Si Penguras Emosi

1023 Words
Alena menghampiri Svarga di ruangannya. Seperti biasa, ada Hardy, sekretaris pribadi Svarga. Seolah-olah kedatangan Alena sudah ditunggu oleh Hardy. Pria itu segera membuka pintu untuk Alena dan mempersilahkan Alena untuk masuk ke dalam ruangan Svarga. "Selamat siang, Pak," sapa Alena kepada Svarga yang tampak duduk dengan gagah di singgasana miliknya. "Hai, Alena. Akhirnya kamu datang juga," kata Svarga yang tiba-tiba berdiri dari posisinya dan menghampiri Alena. Alena menatap Svarga. Svarga meminta Alena untuk duduk berdampingan dengannya. Alena melakukan apa yang Svarga minta, "Kenapa saya harus dimutasi ke ruangan Bapak?" tanya Alena to the point, "Jawabannya simple, karena saya ingin selalu bersama kamu," jawab Svarga tanpa merasa bersalah. "Tsk, apa hanya itu?" tanya Alena yang meragukan niat baik Svarga kepada dirinya. "Sebenarnya saya tidak percaya dengan kamu. Kamu sudah pernah meninggalkan saya sebelumnya, bahkan saya harus menggunakan cara kotor untuk bisa bersama kamu dan membuat kamu bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan kepada saya," jawab Svarga yang membuat Alena tertohok. "Apa Bapak merasa dirugikan? " tanya Alena tak percaya, apa yang dikatakan Svarga tidak sepenuhnya salah tapi bukankah ALena yang seharusnya dirugikan dalam hal ini. "Tentu saja," tandas Svarga yang membuat Alena pasrah. Alena menghela nafas panjang, dia mencoba mencerna keadaannya, Alena menatap Svarga yang saat ini sedang menunggu Alena untuk berbicara, "Pertama, awal pertemuan kita karena kita mengikuti kencan buta dan saat itu saya tidak tau kalau partner ONS saya bapak, saya tidak ada niat menjebak Bapak. Kedua, pertemuan kita berlanjut karena Bapak memulai lebih dulu, Bapak minta saya bertanggung jawab dengan minum wine, namun kita berakhir di ranjang yang sama. Ketiga, itu diluar urusan kantor, apa Bapak tidak bisa profesional?" cecar Alena yang membuat Svarga tersnyum penuh arti. Svarga menyukai pesona Alena ketika wanita pujaannya tidak menyembunyikan amarah dari Svarga, "Dengan kata lain, kamu tidak ingin hubungan kita ter-ekspose di kantor?" tanya Svarga, "Benar," "Lalu, kamu menerima saya sebagai kekasih kamu setelah ini?" "Benar," jawab Alena tanpa berpikir, namun beberapa detik kemudian Alena membelalakkan kedua matanya, merasa Svarga sedang mempermainkan Alena,"Kekasih? Bapak tidak salah bicara?" "Tidak." "Astaga, saya anggap semua yang saya dengar hanya angin lalu." kata Alena yang bersiap untuk berdiri meninggalkan Svarga dan bergegas kembali ke dalam ruangannya. Sayangnya, Svarga tidak membiarkan hal itu terjadi, Svarga menarik tangan Alena dan membuat Alena jatuh ke dalam pelukan Svarga. Svarga tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia melumat bibir Alena dan membuat Alena panik dan memukul d**a bidang Svarga. Bukannya berhenti, Svarga mengigit bibir Alena dan menyesap bibir ranum Alena semakin dalam. Sayangnya, hal itu tidak berjalan lama, karena Hardy masuk ke dalam ruangan Svarga dan menginterupsi kegiatan menyenangkan Svarga dan Alena. "Ah, maaaf. Aku hanya ingin minta tanda tangan saja, Berkas ini harus segera diselesaikan hari ini," kata Hardy yang merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan. Refleks, Alena mendorong Svarga dan membuat Svarga menyeka bekas air liurnya di bibir Alena. "Apa kamu menyukainya?" tanya Svarga ketika kegiatan mereka telah usai dan tentu saja, hal itu membuat Hardy terperangah melihat bos-nya melakukan hal m***m di jam kerja bersama calon asisten pribadinya. Alena menatap Svarga tajam wajahnya bak kepting rebus yang baru saja ditiriskan dari dalam panci Sedangkan Svarga si pelaku utama mengabaikan tatapan tajam Alena, yang merasa malu karena Hardy berhasil memergoki kegiatan Alena dan Svarga. "Silahkan dilanjutkan," celetuk Hardy ketika dia telah berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan dari Svarga. "Sialan" umpat Alena yang membuat Svarga terkekeh. Ini kali pertama Svarga mendengar Alena mengumpat. ** Svarga mengecup pipi sang nenek yang saat ini menunggu kedatangan cucu kesayangannya. Nawasena Mahasura, pemilik 40% saham Mahasura Cooperation, yang dirintis sejak usianya masih muda bersama mendiang suami tercinta, Abimanyu Bagaswara. "Kenapa kamu pulang malam sekali? Kamu sengaja menghindari nenek kamu, Svarga?" tanya Nawa, "Tidak Nek, mana berani Arga seperti itu," jawab Svarga yang tidak berani menyakiti hati neneknya. "Kapan kamu akan menikah lagi?" "Secepatnya, Nek. Tapi tidak untuk sekarang, mungkin lebih baik jika Arga memiliki kekasih lebih dahulu dan memperkenalkan dia secara resmi kepada nenek," "Kamu tidak membohongi wanita tua ini, kan. Arga?" "Tidak, aku sedang berjuang mendapatkan wanita pujaanku," jawab Svarga yang membuat nenek kesayangannya tesrenyum dan menggenggam erat tangan Svarga. "Svarga, aku tidak ingin lebih. Aku hanya ingin ada seseorang yang tulus merawat kamu melebihi aku, aku sudah tua. Kamu paham itu," "Nek, jangan mengatakan hal buruk. Aku tidak suka mendengar hal itu." "Aku tau." sahut Nawa yang membingkai wajah cucu kesayangannya dengan jari-jari yang telah menua,"berikanlah wanita tua ini belas kasih sebelum aku menyusul kakekmu," lanjut Nawa yang membuat Svarga menganggukkan kepalanya. "Aku akan membawanya di acara ulang tahun Nenek minggu depan," janji Svarga yang membuat wanita tua yang masih mempertahankan kecantikan yang dia miliki di usia senja, "Hm, aku menantikannya, Svarga." Svarga memeluk Nawa, sang mentari dalam hidup Svarga. Jika tidak ada Nawasena, mungkin Svarga tidak akan mengecap manisnya dunia fana ini. ** Alena menatap Svarga yang kini berada di depan unit apartementnya. Seingat Alena, hari ini, hari libur. Alena tidak memiliki kewajiban untuk bekerja. Alena menyesal membuka pintu apartement-nya untuk Svarga. Alena pikir, Svarga kurir yang mengantarkan pizza pesanannya. "Kenapa bapak datang ke sini?" tanya Alena yang saat ini menatap Svarga tidak suka. Sungguh Alena sangat malu dengan penampilannya. Alena hanya menggunakan crop top berwarna putih yang dia padupadankan dengan hotpants berwarna biru langit. Rambutnya diikat cepol, memamerkan leher jenjangnya. Sangat menggiurkan di mata Svarga. "Ini di luar jam kerja. Kamu bisa lebih santai dengan aku," pinta Svarga. "Baik, jika itu yang kamu inginkan," kata Alena yang membiarkan Svarga masuk ke dalam apartmentnya. Seperti biasa, Alena baru saja menyelesaikan tugasnya untuk membersihkan rumah di akhir pekan, dan seharusnya hari ini Alena berkunjung ke panti asuhan tempat di mana dia dibesarkan selama ini. "Rumah kamu bersih," puji Svarga, "Terima kasih pujiannya," sahut Alena, "Kamu sengaja berpakaian seperti itu di rumah?" tanya Svarga yang menunjuk cara berpakaian Alena yang terkesan terbuka. "Iya, ada yang salah? Ba- eh, kamu, kamu sendiri yang datang di waktu rehat karyawan kamu. Lagipula, ini rumah aku, jadi aku bisa menggunakan pakaian yang aku mau," jawab Alena yang membuat Svarga tersenyum dan mendekat ke arah Alena. Alena mengernyitkan dahi ketika Svarga menghimpit tubuhnya ke tembok. "Kamu berniat menggoda aku, Alena?" tanya Svarga yang membuat bulu kuduk Alena meremang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD