Perjodohan

2482 Words
Naura kini duduk di samping ibunya kenari memakan buah-buahan seperti yang biasa dilakukan oleh Maria. "Sayang, kemana suamimu? Katanya kamu sudah punya suami? Atau memang dia tidak mau ikut ke sini?" tanya Maria dibalas anggukkan oleh Juan. Naura mengangkat sebelah alisnya, dia kebingungan harus mengatakan apa kepada kedua orang tuanya. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia tidak jadi memiliki seorang sumi titik akan terdengar sangat bodoh ketika Naura mengatakan hal seperti itu. "Kenapa kamu diam Ra? Apa dia sibuk? Atau dia tidak mau kesini?" tambah Maria masih penasaran dengan putrinya yang marah terdiam. "Jika dia melakukan hal seperti itu. Ayah akan memberi dia pelajaran!" tambah Juan. "Tidak ada Ayah, dia hanya sedang bekerja dan mungkin akan segera datang ke sini menjemput aku!" jelas Naura. Untuk pertama kalinya, Naura berbohong kepada kedua orang tuanya. Setelah selama ini, dia selalu mempertahankan kejujurannya kepada kedua orang tuanya. Namun kali ini demi kesehatan ibunya, Naura terpaksa berbohong dan dia akan mencari cara untuk mendapatkan seorang pria yang mau menjadi suami pura-puranya. "Naura, jika suami kamu itu tidak jelas, dengan terpaksa kamu sebaiknyanya, bertunangan dengan pilihan mamah, Ayah kamu juga sudah menyetujuinya. Kamu sebaiknya menurut dan tidak boleh kabur-kaburan lagi! Itu hanya dilakukan oleh anak kecil. Kamu ini sudah dewasa! Sebaiknya belajar menjadi seorang wanita yang baik dan anggun!" seru Maria berbicara dengan tegas kepada putrinya. Juan menggelengkan kepalanya, namun dia membenarkan apa yang diucapkan oleh Maria tentang kewajiban seorang wanita yang harus baik dan anggun. "Iya iya ... Jika suami aku gak datang juga besok, aku mau di jodohkan," ucap Naura. "Hmmm, sebaiknya seperti itu!" tegas Maria. Naura hanya menghela nafas berat untuk menanggapi ucapan kedua orang tuanya. Meski dia juga tidak yakin akan keputusannya, namun dia juga tidak bisa mengelak bahwa Altran yang sudah menjadi suaminya, itu adalah hal yang tidak mungkin jika dia akan mencarinya. Baginya Altran hanyalah sebagai pelarian sementara untuk kebebasan nya. Namun ternyata Altran, lain dari yang dia duga pria itu bahkan sangat acuh kepadanya. Jangankan menolongnya pria itu bahkan tidak berbicara kepada Naura sama sekali. Diam Altran membuat dirinya cemas akan keadaan pria itu, sejak kembali dari kediaman kedua orang tuanya berdiam diri bahkan tidak berbicara sama sekali. Naura kali ini, hanya menghabiskan waktu bersama dengan ibunya, meski sesekali ayahnya Juan mampir dan menemani mereka di rumah berbincang dan makan bersama mereka habiskan waktu itu ber sama-sama. Sejak Naura masih kecil di usia Naura menginjak Sekolah Dasar. Maria mengatakan bahwa Juan adalah ayah kandung Naura. Hingga membuat gadis itu yang memang sudah menyayangi Juan dari kecil tidak terkejut, namun semakin bahagia ketika mendapatkan kebenaran bahwa Juan adalah ayah kandungnya. Sangat bahagia sekali Naura saat mendapati berita seperti itu, meski ayahnya Nana meninggal karena sakit penemuan Maria sama sekali tidak mau kembali bersama Juan keteguhan yang mereka pegang tidak menghianati cinta keduanya namun mereka bersama-sama membesarkan Naura dengan kasih sayang yang melimpah. Naura berjalan di halaman rumahnya, dia masih dengan harapannya mendapatkan kebebasan selama usia mudanya. Namun Maria sama sekali tidak mau kembali bersama Juan keteguhan yang mereka penggalang tidak menghianati cinta keduanya. Namun mereka bersama-sama membesarkan Naura dengan kasih sayang yang melimpah. Naura berjalan di halaman rumahnya, dia masih dengan harapannya mendapatkan kebebasan selama usia mudahnya. Namun harapan itu sirna saat kedua orang tuanya bersikeras untuk menjodohkan Naura dengan pria pilihan mereka. "Sayangnya, aku tidak punya kesempatan untuk menghabiskan masa muda aku. Walau hanya bekerja saja!" gumam Naura. Gadis itu terdiam sembari memikirkan tentang siapa yang akan menjadi suaminya nanti, meski dia tidak siap namun dengan terpaksa noura harus menerimanya dengan lapang dad@ dan tidak akan menjadi seperti anak kecil yang dikatakan oleh ibunya itu. "Padahal aku sangat suka sekali ketika aku dikatakan kalau aku anak kecil oleh ayah tapi saat mamah yang mengatakan rasanya aku tidak ingin mengecewakan dia, aku sangat sayang sekali sama mama dan aku tidak mau sesuatu terjadi kepadanya," gumam Naura. Rasa sayang Naura sangat besar kepada ibunya yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih sayang yang melimpah begitupun dengan ayahnya. Maka dari itu, dia tidak ingin mengecewakan mereka meski masa depannya yang harus dia pertaruhkan. "Tapi pria bodoh itu, harusnya mau! Kenapa dia malah tidak berbicara iya atau tidak? Kenapa juga harus mengurung diri di dalam kamarnya ada apa sih dengan pria aneh itu? Menyebalkan rasanya aku ingin memukul kepalanya!" gerutu Naura. "Dia sangat kesal kepada aturan yang mengajukan nya saat Naura meminta tolong kepadanya titik padahal tuh ya Meskipun dia tengah dalam masalah harusnya dia bicara sama aku agar aku tidak harus meminta tolong kepadanya! Kalau seperti ini kan aku jadinya bingung dan juga semuanya sirna begitu saja, kebebasanku uangku dan juga aku harus menikah dengan orang lain. Hah, menyebalkan Altran kau sangat menyebalkan!" gerutu Naura. Naura duduk di kursi taman sembari membuang tangkai bunga yang dia petik saat berjalan-jalan tadi. Maria tersenyum tipis melihat anak gadisnya kini sudah dewasa dan dan terlihat murung saat ia tengah mendapati masalah. "Setidaknya mulai saat ini kamu berusaha mencari solusi untuk masalahmu sendiri, tentang caramu baik atau tidak. Itu tidak akan masalah bagi Mama, yang terpenting itu kamu belajar dewasa dan mandiri Mama akan mendukungmu sayang," gumam Maria tersenyum tipis melihat putrinya duduk dengan cantik di taman. Bukan tanpa alasan Maria mengatur perjodohan untuk putrinya itu, namun Maria dan Juan ingin mengajarkan kepada Naura untuk belajar lebih mandiri dan tidak berperilaku manja seperti biasanya. Meski Maria dan Juan selalu memanjakan orang dan memang menyukai sifat manja putrinya itu. Namun demi kebaikan Naura, Maria mencoba membangunkan rasa hidup ingin mandiri Naura dengan caranya yang memang berbeda. Di sore hari Maria kini tengah menyiapkan makanan untuk Naura yang baru saja memasuki rumah dan duduk di kursi meja makan. "Makan dulu yang banyak dan besok kamu harus bersiap untuk acara pesta pertunanganmu!" ucap Maria. "Secepat itu?" Naura terkejut mendengar penuturan ibunya. Dibalas dengan anggukan oleh ibunya. Naura hanya bisa menghela nafas dan menerima apapun yang akan terjadi kepada dirinya, termasuk kedua orang tuanya yang mengatur tentang perjodohan dirinya dengan pria pilihan kedua orangtuanya itu. Meski seperti itu, Naura tetap saja memikirkan tentang tujuannya yang menginginkan sebuah kebebasan tanpa sebuah ikatan pernikahan yang diharapkan oleh kedua orangtuanya. "Coba saja aku sudah bekerja, mungkin tidak akan pernah mengalami hal seperti ini," gerutu Naura. Maria mendengar gerutuan putrinya itu, namun dia berpura-pura acuh tanpa menghiraukan ucapan putrinya. Sepanjang malam Naura memikirkan tentang acara yang akan diselenggarakan besok. Pasalnya Naura menjanjikan kehadiran Altran di depan mereka yang dimana tidak tahu apakah pria itu akan datang, atau tidak jangankan pria itu datang dan menghiraukannya yang berbicara di hadapannyapun sama sekali tidak ditanggapi oleh Altran yang hanya dalam satu hari saja berubah lagi. "Andai saja, besok aku bisa keluar dari perjodohan ini," ucap Naura tertidur menutup kedua matanya. "Kemarilah gadis kecil! Sudah saatnya kau berdandan yang cantik!" seru Lia, bibi Naura menarik tangan Naura yang tertidur. "Eeuh apa sih, Mah!" protes Naura. "Apanya yang mah?! Cepat mandi dan ganti baju! Kau kan akan bertunangan!" teriak Lia. "Ayolah Bibi ... Aku bosan kaya gitu terus. Gak usah mandi aja ya?" rengek Naura. "Ini nih, keras kepala, pemalas kumplit kamu punyai!" seru Lia. "Aah, dingin Bi! Besok aja ya mandinya?" rwngek Naura. "Kamu manja banget ya ampun Naura! Kamu sudah mau punya suami jangan di biasakan malas! Bersiap ayo!" gerutu Lia menarik Naura. Dari pertama bangun, Naura sama sekali tidak bersemangat dari persiapan pertunangannya hari ini. Gadis itu masih dengan malas-malasan, dia berjalan ke kamar mandi dan bersihkan tubuhnya. Dia tidak tahu jika reaksi tubuhnya seperti ini adalah hanya untuk berharap Altran ataupun temannya yang akan membantunya keluar dari masalah perjodohan ini pasalnya masih dengan berat hati untuk menerima perjodohan lebih awal seperti ini. Jika saja Altran bisa menolongnya Itu adalah sebuah keajaiban bagi Naura. Namun adalah hal yang tidak mungkin jika pria dingin itu datang begitu saja, melakukan apapun yang dia minta. Membuat kedua orangtuanya yakin bahwa Naura sudah menikah dan menghindari perjodohan ini. Naura yang masih di dalam kamar mandi, bahkan cukup lama membuat Lia sangat khawatir dia bolak-balik keluar kamar Naura. Lalu dia pergi menemui kakaknya yang saat ini tengah mempersiapkan acara, yang dimana akan diselenggarakan nanti siang. Juan kini memarkirkan mobilnya dan berjalan memasuki rumah Maria disambut oleh Maria yang menatap tajam ke arahnya. "Kenapa kamu baru datang? Banyak hal yang harus dipersiapkan. Oh iya apa kamu sudah meminta pada mereka untuk datang di sore hari?" tanya Maria. "Iya mereka sudah bersedia untuk datang tepat waktu, lagi pula ini kamu sungguhan mengadakan hal seperti ini. Belum tentu juga kan anak kita itu bisa melewatinya atau apalagi mengatasinya," balas Juan. "Aku sih yakin dengan sifat keras kepalanya Naura, dia tidak akan mungkin membiarkan ini semua terjadi. Meski perjodohan kita ini akan menjadi sebuah kenyataan, namun aku percaya putriku bisa menyelesaikan masalah ini dari pertama kalinya," jelas Maria. "Kak, Naura masih di dalam kamar mandi dan belum keluar juga sedari tadi! Sudah bangun saja lama sekali lagi!" gerutu Lia berbicara pada kakaknya. "Iyakah?" senyum Maria. "Nah kan, anak itu sudah terbiasa seperti itu. Kalau dia tidak keluar berarti tidur," balas Juan tersenyum. "Hah, begitu Kak?!" tatap Lia. Maria mengangguk dan tersenyum membenarkan perkataan Juan yang menjadi kebiasaan Naura mereka sudah mengetahui apa yang akan direncanakan oleh Naura yang seperti itu. "Kamu tahu kalau Naura sering tidur di kamar mandi?" tanya Maria menatap ke arah Juan. "Ya itu Putri kita terutama putrimu! Tentu saja dia akan mengikuti sifat kamu yang memang seperti itu selalu tidur di dalam bak mandi," balas Juan tersenyum tipis. Maria mengangkat sebelah alisnya dia mengangguk dengan malas jika sudah diketahui oleh Juan tentang dirinya, bahkan putrinya saat ini juga memiliki sifat seperti itu mandi yang sangat sama dan tertidur pulas di dalam bak mandi berendam. "Jadi kita harus bagaimana ini kak? Masa anak itu malah tidur lagi. Sudah aku bangunin dia susah sekali!" gerutu Lia. "Biarkan saja, nanti biar kakak yang membangunkan dia. Kamu cek saja lihat-lihat apa yang diperlukan dan yang kurang bisa kan?"balas Maria. Dia mengudap kepala Lia yang mengenakan penutup kepala. Lia mengangguk mempersilahkan membiarkan kakaknya untuk pergi menaiki tangga menghampiri kamar Naura yang dengan pintu terbuka Juan hanya memperhatikan Maria menaiki tangga dengannya, rasa kagum dan cintanya semakin besar meski dimakan usia. Juan kini ikut membantu mempersiapkan persiapan pertunangan, yang dia juga ikut berjaga di sana. Namun Juan selalu memikirkan tentang Maria yang tidak ada di hadapannya selalu membuatnya rindu. Maria berjalan menghampiri kamar putrinya dan berdiri tepat di pintu masuk, membuatnya sangat terkejut dan menggelengkan kepalanya ketika melihat deretan pakaian berserakan di sana. Berbagai macam pakaian begitu berantakan di kamar Naura detik "Ini kamar seorang gadis kenapa bisa seperti kapal pecah," gerutu Maria. Maria mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, bahkan memasuki ruang ganti Naura. Dia mencari putrinya namun tidak kunjung ditemukan. Hingga Maria berhenti tepat didepan pintu kamar mandi dan membuang nafas kasar. "Ternyata anak gadis ini benar-benar sangat betah sekali, diam di kamar mandi," ucap Maria. Maria mencoba untuk mengetuk pintu dan sama sekali tidak ada sahutan dari dalam kamar mandi sekali dua kali Maria mengetuk pintu dan masih tidak ada jawaban dari putrinya itu. "Naura! Kamu masih tidur?" tanya Maria meninggikan suaranya. "Ya sudah kalau begitu, biar mama dan ayah buka pintunya ya. Jangan salahkan Ayah jika dia melihat kamu tidak mengenakan apapun!" tambah Maria sedikit berteriak. Masih tidak ada jawaban, membuat Maria terkejut. Dia tidak ingin putrinya itu tertidur dalam keadaan kedinginan dengan segera Maria keluar dari kamar mandinya putrinya, dan dengan wajah khawatir dia berjalan keluar dari kamar putrinya dengan tergesa-gesa menuruni tangga berharap ada seseorang yang bisa menolongnya. "Ada apa Sayang? Kenapa kamu terlihat sangat khawatir?" Suara Juan mengejutkan Maria yang tengah hawatir. "Sayang cepet bukakan pintu kamar mandinya Naura! Aku takut tidak terjadi apa-apa! Soalnya aku tadi berteriak saja dia sama sekali tidak menyahut," balas Maria khawatir. "Dia tidur beneran tidur di kamar mandi?" tanya Juan. Maria mengangguk, dia sangat khawatir tentang putrinya. Jika dia tidak kuat dengan suhu dingin yang berlebihan. Apalagi sampai merendam tubuhnya di dalam bak mandi. "Ya sudah ayo! Kita ke sana!" ajak Juan. Juan tangannya di tarik Maria dengan perasaan hati bahagia, dia bisa mendapati Maria memegang tangannya. Sudah sangat lama sekali bahkan sejak kelahiran Naura, Maria sama sekali tidak pernah berbicara selembut itu. Apalagi memanggilnya dengan kata sayang. Mereka berjalan hingga sampai di kamar Naura, Maria dan Juan kini berdiri di depan kamar mandi, dengan Juan, terpaksa dia menekan keras dan membuka pintu kamar mandi dengan paksaan. Betapa terkejutnya Juan dan Maria, ketika melihat putri mereka benar saja tengah tertidur tanpa nelayan benangpun. "Ya ampun Naura!! Kamu benar-benar gadis yang nakal! Kamu putar badan!" gerutu Maria sambil meminta Juan untuk memutar tubuhnya agar tidak terlihat putrinya yang sedang tertidur tanpa helaian benangpun. "Kamu masih tidak mau bangun Naura?!" teriak Maria. "Mama?" Naura sangat terkejut, namun dia lebih terkejut saat mengingat dirinya tidak mengenakan apapun. Dia dengan sigap menutup kedua gundukan yang terlihat, membuat Maria mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan tajam. "Kamu seperti ini? Mau sampai kapan kamu seperti ini Nak? Kamu itu sudah besar dan harusnya kamu itu lebih dewasa! Untuk apa kamu berendam di dalam kamar mandi, sedangkan kamu melakukan perawatan saja kamu tidak mau!" Maria memarahi Naura dengan tatapan tajamnya. "Iya maaf," Naura meminta maaf dengan wajah menggemaskanya. "Jangan pasang wajah seperti itu!" tegas Maria. Juan yang mendengar teriakan Maria, dia tersenyum tertahan ketika mengetahui bahwa Maria juga tidak tahan dengan sikap Naura yang selalu menunjukkan tingkah manjanya dihadapan mereka. Hal yang membuat kedua orang tua Naura begitu memanjakan putrinya dan Naura yang sampai seperti itu, setiap kali bertingkah seperti anak kecil dan selalu menggemaskan setiap kali dia bertingkah. "Atau kamu mau membatalkan perjodohan ini?" Maria masih dengan kesalnya. "Tidak seperti itu," balas Naura. "Kalau begitu cepat kamu keluar! Dan lakukan perawatan sesuai apa yang dikatakan oleh perawat itu!" seru Maria. Naura mengangguk dia menuruti apapun yang diucapkan oleh ibunya. Maka dari itu dia bangun dan keluar dari kamar mandi. Kali ini Naura menerima perlakuan perawatan dari tim yang bertugas untuk memberi spa kepada Naura. Hingga gadis itu kini berbaring di atas tempat untuk melakukan pijatan tubuh dan luluran. Melihat hal itu Juan tersenyum tipis dan menghampiri Naura yang memajukan bibirnya. "Sudah lihat kan? Bagaimana Mamah kamu marah dengan menggemaskan begitu?" tanya Juan tersenyum tipis. "Iya, Mama pas marah memang sangat lucu tapi tidak kalah menggemaskannya dengan aku kan, Yah?" balas Naura. "Ya ... Iya, kamu memang sangat menggemaskan, bahkan sampai-sampai membuat Mamah kamu tidak tahan dengan tingkah kamu ini. Ingat Sayang, apapun yang dilakukan oleh Mama kamu. Itu semua adalah untuk kebaikanmu, sebaiknya kamu jangan buat dia kecewa!" tegas Juan tersenyum tipis dan mengecup dahi putrinya. Naura mengangguk dan tersenyum, dia memang tidak pernah mendapati ibunya marah-marah seperti itu kepadanya. Bahkan setiap kali Maria marah. itu hanya terdengar sebuah candaan dari ibunya. Maria tidak pernah berbicara dengan nada tinggi seperti itu. Namun ibunya itu tidak pernah berhenti untuk memanjakan nya. Hingga membuat Naura seperti saat ini, selalu bertingkah manja dan merajuk. Jika dia menginginkan sesuatu, namun kali ini untuk sebuah perjodohan Naura sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa ketika Ibunya sudah menentukan semuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD