Fake Honeymoon ✘

1021 Words
Pagi-pagi sekali Seo woo sudah bangun untuk bersiap-siap menghadiri fansign Lee Ruby artis kesukaannya, kemarin saat jalan-jalan bersama Jae hoon ia telah membeli sebuah dress berwarna merah muda yang akan di pakainya hari ini. Gadis itu menepuk-nepuk wajahnya pelan setelah menggunakan rangakaian produk kecantikannya, setelah itu olesan bedak yang tipis dan terakhir lipgloss agar bibirnya tidak kering. Model rambut yang sengaja di biarkan terurai membuat Seo woo nampak sangat cantik. Waktu sudah menunjukkan pukul 8:00 pagi, dan sudah saatnya Seo woo keluar kamar untuk sarapan. Di luar, Jae hoon terlihat sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca sebuah buku. Di meja makan sudah tersedia berbagai macam menu makanan yang di sediakan oleh apartemen mereka tinggal. " Good morning Ahjussi. " Sapa Seo woo ikut duduk di sebelah Jas hoon kemudian menyeruput minumannya. " Morning too, Seo woo-ya. " Balas pria itu tetap fokus dengan buku bacaannya yang berjudul Kesehatan Jantung Manusia. Sejak mereka tinggal bersama, Jae hoon sudah beberapa kali mengganti buku bacaannya dan semua buku itu mengandung judul yang hampir serupa, Dan pagi ini pun mereka menikmati sarapan pagi dengan tenang hingga waktunya Seo woo untuk berangkat ke tempat fansign. Masih lebih awal satu jam jika berangkat sekarang, tapi karena Seo woo meminta ingin datang lebih cepat membuat Jae hoon terpaksa menurutinya. Sebelum Seo woo bersiap-siap sebenarnya Jae hoon telah siap lebih awal. Dan itulah kebiasaan seorang Jae hoon yang selalu hidup dengan keseharian yang teratur. *** Berkali-kali Seo woo menghela nafas panjang saat mengantri fansign Lee Ruby, ia tak menyangka antriannya akan sepanjang itu padahal ia sudah datang lebih awal. Beberapa menit sebelum mengambil antrian, Seo woo dan Jae hoon berpisah di luar venue karena yang boleh masuk saat itu hanyalah yang memiliki tiket saja sehingga Jae hoon memutuskan untuk menunggu di kafe yang ada di daerah tersebut. " Excuse me, do you have a pen.?" seseorang tiba-tiba berbicara pada Seo woo dan ia sadar bahwa saat ini dirinya tidak sedang berada di korea. " I don't have it. " Balas Seo woo yang merasa bersyukur telah mengikuti kelas bahasa dengan rajin sehingga ia tidak kesulitan dalam berbahasa inggris. Fans Lee Ruby dari luar asia ternyata sebanyak itu, popularitas Lee Ruby memang patut di acungkan jempol, dan ia benar-benar layak mendapat dukungan dan Cinta dari para fansnya. Setahu Seo woo, saat ini Lee Ruby memang tinggal di New York dan sesekali kembali ke Korea untuk syuting drama, melihat gilirannya sebentar lagi membuat Seo woo benar-benar tidak sabar di buatnya. Akhirnya yang di tunggu-tunggu pun tiba, kini giliran Seo woo yang harus maju untuk meminta tanda tangan dan foto bersama Lee Ruby. " Annyeonghaseyo, saya penggemar anda dari Seoul. " ucap Seo woo begitu gugup. " Anyeong, aku tidak menyangka kedatangan fans dari negaraku sendiri. Siapa namamu.? " Tanya Lee Ruby dengan nada yang lembut. " Cho Seo woo. " Jawabnya penuh semangat. *** Gadis itu berjalan dengan langkah yang penuh semangat menuju mobil yang terparkir di bawah pohon maple, seorang pria yang sudah menunggunya sejak tadi menatapnya dengan penasaran melihat kebahagiaan pada wajah Seo woo yang terpancar jelas saat itu. " Bagaimana fansign nya.? " Tanya Jae hoon setelah Seo woo masuk ke dalam mobil. " Menyenangkan, ini pertama kalinya aku bertemu dengan Lee Ruby, aku sangat senang. " Balasnya tetap fokus melihat hasil foto-fotonya di fansign tadi. " Lihat, aku berhasil mendapatkan tanda tangan dan foto selfie bersamanya. " Sambil menunjukkan fotonya dengan Lee Ruby pada Jae hoon. " Cantik. " Ujar Jae hoon spontan. " Tentu saja, aku kan memang cantik. " " Bukan kamu, tapi Lee Ruby." Lanjut Jae hoon seketika membuat ekspresi Seo woo berubah. Jae hoon terkekeh pelan, kemudian menanyakan kemana Seo woo ingin pergi setelah ini. Dan gadis itu menjawab ke restoran untuk makan siang dengan penuh semangat, dan Jae hoon langsung mematuhinya menuju restoran Korea yang kebetulan terkenal kelezatan serta nuansa Korea yang kental di sana. *** Satu minggu sudah Jae hoon dan Seo woo berada di New York, dan hari ini mereka telah tiba di Seoul dengan selamat. Kedua keluarga datang untuk menjemput mereka di bandara sekaligus mengantarkan mereka ke rumah baru yang telah di siapkan sebelumnya. Sebuah rumah yang besar dengan desain interior yang unik sengaja di pilih oleh pihak ibu, sedangkan untuk halaman depan dan belakang merupakan hasil pemikiran para ayah di mana halaman depan dapat di jadikan lahan untuk bermain golf mini sedangkan halaman belakang di jadikan sebagai taman untuk bersantai ria. " Aku kan masih punya apartemen, kenapa harus pindah kemari ayah.? " Ujar Jae hoon yang merasa tidak enak pada mereka. " Hey nak, ayah ingin kamu dan istrimu tinggal di sebuah rumah dan bukannya apartemen, lagi pula apartemen itu sangat jauh dari rumah sakit dan juga sekolah Seo woo." Balas Ayahnya sambil menepuk pundak Jae hoon. Jae hoon merasa sedih mendengarnya, ia ingat saat dia dan mendiang istrinya harus tinggal di apartemen sewa pada saat itu di mana Jae hoon belum memiliki uang yang banyak. Jae hoon merasa bersalah pada Lee Soo bin setelah melihat kehidupannya yang sekarang bersama Seo woo jauh lebih di mudahkan. " Sekarang kalian bisa menikmati rumah ini berdua, kami akan pulang agar kalian bisa istirahat." Ucap Ayah Jae hoon setelah mereka melakukan house tour bersama. " dr Jung, tolong jaga Seo woo kami dengan baik, jika dia salah kamu bisa menegurnya, jangan ragu untuk memarahinya jika itu baik menurut mu." Pesan Ayah Seo woo di hadapan menantunya itu. " Baik ayah, dan tolong jangan memanggil ku dr Jung lagi, aku merasa seperti orang asing jika di panggil seperti itu. Panggil Jae hoon saja." komentar Jae hoon mendapat gelak tawa dari beliau. Setelah semua pulang, Jae hoon dan Seo woo yang masih berdiri di ambang pintu menyaksikan sisa-sisa kepergian mereka dalam diam. Di rumah sebesar ini, dan hanya ada mereka berdua akan jadi seperti apa nantinya. " Ahjussi, seperti peraturan yang ku buat sebelumnya. Hari ini peraturan itu berlaku mulai detik ini juga. " Ucap Seo woo dengan penuh penegasan. Jae hoon hanya manggut-manggut setuju mendengarnya, mereka pun masuk ke dalam untuk memilih kamar masing-masing. Jae hoon mengambil kamar di lantai satu dengan ruangan yang cukup luas yang akan di gunakan nya sebagai ruang kerja. Sedangkan Seo woo memilih kamar di lantai dua dengan pemandangan yang dapat di lihatnya setiap pagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD