2. Teman Masa Kecil

541 Words
Setelah mengantar Nurma melihat-lihat model undangan yang hampir dua jam karena terlalu banyak model yang disuguhkan yang membuat sahabatnya itu binggung sendiri. Belum lagi melihat Nurma yang begitu manjanya pada calon suaminya saat ber video call untuk menunjukkan model mana yang cocok untuk mereka membuat April ingin muntah dan segera pergi dari tempat itu. Selesai memilih undangan April berpisah dengan Nurma. Sahabatnya itu sudah janjian dengan kekasihnya, Edo, untuk malam mingguan. Nurma sebenarnya mengajak April tapi gadis itu menolak. Ikut dengan Nurma sama saja menjadi obat nyamuk untuk pasangan itu. Sebelum pulang April mampir untuk membeli buah pesanan ibunya. "Jeruknya yang ini berapa, bu? " Tanya April pada pedagang buah. "Yang mbak pegang itu 20.000 sekilo. Kalau yang sebelahnya 16.000," Jawab Si pedagang bertubuh gemuk itu. "Kalau apelnya, bu?" "Apelnya 35.000." April mengambil keranjang kecil yang ada didekat tumpukan buah jeruk kemudian dia memilih jeruk yang ia inginkan. "Apelnya berapa,bu? " Tanya sebuah suara. Suara berat agak serak yang pastinya dimiliki seorang laki-laki. "35.000, mas. " April tidak memperdulikan pembeli yang ada disebelahnya. Pada saat memilih buah apel tangan April dan pembeli yang baru datang itu mengambil Apel yang sama. Otomatis pandangan mereka langsung bertemu. April merasa tidak asing dengan wajah yang ada dihadapanya. Apalagi setelah laki-laki tinggi, berkulit bersih, hidung mancung, alis tebal, rahang tegas itu tersenyum padanya. Memperlihatkan lesung pipi yang menambah kadar ketampanan lelaki itu bertambah. "April, " Kata Laki-laki itu. "Ya Allah... ganteng," Batin April. "Tapi kok tau nama aku? " "April, kan? " Laki-laki itu bersuara lagi. Menyadarkan April dari lamunanya. "Maaf, siapa, ya?" April benar-benar tidak mengenal laki-laki itu. "Kamu nggak ingat sama aku? Ini aku, Rozy. " Jelasnya. Otak April bekerja mengingat deretan nama teman-temanya yang mungkin memiliki nama Rozy tapi dia tidak menemukanya. "Rozy. " Ulang April ragu, yang masih belum mengingat siapa sosok dihadapanya. Rozy tersenyum. "Ini aku Ozy, teman SD kamu. " Seketika April langsung mengenali Laki-laki itu, Muhammad Asy-Syairozi teman SDnya dulu. Sudah 13 tahun tidak bertemu, mana mungkin April ingat dengan temanya itu. "Ya Allah Ozy... Maaf aku nggak ngenalin kamu. Sudah lama banget kita nggak ketemu. " "Iya, sudah lama sekali. Kamu apa kabar, Pril?" "Aku alhamdulillah baik. Kamu sendiri? " "Aku juga baik. Sendirian aja? " April mengangguk. "Kamu sendiri? " "Sama." "Mbak, mas, jadi beli buah apa nggak? " Tanya si tukang buah yang sedari tadi melihat interaksi kedua pembelinya. "Jadi, bu, " Jawab April sambil memberikan keranjang yang berisikan buah pilihannya. "Jeruk dua kilo sama apel satu kilo. " "Saya Apel dua kilo, bu, " Ujar Ozy. Si tukang buah hanya manggut-manggut. Hening. Tidak ada yang bicara. Tidak tahu juga harus bicara apa. "Ini mbak buahnya, " Ucap Si tukang buah. "Berapa bu?" Tanya April. "75.000, mbak. Yang punya masnya 70.000." April baru membuka tasnya untuk mengambil dompet dan mengeluarkan uang untuk membayar tapi Ozy sudah mengulurkan dua lembar uang berwarna merah pada sang penjual buah. "Sekalian bayar sama punya mbaknya. " "Eh, Ozy..... Jangan di bayarin. Biar aku bayar sendiri. " Tolak April. "Nggak apa-apa, Pril. " "Nggak usah Ozy, biar aku bayar sendiri. " "Sudah nggak apa-apa. Biar aku saja yang bayar. " "Tapi-" "Sudah, aku saja. " April mengalah dari pada berdebat dengan Ozy di tempat umum. Anggap saja rezeki anak sholeha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD