bc

STELLA

book_age12+
869
FOLLOW
3.6K
READ
friends to lovers
goodgirl
student
drama
sweet
no-couple
basketball
friendship
chubby
friends
like
intro-logo
Blurb

Pertemuan kita memang tidak di sengaja, aku tahu itu.

Sama halnya seperti orang asing, kau begitu mudah masuk ke dalam lingkup kehidupanku. Aku tidak mengenalmu, dan kau tidak mengenalku.

Tapi takdir membuat kita bersatu.

Entah sejak kapan aku mulai menyukaimu.

Dan aku harap kau menyukaiku juga, karena setelah ini kita akan hidup bersama. Namun nyatanya kau tak ditakdirkan untukku.

Waktu seakan mempermainkan perasaanku. Kau tak lebih dari seseorang yang hanya mempermainkan perasaanku dengan mudahnya.

Siapa yang dapat ku percaya? Akankah dia yang benar-benar tulus datang? Aku yakin suatu saat nanti sosok itu lah yang datang di saat aku benar-benar membutuhkan nya.

chap-preview
Free preview
STELLA |1|
Suara ombak begitu menghiasi tempat itu, air pantai yang berwarna biru muda menambah kesan yang teramat indah untuk setiap mata yang memandangnya. Tidak ingin melewatkan momen indah itu, seorang gadis remaja langsung mengambil kamera yang menggantung di lehernya dan mengambil beberapa gambar yang nanti akan dipamerkan pada temannya. Senyum selalu mengembang di wajahnya, ia sangat senang berada di pantai itu. Kakinya terus melangkah di bibir pantai, desiran air yang mengenai kakinya membuat kesan tersendiri baginya. Panas matahari yang menusuk kulit tidak membuat ia lelah untuk menelusuri tempat itu, ia tak peduli jika kulit putihnya akan berubah warna. Sepertinya Stella Grasella, jatuh hati dengan tempat itu. Stella memejamkan matanya, menghirup dalam-dalam udara segar dan menikmati suara ombak yang sangat nyaring di indra pendengarannya. Tidak sia-sia Stella pergi dari rumah, tersesat, dan menemukan tempat itu. Bukan tanpa alasan Stella pergi dari rumah, ia hanya malas melihat Mamanya dan Neneknya yang tengah mengadakan acara makan siang bersama keluarga Tante Mira yang berujung ia akan di jodohkan dengan anaknya Tante Mira. Stella muak dengan hal itu, perjodohan itu bukan kali pertama yang Stella alami, Mamanya sudah beberapa kali memperkenalkan dirinya dengan anak dari teman-temannya. Stella benci jika mengingat hal itu. Drttt... Drttt Stella merogoh tasnya dan mengambil ponselnya, ia berdecak kesal dan mengangkat telepon dari Papanya. "Halo Pa?" ucapnya malas. "Stella, kamu di mana?" Stella melirik kanan dan kiri, "Nggak tau, Stella nyasar." "Astaga stella." Terdengar nada khawatir dari suara Papanya. "Pah, acara lamarannya lancar nggak? Mbak Wan jadi di lamar Aldi?" "Stella jangan buat Papa marah, sekarang kamu pulang!" Stella mendengus kesal, "Iya, Stella pulang." "Tapi-" Tut... Tut... Belum sempat Papanya menyelesaikan ucapannya, Stella langsung menutup sambungan telepon. Ia malas pulang ke rumah Neneknya, toh ia tak tahu jalan pulang, mengingat ia baru di kota itu. Stella mendengus kesal, mau tak mau ia harus tetap pulang. Stella tak mau di cap sebagai anak durhaka yang tidak nurut dengan ucapan orang tuanya hanya karena ia malas untuk pulang. Stella berjalan ke tempat di mana ia memarkirkan mobilnya, Stella masuk ke mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan sedang. Hujan tiba-tiba saja turun, Stella benar-benar kesal. Untung saja ia masih mengingat di mana alamat rumah Nenek nya, jika tidak mungkin Stella akan mengendarai mobilnya tak tentu arah. Stella berhenti di salah satu halte yang berada di pinggir jalan, ia berniat untuk menanyakan alamat rumah Nenek nya kepada orang yang sedang meneduh di tempat itu. Stella keluar dari mobilnya dengan sedikit berlari, bajunya sedikit basah karena cipratan air hujan. "Pak saya mau nanya nih, jalan meranti di mana ya?" tanyanya. Yang di tanya hanya diam. "Pak?" panggil Stella. Tetapi Pria tua itu tetap tak menjawab, menoleh ke arahnya saja tidak. "Mbak, kayak nya Bapak itu tuli sama buta, tadi aja saya ngomong nggak di dengerin," sahut seorang nenek yang duduk di samping Pria tua itu. "Mbak lagi nyari alamat rumah ya?" tanya nenek itu. Stella dengan cepat mengangguk, "Nenek tau nggak, jalan Meranti di mana?" Wanita tua itu tampak sedang berpikir. "Nenek lupa." Stella mendengus kesal, Stella berpikir Nenek itu mengetahui alamat rumahnya dan ternyata tidak. Stella menggigit bibir bawahnya, jika seperti ini Stella tak akan bisa pulang. Stella melirik seorang cowok yang duduk di samping wanita tua itu. Cowok itu sedang sibuk dengan ponselnya, melihat gayanya saja Stella malas untuk bertanya. Tak ada cara lain, Stella harus bertanya kepada cowok itu. "Mas, tau jalan Meranti nggak?" tanyanya. Beberapa detik Stella menunggu, tetapi cowok itu tak kunjung menjawab ucapan Stella. Dengan kesal, Stella nekad menepuk bahu cowok itu dengan satu jarinya dan akhirnya cowok itu menatapnya. "Kenapa?" Stella salah tingkah, ia sempat terpaku dengan wajah cowok itu, karena cowok itu... Ganteng. "Mas tau nggak jalan Meranti blok A nomor 36 di mana?" tanyanya lagi. "Kamu nanya ke Saya?" Stella sangat kesal, ingin sekali ia mengacak-acak rambutnya sangkin kesalnya. Ganteng sih iya, tapi b***k, ni cowok lupa ngorek kuping kali ya. Pikirnya. "Saya nanya ke Mas, nggak mungkin kan saya nanya ke rumput yang melambai-lambai," ucap Stella kesal. Cowok itu terkekeh dan kembali sibuk dengan ponselnya, melihat hal itu Stella menggeram kesal. Stella pun berniat untuk meninggalkan tempat itu. "Tunggu." Stella berbalik dan menatap cowok itu dengan sebelah alis yang terangkat. "Saya tau kok alamat itu di mana, biar Saya yang anterin kamu. Mobil itu punya kamu kan? Ikutin aja motor Saya dari belakang," ucap cowok itu. Stella menghela nafas lega dan dengan cepat mengangguk. Stella masuk ke dalam mobilnya dan mengikuti motor cowok itu dari belakang, sebenarnya Stella tak tega melihat cowok ganteng itu membawa motor di tengah hujan yang deras. Tetapi mau bagaimana lagi? Ternyata jarak halte dari perumahan Nenek Stella tak begitu jauh, hanya berkisar waktu sepuluh menit, Stella sudah sampai di depan gerbang rumah Nenek nya. Stella keluar dari mobil nya dan menghampiri cowok itu. "Makasih ya Mas, udah nganterin Saya. Maaf juga karena udah ngerepotin sampai Mas basah gitu." "Iya nggak pa-pa, kamu jangan panggil Saya, Mas. Geral aja. Nama kamu?" tanya cowok yang ternyata bernama Geral itu. "Stella." "Ya udah kalo gitu Saya duluan ya," pamit Geral. Stella mengangguk dan Geral pun melajukan motornya meninggalkan Stella yang masih berdiri di tengah hujan yang deras. "See you next time," gumannya. *** Suasana di meja makan sangat sepi, hanya suara dentingan sendok yang bergesekan dengan piring lah yang terdengar, Stella dan keluarganya sedang makan malam bersama. Stella tengah asik membalas chat dari temannya sambil memasukkan sendok yang berisi nasi ke mulutnya, Stella memang senang jika makan sambil bermain ponsel, maka dari itu orang tuanya selalu menegurnya. "Stella, kamu tadi dari mana aja?" tanya Nenek nya. Stella menatap Nenek nya sebentar dan melanjutkan makannya. "Pantai." Semua orang yang berada di meja makannya terkejut mendengar ucapan Stella. "Kok bisa?" tanya Clarine-Mamanya. "Stella nyasar, terus nemu pantai," jawabnya. "Kamu kenapa tadi kabur? Padahal Mira sama Rudi pengen banget ketemu sama kamu," sahut Ardi, Papa nya. "Mama sama Nenek tuh yang mau jodoh-jodohin Stella ke anaknya tante Mira," ucap Stella kesal. "Siapa yang mau ngejodohin kamu ke Aldi? Mama sama Nenek cuma mau ngenalin kamu ke Aldi, itu aja kok," ucap Clarine. Stella memutar bola matanya kesal, ia bosan mendengar alasan yang sama yang di ucapkan Clarine. Stella juga tau tak tik Clarine, Mama nya itu memang selalu mencari pasangan yang cocok untuknya. Stella benci di jodoh-jodoh kan, lagi pula masa depan Stella masih panjang, ia masih kelas sebelas SMA bukan gadis yang sudah menginjak umur 25 tahun. "Aldi ganteng loh Stella, nyesel kamu kalo nggak deket sama dia," timpal Nenek nya. "Aldi sopan anaknya, pintar juga di sekolah, menantu idaman banget!" seru Clarine. Stella mendengus kesal, "Setau Stella, Aldi itu jelek, dekil, kusam, hitam, pakai kacamata tebal. Nggak cocok banget sama Stella." "Hus! Ngomongnya nggak boleh gitu," omel Nenek nya. "Emang kamu pernah ketemu sama Aldi? Nggak kan? Jadi kalo ngomong jangan ngawur gitu," desis Clarine. Stella mendengus, "Udah ah, Stella ke kamar dulu, good night," ucapnya seraya berjalan meninggalkan meja makan. Stella menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan mengambil ponsel yang terselip di bantal, Stella melakukan vidio call dengan Risti, sahabatnya. Terhubung, di layar ponselnya sudah ada wajah Risti yang sedang tersenyum. "Hai Stella, gue kangen." "Gue juga kangen banget sama lo," ucap Stella. Stella dan Risti sudah berteman cukup lama, Risti adalah sahabat segaligus pendengar setianya. Keduanya selalu menghabiskan waktu bersama, maka terasa aneh rasanya jika Risti tak berada di dekat Stella. Stella juga mengajak Risti agar ikut berlibur dengannya, tetapi Risti menolak karena keluarga besar Risti sedang mengadakan acara keluarga di Jakarta. "Acaranya udah kelar?" tanyanya. "Belum, La. Eh gimana di sana, seru nggak?" Stella mendengus, ia teringat dengan kejadian tadi siang. "Ris, lo tau nggak? Nyokap gue mau ngejodohin gue lagi ke anak temennya. Sumpah, gue muak banget ngeliatnya," ucapnya kesal sendiri. Di seberang sana, Risti tertawa memdengar keluhan Stella. Risti memang sudah tahu jika Clarine selalu menjodohkan Stella dengan beberapa cowok. "Udah lah, La. Lo terima aja perjodohannya, kasian tante Clarine. Kayak nya tante Clarine pengen banget dapet calon mantu," kekeh Risti. Stella membelalakkan matanya, "Ogah." "Btw, lo kapan balik?" "Nggak tau, kayak nya masih lama deh," ucap Stella. "Yah, lo mah gitu ke gue. Jangan lama-lama deh, gue kangen nih." Stella terkekeh. "Udah dulu ya, La. Gue di panggil sama bokap nih." "Oke deh, bye," ucapnya. Stella meletakkan kembali ponselnya di atas bantal, Stella bersiap untuk tidur. Ting... Stella mengambil kembali ponselnya dan membaca pesan yang masuk, Stella mendengus, ia berpikir Risti yang mengirim pesan kepadanya, ternyata tidak. 08***: Stella? Stella mengernyit, nomor itu tak di kenalnya. Penasaran, Stella pun mengetik balasan untuk nomor itu. Siapa ya? Tak lama sebuah notif masuk dan Stella pun dengan cepat membaca balasan dari nomor itu. 08***: Aldi Stella membelalakkan matanya, ia melempar asal ponselnya ke tempat tidur. Selimut yang tadinya rapi, kini telah kusut karena di cengkeramnya dengan kuat, Stella kesal. Ia tau, Mama nya lah yang pasti memberikan nomor ponselnya kepada Kevin. Jika tidak Mama nya, pasti Nenek nya. Dua wanita tua itu sukses membuat Stella kesal setengah mati. *** Hallo! Ini adalah cerita kedua ku di Dreame ^^ Semoga kalian suka. Dan jangan lupa Tap Love ya? Share cerita ini yuk ke teman-teman kalian:)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

RAHIM KONTRAK

read
418.8K
bc

The Ensnared by Love

read
104.2K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
471.5K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.2K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.1K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.7K
bc

Hurt

read
1.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook