3. Lari Pagi

651 Words
Selesai sholat subuh April lari pagi mengelilingi komplek perumahan tempat tinggalnya. Kebiasaan yang jarang-jarang ia lakukan dan akan dia lakukan jika hanya ingin saja. Udara pagi yang segar, baik untuk kesehatan, walaupun tidak ada pemandangan hijau, yang ada hanya deretan rumah para tetangga. Ini Jakarta, pemandangan hijau hampir jarang disini. Yang ada hanyalah hutan beton. Setelah berlari beberapa ratus meter kini gadis itu berdiri menghadap lapangan yang tidak terlalu besar yang sepi. Tidak ada orang yang berada disana karena ini masih pagi. Biasanya tempat itu ramai dengan anak kecil yang bermain disana dan para pemuda yang biasanya bermain futsal, basket ataupun voli pada sore hari. "April. " Panggil sebuah suara. April menoleh dan ia mendapati Ozy yang bertenger diatas sepedanya. "Ozy, " Kata April sedikit kaget melihat cowok itu tidak jauh darinya. "Bersepeda pagi? " Ozy mengangguk lalu turun dari sepedanya. "Kamu? " "Lari pagi. " Ozy meninggalkan sepedanya dan berdiri di sebelah April. "Sendirian aja?" "Iya. Kamu? " "Sendiri juga. Sudah lama nggak bersepeda. " " Emang di jogja nggak pernah bersepeda?" Ozy meringis. "Ya, gitu, deh. " Ozy terkekeh. "Kamu kok tau aku tinggal di jogja? " "Kemarin aku nggak sengaja ketemu sama Rima terus aku cerita kalau aku ketemu sama kamu. Dia banyak cerita soal kamu. Dia juga bilang kalau kamu kerjanya sudah pindah kesini. " "Rima, dia selalu banyak omong. " "Kamu ingat nggak? Dulu waktu sekolah kamu sering di ceng-cengin anak-anak sama Rima. Sampai si Rima nangis. "April terkekeh mengingat masa kecilnya. Ozy tertawa kecil. Seingat April, Ozy selalu juara kelas, anak yang ceria, aktif, punya banyak teman. Sering di ceng-cengin sama Rima sejak kelas empat sampai lulus sekolah. Padahal mereka adalah sepupu tapi teman-temanya tidak ada yang tahu. "Kata Rima kamu kerja di bank?" "Iya." "Cabang mana? " "Pusat." "Oh, di pusat. " "Kamu sendiri sibuk apa? " "Nggak sibuk apa-apa." "Nggak sibuk apa?" Cibir Ozy. "Tokonya saja banyak. " "Kata siapa? " Elak April. "Siapa, sih, warga disini yang nggak tau Anisa Aprilia. Anaknya pak Mahmud yang punya banyak usaha." April meringis tapi ada perasaan aneh saat mendengar Ozy menyebut nama lengkapnya. 13 tahun berlalu tapi teman masa kecilnya itu masih menginggat nama lengkapnya. "Itu usaha Ayah aku." "Iya, juga, sih, " Ozy meringis. Di komplek ini keluarga April terkenal mempunyai banyak usaha dari toko kebutuhan sehari-hari, baju, barang pecah belah, material bangunan, sampai yang terbaru percetakan. Semuanya berada di satu tempat yang berada tidak jauh dari komplek. Mereka berdua kembali pulang. Sepanjang perjalanan pulang mereka berjalan kaki. Ozy menuntun sepedanya. Banyak obrolan yang mereka bahas dari kerjaan, masa sekolah, masalah ekonomi, gosip yang ada di sekitaran komplek sampai masalah pribadi. "Jadi kamu single? " Tanya Ozy. "Iya, " Jawab April santai. Memang kenyataanya seperti itu. "Nggak nyangka aja, April yang cantik ini ternyata single. " Ozy terkekeh. "Ya, gimana lagi belum ketemu jodohnya, " Ada perasaan sesak setiap kali membahas masalah pasangan. "Kalau di tempat kerja kamu ada yang single. Boleh tuh di kenalin sama aku. " Canda April. "Nggak perlu jauh-jauh. Sebelah kamu juga single. " "Hah? " Ada sedikit rasa tidak percaya mendengar Ozy yang masih single. Bagaimana mungkin Ozy yang termasuk cowok ganteng itu masih jomblo. "Bohong... Masa, sih, masih single? " April mengutarakan rasa tidak percayanya. "Paling juga bohong. " "Di bilangin juga. " "Tapi yang deketin banyak, kan? " Ozy meringis. "Beberapa ada, lah. " "Pasti cantik-cantik. " "Cantik itu relatif. Cantik menurut kamu belum tentu juga cantik menurut aku. " "Iya juga, sih. Terus kenapa sampai sekarang kamu masih belum punya pacar? " "Mungkin alasanya sama seperti kamu. Belum ketemu jodohnya. " "Halah.... Cuma alesan. Paling kamunya yang pilih-pilih. " "Pilih-pilih boleh, dong. Namanya juga cari pasangan hidup." April menyetujui pendapat Ozy tapi tidak mengutarakanya. "Eh, aku duluan, ya. " Pamit April saat sampai belokan menuju rumahnya. "Oke, " Jawab Ozy. Mereka berpisah. April berbelok ke gang arah rumahnya dan Ozy kembali menaiki sepedanya untuk menuju rumahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD