Semua Bisa

2055 Words
"Al, kita langsung ke rumah besarkah?" tanya Lio. "Hmmm," balas Altran. "Apa tidak sebaiknya, Naura ...." "Cari pakaian yang cocok untuknya!" sela Altran. "Hah? Kenapa tidak tadi saja sekalian Altran!" seru Naura meninggikan suaranya menatap Altran. "Kenapa? Kau yang bayar pakaian itu?" tatap Altran. "Heuh, emm. Dahlah, terserah," Naura memalingkan wajahnya. Bukan hanya Naura yang lelah seharian kesana kemari, untuk melakukan apapun yang di katakan pria di sampingnya itu. Lio juga yang mengantar mereka menggerutu di dalam hatinya. Dari pernikahan, photo, dan membeli pakaian untuk keseharian Naura di rumah. Dan sekarang untuk menemui keluarga Altran yang sempat bertemu dengan Naura waktu itu. "Sebelum itu, kita ke restoran dulu!" ucap Altran. Naura tersenyum bahagia, begitupun Lio. Mereka membaik jika mendengar penyenang perut mereka. Dia tersenyum tipis dan bersemangat, berharap segera sampai di sebuah restoran dan memanjakan perutnya. Baru jalan sehari saja, Altran sudah tahu cara membujuk gadis di sampingnya itu, dia tampak puas mengetahuinya. Lain kali, jika Naura terlihat seperti tadi Altran tidak kesulitan mencari cara untuk Naura. *"Untuk apa aku membujuknya," batin Altran kesal.* Meski terasa aneh, Naura tetap prgi sesuai apa yang di katakan oleeh Altran, yang mengajak mereka untuk makan terlbih dahulu. Merka kini duduk di sebuah meja mkan di dalam sebuah restoran yang membuat Naura dan Lio sangat bahagia untuk makan setelah seharian prgi kesanma kemari. Dalam sehari, semua sudah siap dan kini mereka sudah sah sebagai suami istri sesuai hukum yang berlaku dan cukup untuk mmbuktikan pada kedua orang tua Altran dan Naura. ''Bagaiman lagi Sob? Apa lagi yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Lio dengan mulut penuh makanan. "Hanya perlu berakting!" seru Altran. "Hah?" Naura dan Lio menatap Altran. "Uji kemampuannya," ucap Altran melihat Naura. "Aku?" Naura tidak mengerti maksud Al. Altran dan Lio tersenyum melihat Naura dan menegaskan gadis itu untuk menunjukan sikap seorang istri yang baik dan benar-benar meyakinkan keluarga Altran. Naura mendengus kesal, dia tidak tahu harus melakukan apa. "Lihat nanti saja deh!" seru Naura. Naura terdiam, tidak tahu harus seperti apa nanti dalam bersikap. Namun, dia hanya mengikuti apa sesuai maunya saja. Dia sengaja ingin mengacaukan rencana Altran. Dalam hatinya dia tersenyum. Setelah Mereka menyelesaikan makan aku kini Naura dan Altran sudah berada di sebuah toko pakaian yang dimana para pelayan menemani Naura, untuk mencoba berbagai gaun yang akan ia kenakan menemui keluarga Altran saat ini. Naura hanya mendengus kesal, melihat pria dingin itu duduk sembari menumpang kaki dan membaca sebuah majalah membuat Naura menatap tajam kearah pria itu. "Kenapa ada pria seenak dia ya? Ya tapi yang lebih mengerikan lagi dia malah menjadi suamiku," gerutu Naura. "Seharusnya Nona itu bersyukur! Sangat jarang sekali seorang pria mau mengantar wanitanya untuk membeli pakaian seperti Nona saat ini. Bahkan dia menunggu dengan sangat sabar menantikan Nona mendapatkan gaun yang cocok untuk Nona!" seru pelayan yang ada di hadapan Naura. "Apanya yang bersyukur, yang ada itu aku ketiban sial terus sejak bertemu dengan dia," gerutu batin Naura. Naura hanya tersenyum tipis menanggapi kedua pelayan yang mengagumi sosok Altran. Seorang pria yang tampan bahkan terlihat dia bukan pria sembarangan, membuat para pelayan disana mengaguminya. "Kalian tidak tahu saja, kalau dia itu adalah suamiku!" seru Naura. "Wah, ternyata sudah menikah dengan Tuan itu? Itu adalah krberuntungan yang sangat besar Nona. Bisa mendapati seorang suami yang dengan sabar menemani istrinya berbelanja, itu terdengar sangat manis!" seru Pelayan itu lagi. "Ya sangat manis, saking manisnya aku aku sangat mual," balas Naura malas. Kedua pelayan itu hanya tersenyum tipis, menanggapi gerutuan Naura yang sedari, tadi berulang kali mencoba berbagai gaun. Namun saat Naura menunjukkannya kepada Altran, pria itu hanya melihat sekilas dan meminta Naura untuk mengganti pakaiannya. Berulang kali. Naura keluar masuk ruang ganti hanya untuk berharap Altran menyetujui dan menyukai apa yang akan dia kenakan untuk menemui keluarganya. Naura yang mulai kesal, bahkan dia sangat kelelahan sekali, meski dirinya sudah makan begitu banyak. Namun jika harus berulang kali kesana kemari, membuat Naura mendengus kesal. Apalagi melihat pria dingin itu, masih seperti semula, duduk sembari membaca majalah tanpa merubah ekspresinya. Pada akhirnya, kali ini Naura keluar mengenakan gaun berwarna biru muda selutut, dengan tali yang melingkar di lehernya menunjukkan punggung yang putih bersih, dengan rambutnya yang terurai dia keluar dari ruang ganti. Naura berdiri tepat di hadapan Altran, yang mengangkat sebelah alisnya ketika melihat sepasang kaki dengan sepatu heels warna putih. ia mengangkat sebelah alisnya dan mendongakkan kepalanya melihat dari ujung kaki sampai naik tempat melihat wajah Naura. Yang tengah tersenyum terpaksa membuatnya tertegun. Gadis cantik imut dan ceria kini berdiri tepat di hadapannya dengan gaun yang sangat cantik dan pas dikenakan olehnya, bahkan Altran tidak mempercayainya jika wanita yang ada di hadapannya itu adalah istrinya. Meski hanya di atas kertas namun mereka sah dan terbukti bahwa gadis yang ada di hadapannya itu adalah istrinya. "Apa kau ingin mengganti pakaian ini lagi?" tatap Naura. "Kau menyukai semua pakaian di sini? Sampai ingin mengganti pakaianmu lagi?" balas Altran. Naura sangat kesal mendengar penuturan pria yang ada di hadapannya itu, terdengar sangat tidak masuk akal ketika pria itu mengatakan hal seperti itu. Setelah dia berulang kali membuat Naura bolak-balik mengganti pakaiannya hanya gara-gara ucapan Altran yang mengatakan tidak dengan apa yang sekali dia lihat. "Jadi, kamu mau aku pakai gaun yang mana Altran!?" seru Naura mendengus kesal. Altran yang tidak menghiraukan Naura, dia menyimpan majalahnya dan berdiri dari duduknya. Sekilas dia melihat kearah Naura yang tengah merajuk kesal. "Jangan pasang senyum jelekmu itu, saat di rumah ayahku!?" seru Altran. Dia berjalan melewati gadis itu, dan memberikan sebuah kartu kepada seorang pelayan, yang memberi hormat kepadanya. "Sekalian bungkus juga dan kirim ke alamat itu, semua pakaian yang dicoba oleh istriku!" tegas Altran dan berjalan meninggalkan toko itu. Naura yang mendengar hal itu, dia terkejut dan berjalan sedikit berlari mengejar Altran yang sudah berjalan terlebih dahulu darinya. "Apa-apaan kamu ini? Bukannya kamu tadi tidak menyukai gaun-gaun itu? Kenapa malah dibeli semua?" protes Naura. Naura menggerutu di setiap langkahnya, namun tidak didengar oleh Altran. Naura yang semakin kesal dengan sifat Altran yang menghambur-hamburkan uangnya membuatnya sangat sedih di dalam hatinya. Yang dimana dirinya, jangankan menghamburkan uang pekerjaan saja gagal dia dapatkan. Malah dia bertemu dengan pria sedingin Altran yang menyiksa dirinya. Dengan betapa mudahnya Altran menghamburkan uang hanya untuk pakaian kebutuhan wanita yang akan dikenakan oleh Naura. Naura berjalan mengikuti Altran keluar dari toko pakaian itu, terlihat toko yang cukup mewah dengan pakaian branded. Tanpa Naura menolak setiap model pakaian di sana. Dia begitu menyukai semua pakaian yang dia coba. Namun dia tidak menyangka jika Altran bisa membelikan semuanya untuk Naura. Meski seperti itu, Naura tidak menyukai hal yang yang berlebihan jika hanya sebuah pakaian saja. Namun bagi seorang Altran, itu bukanlah apa-apa dibandingkan dia harus melihat Naura mengenakan pakaiannya. Apalagi tanpa pakaian dalam yang membuat Altran akan hilang kendali, jika terus-terusan melihat wanita itu seperti itu. Di tambah dia tinggal di rumahnya kali ini, dengan waktu yang cukup lama. Saat mereka berhenti tepat di depan mobil, Lio tertegun saat melihat Naura dengan gaun yang cantik begitu pas dikenakan oleh gadis itu. "Wow, kamu sangat cantik sekali Nona!" puji Lio tersenyum melihat Naura begitu cantik berdiri tepat dihadapannya. Namun atmosfer di samping Naura membuat Lio bergidik, ketika melihat tatapan tajam dari Altran yang tidak menyukai tatapan Lio yang seperti itu. Apalagi dia tahu jika gadis yang ada di sampingnya itu adalah istri Altran. "Sebaiknya kau tutup matamu itu! Jika tidak, aku akan mengirim kau ke luar negeri!" seru Altran memasuki mobilnya tanpa menunggu balasan dari temannya itu. "Sabar Bro, aku kan hanya memuji Naura saja, kecantikannya begitu alami. Hingga membuat siapapun terkagum melihat wajah cantik Naura," balas Lio, ia memasuki mobilnya duduk di balik kemudi. "Sepertinya, kau sudah bosan bekerja sebagai asisten ku!" seru Altran dengan datar. "Aku mana mungkin bosan, bekerja padamu Bro! Haha baiklah, aku tidak akan berbicara lagi! Tapi jika aku yang menjadi pria di sampingnya Naura, tentunya tidak akan menyia-nyiakan gadis cantik dan manis dihadapanku," Lio menahan tawanya. Altran menatap ke arah kaca spion di depan Lio, membuat temannya itu begitu ketakutan saat melihat tatapan sahabatnya. Yang seakan ingin membungkam mulut Lio yang sedari tadi berbicara kesana-kemari. Membuat Altran begitu geram, saat sahabatnya berulang kali memuji Naura dan berkata hal yang tidak-tidak. "Bertengkar seperti anak kecil," acuh Naura. Lio hanya tersenyum, Altran mengacuhkannya. Naura yang mendengar pertengkaran mereka berdua, membuatnya mandelikan kedua matanya dan menopang dagu di tangannya, sembari memperhatikan jalanan tanpa menghiraukan pria disampingnya. Yang sesekali memperhatikan Naura terlihat begitu cantik dengan gaun yang dia kenakan. "Kira-kira, ayah dan ibu setuju tidak ya? Jika aku menikah dengan pria di sampingku ini?" batin Naura. Meski Naura sudah yakin tentang rencananya, namun dia tidak ingin menipu kedua orang tuanya hanya demi kebebasan dirinya. Meski Naura sangat tidak menyetujui apapun yang dimaksud oleh kedua orang tuanya, namun dia mengerti maksud dari kedua orang tuanya menjodohkannya. Asalnya Naura memang tidak pernah menunjukkan bahwa dia memiliki seorang kekasih kepada kedua orang tuanya, yang menang dia lebih sering menghabiskan waktu hanya bermain, sekolah dan pergi kesana kemari untuk mencari pekerjaan. Sebelum itu, Naura hanya menjadi seorang gadis yang biasa saja dengan kegemaran yang sama oleh dengan wanita lain. Namun, dia bersikeras mencari pekerjaan untuk menghindari perjodohan dari kedua orang tuanya. Sepanjang perjalanan Naura terdiam, dia sama sekali tidak berbicara ataupun protes kepada Altran yang kini sudah menjadi suaminya. Naura memikirkan tentang pernikahan yang begitu mudah dan gampang dilakukan oleh seorang pria dingin disampingnya saat ini. Terdengar sangat aneh, ketika Naura yang baru saja keluar beberapa hari dari rumah kedua orang tuanya, kini berubah statusnya menjadi seorang istri, dari pria yang bahkan sama sekali tidak dia kenal. Meski Naura mengenali seseorang, itu sangat sulit baginya jika harus menikah begitu cepat seperti saat ini. Jika bukan karena perjanjian mereka berdua dan sebuah kesalahan yang membuat Naura terjebak di sana. Berada di antara kehidupan pria dingin itu. Altran yang menyadari Naura yang terdiam, dia penasaran apa yang tengah dipikirkan oleh wanita itu, dia menoleh ke arah Naura begitupun dengan Naura yang melihat ke arah pria itu. Bersamaan mereka bersitatap satu sama lain, namun karena kecanggungan, mereka membuang kembali tatapan mereka. Mengingat apa yang terjadi beberapa hari ini kepada mereka. Saat Altran kembali ke kediamannya, setelah lama tak berjumpa, dia bergegas untuk pergi hanya untuk menolak perjodohan dari kedua orang tuanya. Namun dia tidak menyangka, jika dia akan bertemu dengan gadis yang ada di sampingnya itu. Begitupun dengan Naura, saat dia untuk pertama kalinya mencari pekerjaan, justru dia malah bertemu dengan Altran yang hanya dalam satu hari bertemu, menjadikan dirinya sebagai seorang istri dalam sekejap. Alih-alih menghindari perjodohan, mereka justru malah terikat satu sama lain. Menjadi sepasang suami-istri dan tidak bisa mengelak tentang hal itu. Namun mereka memiliki harapan dikala perjanjian itu berakhir, Altran yang bisa kembali kepada kehidupannya yang bebas dan Naura juga akan mendapatkan kebebasan dan juga pekerjaan dengan bekal yang cukup setelah perjanjian pernikahan mereka berakhir. Lio yang menyadari kecanggungan diantara mereka berdua, dia tersenyum tipis tidak terbayangkan jika hal itu akan terjadi. Saat melihat sahabatnya yang terkenal dengan ke acuhannya dan dingin. Namun membuat Lio tersenyum, sembari ia bangga kepada sahabatnya itu. Pasalnya, untuk jangka waktu yang sangat lama Altran sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan wanita lagi, apalagi seperti saat ini terpikirkan untuk menikah pun aturan sama sekali tidak pernah mengarah kesana. Lio tersenyum mengangkat sebelah alisny,a dia terpikirkan akan suatu hal dan tiba-tiba dia menekan pedal rem mendadak dan membuat adegan di mana yang ia harapkan. Sesuai dugaannya, Altran menarik Naura ke pelukannya, mencegah agar gadis itu tidak tersungkur ataupun mengalami hal yang tidak diharapkan. Lio yang tersenyum puas mendapati hal seperti itu, dari perlakuan Altran kepada Naura. Namun dia tidak menyadari jika sahabatnya itu, tahu akal busük dari Lio. Dia hanya bisa tersenyum puas melihat tatapan wajah kesal Altran di balik kaca spion. Lio bertingkah seolah-olah tidak terjadi apapun dan melajukan kembali kendaraannya. Naura yang berada di pelukan Altran, dia membulatkan kedua matanya tertegun. Namun dia tidak mempercayainya jika pria dingin itu terlihat sangat tampan dilihat dari dekat bahkan sangat dekat. Altran juga terdiam mengagumi kecantikan Naura dihadapannya, bahkan terlihat sangat cantik. Ketika gadis itu terdiam, tanpa protes sama sekali, apalagi gadis itu banyak berbicara seperti halnya beberapa waktu lalu. Naura yang tanpa henti berbicara. Menyadari satu hal yang salah, Naura tersadar dia bergegas mendorong tubuh Altran dan terduduk kembali membenarkan pakaiannya. Naura yang merasa canggung dan malu lain dengan Altran, dia terlihat sangat kesal kepada sahabatnya yang tentunya dengan sengaja melakukan hal seperti itu kepada mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD