Semakin tertarik

1047 Words
Naura tersenyum bahagia didalam kamar mandi sembari ia berendam di bak mandinya, dia mengusap-usap lengan tubuhnya namun tersenyum tertahan teringat akan tingkah Altran. Dia tidak menyangka jika pria itu ada sisi baiknya sedikit menurut kepadanya. "Kenapa dia tidak seperti itu saja terus menerus, kan terlihat ketampanannya tidak sia-sia," gumam Naura. Cukup lama Naura berada di dalam kamar mandi, hingga pada akhirnya Naura keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di dadânya, dia melupakan satu hal bahwa di kamarnya kali ini bukan hanya dirinya seorang. Saat Naura berjalan hendak menghampiri ruang ganti, dia menghentikan langkahnya. Naura teringat sesuatu dan berbalik kearah tempat tidurnya, terdengar teriakan Naura. Dia menutup bagian dadanya dengan kedua tangannya. "Kenapa kamu terus-terusan berteriak?" tanya Altran. "Hmm ... Aku lupa kalau di kamarku ada kamu," jawab Naura. "Iyaa, sudah ku duga. Aku keluar dulu," ucap Altran dia berjalan melewati Naura dan keluar dari kamarnya. Melihat Altran sudah pergi dari kamarnya Naura mengangkat sebelah alisnya dan memukul dahinya, dia tidak percaya jika dia benar-benar memiliki seorang suami. Bahkan Naura melupakan bahwa dirinya belum mengenakan pakaian sama sekali. "Yaa ampun, berarti dia melihat tubuhku dong? Walaupun cuman pakai handuk saja, tetap saja dia melihatnya. Huh, aku harus membuat perhitungan dengannya," gumam Naura. Dia bergegas pergi keruang ganti dengan menggerutu di dalam hatinya. Setelah selesai mengenakan pakaiannya, Naura kini berjalan keluar dari kamarnya dan menuruni tangga hingga ia melihat ayahnya dan Altran tengah berbincang berdua saja di ruang tamu. Awalnya Naura hendak menghampiri mereka namun dia teringat akan dirinya yang selalu berbicara tidak sesuai situasi, maka dari itu dia memilih untuk mengurungkan niatnya tuk menghampiri mereka. Dia berjalan melewati ruang tamu dan pergi ke meja makan, dimana Ibunya tengah menyiapkan makan malam untuk mereka. "Mam ...." Teriakan Naura mengejutkan ibunya, tersenyum memeluk Maria dari belakang, menciumnya berulang kali. "Kamu ini sudah bersuami, jangan selalu seperti ini," ucap Maria. "Tidak masalah, kalau pun aku sudah bersuami. Aku akan tetap menyayangi Mama," balas Naura. "Iya iya ... Ayo cepat bantu Mamah siapkan makannya! Biar suami dan ayah mu bisa segera makan malam," seru Maria di balas anggukan oleh Naura. "Oh yaa Mah ... Besok aku akan pulang sama dia," ucap Naura dengan ragu-ragu. "Iyaa ... Ayah mu sudah bicara," balas Maria tanpa mengalihkan perhatiannya dari dirinya yang tengah menyiapkan makanan diatas meja. Naura tersenyum mengangguk meski dia tau bahwa Ibunya masih merindukannya, namun Ibunya jauh lebih dewasa dan memahami apa yang saat ini tengah di pikirkan oleh nya. Meski Naura sangat menginginkan untuk tetap tinggal dirumah Ibunya, tapi perasaaan Altran dan juga kepentingannya jauh lebih penting dari rasa rindunya kepada orangtuanya. Maka dari itu Naura lebih memilih untuk kembali pulang dan membiarkan Altran untuk menyelesaikan masalahnya dengan segera, ntah kenapa dirinya merasa ada hal yang kurang saat dia membiarkan Altran tinggal di rumah orangtuanya dalam perasaan dan pikirannya saat ini tengah bercampur aduk dimana Altran tengah dalam masalah keluarganya. Rasa ingin Naura membantunya membuatnya terdiam, dia hanya bisa membantu Altran untuk lebih awal dari rumah kedua orangtuanya. Jika menuruti keinginan Ibunya, tentunya Naura tidak akan pernah mengelaknya, namun untuk kali ini kepentingan Altran jauh lebih penting. "Memangnya apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Maria membuyarkan lamunan Naura. "Tidak ada, hanya saja aku ingin kembali lebih dulu," balas Naura. "Ya sudah, ingat pesan mamah, jangan pernah menjadi seorang wanita yang membuat kecewa seorang pria, jadilah wanita yang anggun. Anggun dalam bersikap dan anggun dalam berbicara, setidaknya walaupun kamu serampangan tapi kamu memiliki hati yang baik. Setidaknya bawel kamu di kurangin," ucap Maria. "Iya iya ... Mama paling tahu tentang aku, begitupun dengan ayah. Setidaknya aku akan berusaha, yah ... Meski kalau aku tetap seperti ini," balas Naura tersenyum. "Tidak perlu berubah, tapi kamu hanya perlu mengetahui situasi dan lebih bijaklah menjadi seorang wanita," nasehat Ibu Naura membuatnya tersenyum dan mengangguk. Setelah siap makan malam, Naura pergi keruang tamu dimana Ayah dan suaminya berada. Masih dalam perasaan ragu-ragu Naura menghampiri mereka dan mengajak mereka untuk makan malam bersama hingga di balas anggukan dan senyuman dari Altran membuat Naura terheran. Dia merasa ada hal yang aneh ketika melihat hal seperti itu di lakukan oleh Altran . "Ada apa dengannya, kenapa dia seperti itu? aktingkah ? Ooh iya yaa ... Bisa jadi dia seperti itu, mana mungkin dia bisa acuh dan sedingin itu di depan kedua orangtua ku. Mau ada pertanyaan dari Ibu ku yang segudang?" batin Naura. Mereka kini berjalan menghampiri meha makan bersama-sama di ikuti oleh Naura dari belakang. Naura hanya tersenyjm bahagia melihat kebersamaan kali ini. Ayah dan ibunya bersama dengan dia dan suaminya, meski hanya pura-pura, tetap kebahagiaan kedua orang tuanya sangat nyata. Makan malam pun terjadi tanpa perbincangan di antara mereka, namun setelah mereka selesai makan malam. Ayah Naura mengajak Altran untuk berbicara lagi diruang tamu. Mereka pergi setelah selesai makan dan meninggalkan para wanita terlebih dahulu. "Memangnya, apa yang Ayah bicarakan dengan suami ku? Mah ... kok mereka terlihat serius sekali," tanya Naura. "Jika mereka tidak mau kita tahu, itu berarti tidak penting untuk kita tahu. Kamu faham tidak, Sayang?" balas Maria. "Tidak!" jawab Naura, menggelengkan kepalanya. "Iya, sebaiknya kamu tidak faham, karena jika kamu menjawab faham. Tentunya tetap saja mama harus menjelaskannya kepada kamu, sebaiknya bibir kamu yang manis ini, digunakan untuk yang manis-manis saja. Jangan digunakan untuk berbicara yang tidak-tidak," tegas Maria. "Jangan digunakan untuk berbicara hal yang tidak-tidak, sebaiknya kamu tidak perlu tahu apapun yang dilakukan oleh seorang pria, apalagi bersama dengan Ayahmu. Tentunya itu bukanlah hal yang sia-sia dimana mereka berbincang," tambah Maria. "Ooh begitu yaa Mah, ya sudah deh ... Emm, Naura naik ke kamar saja," ucap Naura. Setelah di balas anggukan oleh ibunya, Naura kini bergegas pergi menaiki tangga, masih sesekali dia memperhatikan perbicangan antara Juan dan Altran, meski penasaran, namun dia teringat akan ucapan Ibunya yang melarangnya untuk tidak ikut campur atau penasaran akan apa yang di lakukan oleh ayah dan suaminya. Naura memilih berjalan menaiki tangga dan pergi ke kamarnya. Dia sangat penasaran akan apa yang di bicarakan Altran dan ayahnya namun tak mampu memungkiri larangan ibunya. Dia berjalan memasuki kamarnya dan melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dia melihat langit-langit kamar dan masih terpikirkan olehnya tentang pembicaraan antara Altran dan ayahnya dan juga sikap Al yang berubah saat tadi dia mengajaknya untuk makan malam. NTR:Hallo Kak, sepi yah, gak ada yang komen ?selamat membaca sehat dan semangat kak. Terimakasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD