52. Hidup yang Terperosok Jauh

1226 Words

Huzam kembali ke dalam kamar. Selesai membersihkan diri, ia tak tahu harus melakukan apa. Ia pun teringat akan ponsel itu dan menilik isinya untuk sekadar mengusir kebosanan. Kamar berukuran sedang itu menjadi sempit menurutnya. Ditambah tidak adanya pendingin ruangan seperti kamar di Rubico. [Roni : Lo di mana?]                Terkirim 10.00 Am                Sontak mata Huzam membulat. Ia lupa semalam sudah menambahkan nomor Roni di ponsel spesial itu. Sekarang ada tiga nama di daftar kontaknya. Segera Huzam memainkan jemari dengan lincah.                [Huzam : Di rumah Pak Arbrito]                Terkiri 11.00 AM.                Besar harapan Huzam agar Roni segera membalas pesannya. Setidaknya, ia memiliki teman chat di siang bolong ini. Tidak sendirian. Meminta Fatiya menemani

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD