1. Jodoh di Tangan Mama

1297 Words
Setelah sukses membuat Rusma dan Asri dekat hingga menjadi suami-istri yang sesungguhnya, kali ini giliran Nino yang menjadi sasaran perjodohan dari Mama Nana. Wanita paruh baya itu sangat gencar sekali mencarikan calon menantu yang cocok untuk putra keduanya, Nino. Nino sudah berusaha menolak rencana yang mamanya jalankan, ia bahkan beralasan kalau ia sudah memiliki kekasih, tetapi kekasihnya belum siap untuk menikah. Namun, Mama Nana tentu saja tidak akan mudah tertipu oleh bualan Nino yang sama sekali tak masuk akal, ya, tak masuk akal karena sifat Nino itu sebelas dua belas dengan Rusma. Jadi, mana mungkin Nino secepat itu memiliki seorang kekasih. Hingga, Mama Nana menemukan seorang gadis yang menurutnya sangat cocok jika disandingkan dengan Nino. Gadis itu bernama Sistaya Nirina Hutomo, seorang gadis tomboi yang merupakan anak sahabat dari Mama Nana. Sebenarnya, sudah dari dulu Mama Nana mengincar Sistaya, itu karena menurut Mama Nana, meskipun usia Sistaya masih muda atau bahkan usia gadis itu terpaut jauh dengan Nino, tetapi Mama Nana seperti melihat ada kecocokan antara keduanya. Mama Nana sama sekali tidak mempermasalahkan sifat tomboi Sistaya, justru menurut Mama Nana, sifat yang dimiliki Sistaya itu unik. Gadis itu tak pernah neko-neko, sangat baik dan pemberani, itulah yang membuat Mama Nana tertarik menjodohkan Sistaya dengan Nino. "Ma, Nino udah ketemu sama gadis pilihan Mama. Nino enggak mau nikah sama dia," ucap Nino langsung ketika ia pulang ke rumah. "Baguslah kalau kamu udah ketemu sama dia, gimana? Dia cantik 'kan?" tanya Mama Nana yang malah tak menanggapi kata-kata terakhir Nino. Mendapati pertanyaan seperti itu, Nino kembali berpikir. Mengingat-ingat wajah gadis yang satu jam lalu ia temui, kalau dilihat-lihat memang wajahnya lumayan cantik, tetapi sikap tomboi dan juga berandalannya itu yang tidak Nino sukai. Gadis itu sama sekali tidak ada anggun-anggunnya, Nino khawatir kalau ia jadi menikah dengan Sistaya maka tiap hari nyawanya tidak akan selamat. Demi Tuhan! Siapa yang akan tahan atau mau hidup bersama seorang gadis tomboi yang hobinya saja se-ekstrem itu? Mana Nino sudah terlanjur kesal karena bocah ingusan itu mengatainya kalau ia adalah pria yang lembek. "Y-ya, cantik sih, Ma. Tapi ...." "Nah 'kan, apa yang Mama bilang. Pilihan Mama itu pasti enggak pernah salah, selalu tepat. Sama kayak Rusma dan Asri, mereka sekarang sudah hidup bahagia. Mama berharap kamu juga begitu sama Sistaya, duh Mama jadi enggak sabar melihat kalian menikah." Mama Nana sudah berandai-andai, membayangkan kalau ia akan kembali menyiapkan pesta pernikahan. Kali ini pesta pernikahan itu untuk putra keduanya. "Ma, Nino 'kan bilang kalau Nino enggak mau nikah sama dia. Kenapa Mama udah berpikir seakan-akan kami akan segera menikah?" protes Nino. "Memangnya Mama bilang kalau kamu boleh menolak?" tanya Mama Nana yang kini hilang sudah raut wajah berbinarnya. Matanya kini memandang Nino garang, wanita paruh baya itu bersedekap dàda. "Y-yang mau nikah 'kan Nino, Ma. Sudah seharusnya Mama menanyakan apakah Nino menolak atau menerima, pernikahan itu enggak bisa dipaksakan karena untuk satu kali seumur hidup. Nino enggak mau salah dalam memilih pasangan, Ma. Nino mau menikah sama gadis yang menurut Nino cocok untuk bersanding dengan Nino," ucap Nino. "Jadi menurut kamu, pilihan Mama itu salah gitu?" tanya Mama Nana cukup tersinggung dengan perkataan Nino. "B-bukan itu maksud Nino, Ma. Maksudnya Nino sama sekali enggak cocok sama gadis pilihan Mama, dia terlalu tomboi." Akhirnya Nino mengatakan apa yang menjadi permasalahannya. "Kamu mempermasalahkan kalau Sistaya itu tomboi? Apa salahnya gadis tomboi, Nino? Biarpun dia tomboi Mama yakin dia pasti bisa memberikan Mama cucu. Sistaya 'kan gadis tulen, bukan gadis abal-abal. Dia itu gadis baik-baik, pokoknya Mama enggak mau tahu, kamu enggak boleh nolak perjodohan ini. Kamu ingat, ya, kalau jodoh kamu itu di tangan Mama. Seperti jodoh Rusma dulu, harusnya kamu mengikuti jejak kakak kamu yang mau dijodohkan," ucap Mama Nana panjang kali lebar. "Tapi, Ma. Nino ...." "Minggu depan persiapkan diri kamu, kita akan langsung melamar Sistaya. Sistaya dan keluarganya udah setuju, kamu enggak usah sok-sokan nolak. Mama minta kamu ketemu sama Sistaya itu biar kalian seenggaknya bisa saling mengenal, bukannya buat alasan kamu menolak perjodohan yang sudah susah payah Mama rencanakan." Sepertinya Mama Nana tidak memberi kesempatan Nino untuk berbicara, wanita paruh baya itu mengatakan apa yang ingin ia katakan tanpa ada niatan memberi Nino kesempatan mengemukakan pendapatnya sebagai seseorang yang dipaksa dijodohkan oleh gadis pilihannya. Mama Nana berjalan meninggalkan Nino yang masih terdiam, wanita paruh baya itu akan pergi ke dapur. "Ma, enggak bisa gitu dong. Nino enggak setuju, Ma. Mama enggak boleh maksa Nino kayak gini, Nino beda sama Kak Rusma," protes Nino. Pria itu mengikuti mamanya hingga mereka kini tiba di dapur. "Siapa bilang kalau Mama nyamain kamu sama Rusma? Jelas aja kamu dan Rusma itu berbeda, kalian bukan saudara kembar. Wajah kalian tidak mirip, ya walau mirip sedikit. Sifat kalian juga berbeda, Rusma walau kadang pembangkang, tetapi ia nurut sama Mama. Kalau kamu? Kamu ini banyak sekali protesnya, emangnya kamu enggak mau membahagiakan Mama? Mama ini sudah tua, Mama mau menimang cucu dari kamu dan Rusma sebelum Mama mati. Memangnya kamu mau arwah Mama gentayangan terus mengganggu kamu karena kamu enggak mau nurutin keinginan Mama?" tanya Mama Nana. Jika saja ini Rusma, mungkin saja Rusma akan takut karena pria itu jelas sangat takut dengan hal-hal berbau horor seperti ini. "Ma, orang mati enggak lagi ngurusin masalah cucu. Orang mati ngurusin diri sendiri," balas Nino. "Kamu berani, ya, ngelawan omongan Mama? Apa susahnya sih nurutin permintaan Mama? Pokoknya Mama enggak mau tahu, kamu minggu depan harus kosongin jadwal. Siap-siap karena mau kamu setuju atau enggak Mama mau jadiin Sistaya menantu Mama," ucap Mama Nana tak terbantahkan. "Nino bukannya mau ngelawan, Ma. Tapi, please. Jangan paksa Nino seperti Mama maksa Kak Rusma," pinta Nino. "Ini juga demi kebaikan kamu, Nino. Umur kamu itu udah hampir kepala tiga, Mama enggak mau kamu kayak Rusma yang baru menikah pas udah jadi perjaka tua. Mama ngelakuin ini semua karena sayang sama kamu, Mama mau kamu ada yang ngurusin biar Mama setidaknya bisa tenang kalau kamu jarang pulang. Jadi, Mama minta, kali ini aja kamu mau, ya? Terima perjodohan ini, Mama yakin ini yang terbaik buat kamu." Mama Nana kali ini berkata lebih lembut, matanya bahkan memandang putranya penuh keteduhan. Nino menghela napas, kini ia tahu perasaan Rusma ketika berdebat dengan Mama Nana perihal menikah. Rupanya menolak permintaan Mama Nana tidak akan pernah mungkin bisa dilakukan, apakah ini akhir dari masa lajangnya? Apakah ini akhir dari statusnya yang single tetapi ganteng? Ah, Nino merasa tak rela menghilangkan status itu. Status biar jomblo, tetapi tetap ganteng. Menurutnya status itu keren, jomblo bukan karena tidak laku. Banyak yang naksir, tetapi sayangnya Nino yang tidak tertarik. "Emangnya Nino mau nolak gimana lagi? Nino yakin Mama enggak akan beri kesempatan buat Nino nolak keinginan Mama, lagian Nino juga capek debat sama Mama kalau ujung-ujungnya jodoh Nino tetap ada di tangan Mama." Setelah menghela napas panjang, akhirnya Nino pasrah juga. "Aaaa! Sayangnya Mama, makasih banyak! Kamu memang anak terbaik, sini Mama peluk-cium dulu." Mama Nana langsung memeluk serta menciumi seluruh wajah Nino. "Ma, udah. Nino bukan anak kecil lagi." Nino melepas paksa pelukan mamanya, ia mengusap wajahnya yang basah karena ciuman mamanya. "Kalau gini 'kan enak, kamu langsung nurut sama Mama. Jadinya semuanya bisa berjalan dengan lancar, Mama enggak kehabisan banyak waktu buat bujuk kamu. Mendingan waktu yang banyak itu Mama gunain buat persiapan lamaran kamu ke rumah Sistaya, pokoknya kamu harus siap-siap. Buat orangtua Sistaya terpukau sama kamu, Mama yakin mereka bangga punya calon menantu kayak kamu. Iyalah, anaknya Mama Nana yang seorang CEO." Nino hanya menghela napas dengan keantusiasan mamanya, terserah mamanya saja. Nino hanya bisa berharap semoga saja nyawanya bisa selamat ketika ia menikah dengan Sistaya, si gadis tomboi yang sangat menyeramkan bagi Nino. Layaknya mimpi buruk di malam hari yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia. *** Yang nanya kapan cerita ini up rutin bisa lihat bagian prolog paling bawah, ya, di sana ada pengumumannya❤️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD