Svarga

1023 Words
Alena tertegun ketika dia terbangun dalam dekapan pria tampan yang tampak terlelap sembari memeluk tubuh polosnya. Alena tidak bisa menepis kejadian naas yang menimpanya semalam.   "Astaga! Apa yang terjadi semalam?" gumam Alena pada dirinya sendiri.  Alena mencoba melepas tangan pria yang memeluk tubuhnya dengan erat, namun semua tidak sesuai dengan ekspetasi Alena. Pria itu membuka kedua matanya, dan menatap Alena tajam. Alena menutup mulutnya sendiri. Alena mencoba melepas tangan pria yang memeluk tubuhnya, namun gerakan tangan mungil Alena membuat pria itu membuka kedua matanya, "Apa yang sedang kamu lakukan? " tanya pria itu, sembari menatap Alena dengan tajam.  "Mm, anda sudah bangun?" tanya Alena tanpa menjawab pertanyaan pria bermata teduh namun tatapannya mematikan.  "Pertanyaan yang kamu lontarkan, ambigu." jawab pria bernama Svarga.  "Sepertinya anda sedang dalam dunia lain," cibir Alena.  Svarga tersenyum. Dia menarik tubuh polos Alena untuk lebih dekat dengan tubuhnya. Alena yang terkejut membelalakkan kedua matanya, ketika sesuatu yang lain di bawah sana milik pria itu terbangun. Kini Alena mengerti, arti kata terbangun yang dimaksud pria yang berada di hadapannya. "A-aku mengerti. Bisakah anda melepas tangan anda, sekarang? "tanya Alena dengan nada memohon belas kasih pria tampan di hadapannya.  "Tentu saja, asalkan kamu tidak pergi meninggalkan aku begitu saja, seperti yang sudah kamu lakukan sebelumnya." kata pria itu membuat Alena mengernyitkan dahi.  "Baik. Aku tidak akan meninggalkan kamu dan tolong lepaskan tangan kamu. Aku merasa tidak nyaman sekarang, " rengek Alena yang membuat Svarga menganggukkan kepalanya patuh.  Alena menghela nafas panjang. Menghirup oksigen yang seolah-olah tertahan oleh Svarga. Svarga tersenyum melihat tingkah Alena yang tampak menggemaskan dihadapannya.  "Kamu cantik, Alena. Aku menyukainya, " puji Svarga membuat jantung Alena tidak baik-baik saja.  ** Alena telah menggunakan setelan pakaian kantor wanita dengan potongan formal yang dipesan oleh Svarga lewat layanan room service. Tentu saja layanan ini disediakan pihak hotel tempat mereka menginap. Alena memaki dirinya sendiri yang tidak dapat mengontrol diri untuk menolak ajakan Svarga minum wine semalam. Jika saja Alena menolak ajakan bos-nya, mungkin mereka tidak akan berakhir seperti ini.  Namun semua hanya angan. Karena Svarga telah mendapatkan apa yang dia inginkan dari Alena.  "Jadi, kamu sengaja ingin menjebak saya? " tuduh Svarga yang dengan sengaja menuduh Alena mencoba untuk merayu dirinya semalam. Alena panik. Dia tidak berani menatap netra Svarga. Netra teduh yang tak menghangatkan hatinya.  "Ti-tidak. Aku tidak, eh, maksud saya, saya tidak berani menggoda Bapak. Saya tidak sengaja melakukan hal ini. Saya terperangkap dalam jebakan wine semalam," aku Alena yang merasa terpojok dengan ucapan Svarga,  "Benarkah? " tanya Svarga yang sengaja menatap Alena dengan tajam, "Lalu? Apa darah keperawanan saya itu membuktikan saya merayu Bapak? Saya bukan w************n yang mau tidur dengan sembarang pria. Asal Bapak tau, itu! " jawab Alena menggebu-gebu.  Svarga menahan senyumnya, benar. Alena bukan wanita seperti itu. Itu yang membuat Svarga mengagumi Alena dalam diam. Hingga akhirnya, Svarga memutuskan untuk memilih Alena menjadi pengantin Svarga untuk memenuhi keinginan neneknya, Nawasena Mahasura. "Jadi, kamu menargetkan saya sebagai target kamu untuk menjadi partner kencan semalam kamu, mengingat apa yang kita lakukan semalam?" desak Svarga, "Astaga!! Apa Bapak tidak percaya dengan ucapan saya?" tanya Alena yang semakin panik dengan keadaannya. Alena merasa terpojok dengan ucapan Svarga. Semakin lama, ucapan Svarga tidak mengenakan. Alena tidak ingin kehilangan pekerjaan yang susah payah dia dapatkan selama ini. Alena mencoba berfikir keras, bagaimana jika Alena memohon kepada Svarga untuk tidak memperpanjang masalah ini. Namun, apa yang terjadi dengan Alena selanjutnya? Bahkan Alena dengan bodohnya tidak mengingat apa yang mereka lakukan semalam? Apakah bos-nya menggunakan pengaman saat mereka bercinta? Bagaimana jika Alena hamil? Alena menggelengkan kepalanya, dia menepis segala pemikiran buruk yang berputar di kepalanya. "Bagaimana kalau kita melupakan segalanya?" tanya Alena yang membuat Svarga terkekeh, "Aku tidak percaya jika kamu menawarkan hal itu dengan mudah. Kamu yakin dengan apa yang kamu katakan, Alena?" tanya Svarga yang membuat Alena menganggukkan kepalanya dengan cepat. Menandakan jika Alena sangat yakin dengan apa yang dia ucapkan kepada Svarga. "Saya yakin, saya tidak akan menyalahkan Bapak atas semua kesalahan yang telah saya perbuat," ucap Alena yang saat ini memberanikan diri untuk menatap Svarga. Svarga yang tadinya menjauh, sengaja mendekat ke arah Alena berada. Alena merasakan jantungnya berdetak tak karuan. Alena dapat melihat jelas ketampanan Svarga Mahasura yang duduk di hadapannya. Jarak mereka sangat dekat, Alena dapat mencium dengan jelas wangi parfum Svarga yang sarat akan kemewahan. "Sayangnya, saya tidak ingin semudah itu melepas kamu. Saya ingin kamu bertanggung jawab atas apa yang kamu perbuat," bisik Svarga yang membuat otak Alena berhenti bekerja untuk sesaat. ** Alena mendapatkan ijin cuti setengah hari dari atasannya, Becca. Becca sahabat sekaligus atasan Alena di kantor. Alena memerlukan waktu berpikir dengan tenang di rumahnya. Dia tidak mungkin berdiam diri dan meratapi nasibnya. Alena menghela nafas panjang, dia merasa apa yang dikatakan Svarga bukan isapan jempol belaka. Svarga membuktikan ucapannya melalui panggilan telfon dari Becca, "Alena! Apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Becca diseberang sana, "Apa?" "Ka-kamu serius jadi asisten Pak Svarga? Kamu cari mati?" cecar Becca yang merutuki kebodohan Alena, "Aku?" tunjuk Alena pada dirinya sendiri, seingat Alena, dia tidak pernah mengajukan diri untuk menjadi asisten pribadi Svarga. Tidak ada yang sanggup menghadapi Svarga yang dingin. "Ya, kamu. Lalu apa ada seseorang yang memilki nama Alena Asmita selain kamu?" "Tapi-," "Cepat datang ke kantor sekarang! Jangan banyak alasan. Aku menunggumu, Alena!" titah Becca, Alena menatap gawai yang telah menggelap, merutuki nasib buruknya yang dia mulai dengan sukarela. Alena berjalan dengan tergopoh-gopoh ke ruangannya. Tampak Becca yang sedang membelakangi dirinya. Becca yang menyadari kedatangan Alena segera membalikkan badan dan menghampiri Alena kemudian memeluk sahabatnya itu, "Apa yang terjadi ? Apa kamu membutuhkan sejumlah uang, Len?" Alena menggelengkan kepalanya, dia tidak bermaksud menyembunyikan kenyataan yang terjadi beberapa jam yang lalu. Namun, dia tidak ingin melanggar privasi Svarga yang merupakan atasannya di tempat kerja. "Aku baik-baik saja, Becca." "Lalu?" "Tidak ada apa-apa. Aku rasa, mutasi ke kantor CEO bukan hal yang buruk," dusta Alena untuk menenangkan sahabatnya yang kini mulai menatapnya penuh curiga, "Apa kamu yakin?" "Ya, tentu saja," ucap Alena sembari tersenyum. Becca memilih untuk menerima keputusan Alena yang terkesan tidak ingin mengungkapkan isi hatinya. Becca menghargai hal itu. Becca akan mencari jawabannya sendiri. Becca tidak akan membiarkan Alena tercemar si kanebo kering.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD