk. " Kalau ibu bangun panggil saya sus! " ucap Angga. " Ikut gue! " Angga menarik tangan Yumna meninggalkan kamar ibunya. *** " Apa? Apa Lo gila kak? Gue ga mau jadi pelakor ! " Mata Yumna melotot tak percaya menatap Angga di hadapannya. " Tapi kenapa harus jadi pelakor sih kak? " Yumna menggeleng , matanya sudah memerah. Angga berdiri dari duduknya berjalan perlahan ke belakang Yumna dan menjawab pertanyaan wanita itu . " Karena mereka pantas mendapatkan itu. Apapun yang gue punya ga boleh direbut siapa pun. Kalau ada yang berani merebutnya gue pastikan dia akan hancur ditangan gue. " Yumna tak menyangkan kalau akan ditugaskan menjadi perusak hubungan seseorang, ia merasa serba salah saat ini. " Yumna percaya sama gue. Gue engga akan menyusahkan orang yang tidak bersalah. Gue kejam sama mereka karena gue punya alasan sendiri. Dan Lo harus bisa bikin ibu gue tersenyum seperti dulu! Ingat Yumna tidak ada makan siang yang gratis." Ucap Angga serius. Tiba- tiba saja Yumna teringat kejadian saat di Korea setelah dia pertama kali melihat wajahnya di cermin, ia ingat Angga juga berbicara persis seperti ini. Yumna menoleh menatap mata Angga dengan lekat. Tiba- tiba saja penglihatannya memperlihatkan ibu Angga tadi sudah mulai bisa tersenyum ketika mengobrol dengan seseorang, ia tampak ceria dan bersemangat sesekali tertawa lepas tak jauh dari ada Angga yang duduk dengan tersenyum kecut menatap ibunya. Yumna mengedipkan matanya dan melihat Angga yang menatapnya aneh. " Lo kenapa? " Tanya Angga melihat Yumna dari atas ke bawah. Yumna menggeleng lalu berbalik kemudian meminum air dalam gelas yang ada di atas meja kerja milik Angga. " Lo haus? Tapi ga harus minum bekas gue juga Yumna! " Tanya Angga keheranan melihat tingkah Yumna yang aneh itu. " Gue pikirkan dulu! " " Baiklah . Sekarang istirahatlah dulu, sebelum aku kenalkan kamu ke ibu. " " Oke. " " tunggu sebentar. " Angga mengambil gagang telpon lalu menghubungi seseorang. Tak lama setelah itu muncullah seorang ibu- ibu yang masuk sambil tersenyum ramah. " Bi, ini adalah orang yang akan merawat ibu. Tolong hantarkan dia ke kamarnya ya bi. " Angga menunjuk Yumna pada Bi Ani. " Baik Den. " jawab bi Ani sambil tersenyum ke arah Yumna. " Ayo non, biar bibi antar ke kamar dulu. "ajak bi Ani. Yumna mengangguk kemudian mengikuti langkah Bi Ani yang sudah lebih dulu beranjak. Bi Ani berjalan pelan mengimbangi langkah Yumna. " Siapa namanya non? " tanya bi Ani pada Yumna yang terus mengedarkan pandangannya. " Nama saya Yumna bi, bibi bisa panggil Nana saja kalau kepanjangan. " jawab Yumna sambil tersenyum santai. " Oh, Yumna. Nama yang bagus non. " " Terimakasih Bi. Bi ibu sakit apa? " " Sebenarnya ibu punya penyakit jantung non, tapi kondisinya menurun setelah non Diandra meninggal. Ibu pasti senang melihat non ada disini. " Bi Ani menatap Yumna lekat dengan mata berkaca- kaca. " Kenapa bi? Karena muka saya mirip almarhumah? " tebak Yumna. Bi Ani mengangguk pelan sambil menutup mulutnya Karena ia sudah mulai menangis. " Maaf non, bibi bukan bermaksud membandingkan kalian. Tapi muka kalian sedikit mirip. " ucap bi Ani tak enak. " Tak apa Bi, " Yumna menyentuh lengan bi Ani pelan. " Non Yumna sudah makan? " tanya bi Ani. " Sudah tadi pagi Bi. Dan satu lagi, jangan panggil saya dengan sebutan nona Bi. Panggil saja Yumna atau Nana. " ucap Yumna sambil tersenyum. " Tapai non, bibi ga enak sama den Angga kalau manggilnya cuman nama doang. " bisik bi Ani pelan. " Ga apa- apa bi, kak Angga ga akan marah kok. " " Baiklah, ini kamar kamu. Kamu masuk dulu bibi ambilkan makan buat kamu sebentar, nanti bibi balik lagi. " Bi Ani menunjukan kamar yang berukuran cukup luas untuk ukuran satu orang. Yumna masuk dan melihat- lihat kondisi kamarnya. Ia melihat lukisan seorang wanita yang tergantung di dinding kamar. Tiba- tiba saja Pintu kamar terbuka, BI Ani yang datang membawa sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya dan segelas air. " Sebelum tidur lebih baik makan dulu. " menyodorkan makanan pada Yumna yang baru saja bangkit dari ranjang. " Terimakasih banyak bi. Maaf merepotkan. " ucap Yumna merasa tak enak. " Tidak usah sungkan, kalau butuh apa- apa kamu cari bibi ke dapur saja ya! Bibi masih ada kerjaan yang harus diselesaikan, bibi tinggal ya. " ucap bi Ani sambil tersenyum lalu pamit meninggalkan Yumna yang kini sudah duduk di bangku meja rias namun matanya turus menatap lukisan tadi. " Bi ini lukisan siapa? Cantik sekali! " " Oh ini lukisan...." " Ani, ada tamu? Siapa? " Suara seorang ibu- ibu terdengar dari luar kamar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD