Bab 22

1485 Words

Aku, Pram dan Bahtiar duduk di ruang tamu yang tak seberapa luas untuk membicarakan bagaimana baiknya aku kedepannya. Apakah bekerja di kota ini, atau kembali ke Jakarta meski tidak lagi tinggal di rumah Pram, setelah kami mengakhiri panggilan video bersama Satria dan Elok. Bahtiar akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti secara mendadak, agar bisa mendampingiku berbicara dengan Pram. Ingin sekali sebenarnya aku menyebutnya dengan sebutan yang kerap Teh Retna lontarkan. Malas sekali aku menyebut nama mantan suamiku ini. “Aku akan carikan rumah untukmu, Lin, kalau kamu keberatan kembali ke rumah kita,” ujar Pram menanggapi ucapanku yang tidak ingin kembali ke Jakarta, dan tidak sudi tinggal di rumahnya lagi. “Itu rumahmu, kalau kamu lupa, Pram,” sahutku dingin. Aku kesal, alih-alih senang

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD