bc

HARUSKAH KUBERI KESEMPATAN KEDUA

book_age18+
2
FOLLOW
1K
READ
HE
second chance
badboy
drama
city
lies
like
intro-logo
Blurb

Ketika ambisi dan balas dendam mempengaruhi, lantas menghancurkan cinta dan kepercayaan apakah masih bisa diberikan kesempatan kedua?

"Aku hancur karenamu. Tapi aku tidak menyesal pernah mencintaimu." Esme Gale Ottelo.

"Aku tidak akan berhenti sebelum kamu hancur lebih dari ini karena setiap tarikan napasnya begitu berharga dan kamu tidak akan bisa menggantikan apa yang sudah kamu hancurkan." Cale Darmot.

Kini mereka sudah bertemu kembali, akankah mereka saling menghancurkan atau kembali membangun cinta yang sempat hancur?

chap-preview
Free preview
BERJUANG SENDIRI
"Jika kamu menjadi astronot, maukah kamu membawaku terbang ke bulan?" tanya Esme. "Itu jelas tidak akan pernah terjadi, tapi yang pasti di bawah langit dan sinar bulan yang sama kita akan menghabiskan masa hidup di dunia tak terpisahkan, itu sudah lebih dari hanya sekedar membawamu ke bulan," janji Cale. Namun percakapan mereka kala itu hanya seperti hembusan napas. Saat ini semua sudah berakhir. Suara sumpah serapah terdengar nyaring dari balik pintu kamar wanita muda nan cantik bernama Esmeralda Ottelo. Kemudian pintu kamarnya terbuka dengan kasar dari luar. Esme tampak mengenaskan, masih menggunakan gaun pengantin berwarna biru langit indah dengan banyak mutiara terbaik bertaburan gaun pilihan dari sang bunda. Namun semuanya berakhir sudah sang mempelai pria pergi saat acara resepsi akan berlangsung. Kamarnya kosong hanya tertinggal sepucuk surat bertuliskan 'Dendam keluargaku sudah terbayar lunas pada keluargamu tapi padamu semua baru dimulai.' Pintu kamarnya terbuka dan berdiri dengan tubuh tegap dan perkasa Lukas Ottelo yang berkata dengan tegas, "Mana laki-laki pujaanmu? b******n itu lebih memilih pergi, bukan? Kami tidak mau menerima keturunannya di rumah ini. Pilihanmu hanya dua. Tinggalkan anak itu di panti asuhan setelah dia lahir atau kamu angkat kaki dari rumah ini." Tujuh bulan berikutnya Di sebuah Puskesmas Kelurahan, Esme berjalan-jalan di koridor selama kontraksinya. Ia tidak sendiri ada seorang anak laki-laki berusia lima tahun menggandeng sebelah tangannya. "Mama Esme, nanti kalau adiknya udah lahir boleh jadi adik aku kan?" tanya Ferdi dengan matanya yang bening. Esme tersenyum simpul dan mengangguk. "Tapi adiknya tetap tinggal dengan Mama, ya?" Esme sangat tahu jika bocah ini sangat ingin memiliki adik— anak yang di dalam kandungan Esme yang sudah ia anggap sebagai calon adik barunya. "Kenapa begitu? Kan adiknya nggak ada papanya. Kalau di rumah Ferdi ada Bapak jadi nanti ada yang jagain. Seperti Firda yang punya adik baru dari tantenya itu, katanya si Adik nggak punya ayah makanya tinggal sama Firda yang punya ayah." Esme hanya mengelus puncak kepala anak tetangganya tersebut. Kadang kala pikiran polos anak-anak bisa sangat menakjubkan dalam memahami situasi dan alasan orang dewasa. "Beda atuh, Aa," tegur Ella kepada anak sulungnya itu. "Apanya yang beda? Aa mau kok, berbagi Bapak sama Dedek bayinya nanti. Kasihan dedeknya nggak ada papanya," ujar Ferdi seraya mengelus perut Esme. Rasanya luka pada hati Esme kembali seperti tersiram cuka, perih tak berujung begitu teringat dengan pria yang telah mencampakkan dirinya dan semua mimpi tentang masa depan yang indah. Setelah elusan dari Ferdi, Esme mencengkram pilar berwarna putih di dekatnya begitu kontraksi hebat datang. Seruan Ella membuat ia pun menunduk menatap lantai koridor puskesmas. Darah bercampur air ketuban mengalir membasahi paha bagian dalamnya. "Sini duduk dulu, aku cari kursi roda dulu!" Ella membimbing Esme duduk, untung saja seruannya tadi terdengar oleh seorang perawat yang sedang melintas dan melihat apa yang terjadi lalu berlari mengambil kursi roda dan memberitahu temannya apa yang ia lihat. Lima menit kemudian Esme sudah berada di ruang bersalin dan tak menunggu waktu lama seorang bayi laki-laki dengan berat 3400gram telah lahir dengan selamat. Ella dan Ferdi yang merupakan tetangga dekat Esme menemani dengan setia. Seorang perawat keluar dan bertanya kepada Ella, "Baju bayinya mana ya, Bu?" "Oh, ini saya sampai lupa," ujar Ella menyerahkan tas yang sedari tadi ia peluk alih-alih memeluk anaknya yang sedari tadi tidak bisa diam mondar-mandir di depan pintu ruang bersalin. Air mata Esme mengalir dengan derasnya. Tak hentinya bersyukur dengan segala kesusahan yang ada ia bisa mempertahankan kehamilannya sendirian dan kini apa yang sudah ia perjuangkan diletakkan perawat di atas dadanya. "Di bawah bulan yang sama kita berjuang berdua ya anakku. Buktikan pada dunia jika kamu memang pantas dan layak," bisik Esme pada sang buah hati yang mulai menyusu. Janji yang pasti akan selalu ia tepati tidak seperti…. * Cale Darmot Menghirup udara pagi di Lembang setelah hampir enam belas tahun tak pernah menginjakkan kaki di tanah kelahirannya ini, ada sedikit rindu yang menyusup dikalbu. Walau ia sangat sadar saat kepergiannya dulu menggoreskan banyak luka yang tidak hanya membekas pada dirinya semata. Sebagai laki-laki tidak mungkin juga ia membiarkan harga dirinya diinjak-injak mereka yang merasa memiliki segalanya. Cale, segera membuka gorden kaca jendela lebar-lebar. Sangat puas dengan pencapaiannya saat ini. Sebagai CEO perusahaan konstruksi, bukanlah karir yang didapatkan secara instan. Banyak liku yang harus dilalui. Cale, seorang pria blesteran yang dianggap sebagai anak haram dari pasangan Antonio Darmot yang merupakan keturunan Sunda-Irlandia dan Amina Karim warga asli Sukabumi. Sangat beruntung ia kembali bertemu dengan sang ayah kembali dan diakui sebagai anak, membalaskan dendam mereka dan kemudian kembali melanjutkan pendidikan, kini ia menjadi salah satu pewaris kekayaan Perusahaan Konstruksi Cipta Persada di bawah naungan Darmot Corporindo. Dari balik jendela kamar ini ia memusatkan perhatian pada jalan depan villa. Jam masih menunjukkan pukul empat lebih tetapi sudah banyak orang yang berlalu lalang menuju pasar yang tak jauh dari villanya. Ya, ia memang memilih tinggal di sini karena senang melihat kegiatan orang dari perkampungan yang letaknya tak jauh darinya. Matanya semakin menajam memusatkan pada sepasang pejalan kaki di pagi yang masih berkabut ini. Si Pemuda dengan hoodie berwarna abu-abu tua sama dengan wanita di sebelahnya yang menambahkan selendang untuk membungkus tubuhnya. Pemuda tanggung yang ia perkirakan masih remaja itu tampak sangat perhatian pada wanita berbadan berisi itu. Ia tak segan membawakan tas jinjing khas untuk berbelanja. Keduanya asyik bercengkrama dan itu menimbulkan desir asing pada hatinya. Senyum lebar pemuda itu membangkitkan sesuatu yang sama sekali tidak ia pahami maksudnya. Pemuda itu kemudian mengangguk antusias dengan entah apa yang dikatakan oleh wanita di sebelahnya karena dari tempatnya berada sama sekali tak terdengar perkataan apapun. Namun, suara gelak tawa dari si Pemuda sempat singgah ke telinganya sampai kemudian mereda seperti kena tegur. Cale berani bertaruh jika wanita di sebelahnya itu pasti pasangan si Pemuda itu sangat gagah sementara si Wanita yang memakai rok klok berwarna biru tua selutut itu hanya setinggi bahunya, postur tubuh wanita itu terlihat lebih matang tetapi terlihat masih cukup muda jika diduga sebagai ibu dari si Pemuda, ah sudah jelas seperti tebakan awalnya sebagai kekasih Pemuda itu. Ia sangat senang menatap kegiatan orang di pagi hari dan melihat interaksi mereka. Cale yakin jika si Pemuda menginjak dewasa akan banyak mematahkan hati wanita. Sekali lagi sangat disayangkan jika sampai harus terjebak hidup dengan wanita yang ditebak Cale paling tidak selisih lima tahun. Cale menggeleng-gelengkan kepala. "Modus jaman sekarang masih juga tidak berubah. Jarak pasar dengan kampung itu jauh, rela demi yang terkasih berjalan kaki menemani belanja." Cale melirik pada foto berbingkai kayu di meja dan berkata, "Papi nggak lihat dia semalam, walaupun anggota keluarganya yang lain ada semua. Papi masih kurang puas hanya melihat mereka saja yang terkejut melihat saya. Mereka pasti mengira Papi selamanya akan tetap menjadi butiran debu tidak bisa meraih kelas seperti mereka. Sedikit lagi perkebunan-perkebunan milik mereka akan menjadi milik kita. Papi akan hancurkan mereka. Tapi sebelumnya kita cari dulu di mana mereka berada." Semestinya ia merasa puas sudah memberikan malu pada keluarga Ottelo, tapi tidak melihat sosok yang menjadi korbannya dulu tidak ada semalam mau tak mau membuat dirinya penasaran. Di mana wanita itu, apakah sama hancur seperti dirinya yang tampak luar biasa dari luar tapi berkeping-keping didalam?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
465.5K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
503.1K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
604.5K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
466.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook