03

1080 Words
TITIK TEMU [03] Si cantik Shena ____________________ "Halo guys, ketemu lagi sama aku. Shena..." "Di video kali ini, aku bakalan mulai review produk make up dari salah satu artis yang lagi naik daun nih. Siapa hayo..." "Betul banget! Bling-bling make up by Nadia Aqila." "Oke, sebelumnya jangan lupa untuk klik tombol bintang, follow untuk mengikuti aku di Watching, dan jangan lupa buat share ke semua akun media sosial kalian." "Tanpa basa-basi panjang-panjang, kita mulai..." *** "Ck, bikin breakout nih!" Gerutu seorang cewek yang sedang sibuk membersihkan wajahnya dengan micellar water. "Andaikan aja dia bukan relasi Papi, udah gue buang semuanya ke tempat sampah. Niat mau bikin produk enggak sih!" Sambungnya sambil marah-marah. Klek. Seorang perempuan paruh baya masuk ke dalam kamar cewek itu sambil membawakan segelas su-su. Perempuan itu tampak kaget karena melihat kamar putrinya berantakan dengan berbagai macam peralatan syuting, katakan saja begitu. Ada kamera keluaran baru yang harganya hampir tiga puluh jutaan itu dengan sebuah tripod kecil di atas meja, ada juga ring light, dan sebuah microphone kecil yang dijepit di pakaian cewek itu. Ditambah lagi wajah yang masih menor dengan dandanan. "Shena baru bikin video ya, Nak?" Tanya perempuan itu namun tidak terdengar jawaban apapun dari cewek itu. "Duh, maafin Bunda ya masuk sembarangan." Sambungnya tidak enak lalu meletakkan gelas berisi s**u itu di meja yang ada di dekat ranjang milik cewek itu. "Bunda keluar ya! Jangan lupa diminum susunya," ucap perempuan itu sebelum benar-benar menutup pintu kamar cewek itu. Adinda Arfishena atau biasa disapa dengan Shena adalah seorang beauty vlogger yang mempunyai pengikut sebanyak satu juta di aplikasi Watching. Sedangkan pengikutnya di sosial medianya, Layarkaca, sekitar sembilan ratus ribuan. Cewek itu terlihat sangat cantik sehingga digemari banyak sekali remaja cewek. Shena, seringkali membagikan tips penggunaan skincare routipe atau make up. Sehingga menarik banyak sekali kaum-kaum yang ingin tampil mempesona seperti dirinya. Tetapi percayalah, dunia nyata dengan dunia maya itu sangatlah berbeda. Apa yang ditampilkan di depan publik tidak sama dengan apa yang terlihat aslinya, keseharian orang tersebut. Sama seperti Shena, ketika membuat video dengan kehidupan nyatanya—berbanding terbalik. Untuk wajah, kecantikan, bahkan semua yang terlihat hampir sama. Bedanya hanya soal perangai, Shena tidak se-humble yang dipikirkan oleh orang-orang. Dia tetaplah manusia yang tidak suka direpotkan dengan banyak orang-orang yang mengaku sebagai fans. Shena cukup terganggu dengan mereka, sangat. Akun Layarkaca miliknya, dipenuhi dengan pesan-pesan yang terkadang membuatnya malas. Terlalu banyak orang-orang penjilat yang setiap saat mengatakan jika dirinya luar biasa cantik. Ada juga yang terus mengirim pesan dengan kata-kata romantis dan itu sangat menyebalkan. Bisakah mereka tidak mengganggunya sebentar saja? Tentu saja Shena senang jika videonya banyak yang suka. Toh, dia mendapatkan uang. Tetapi, sesekali Shena tidak mau hidupnya diganggu dengan banyak orang-orang baru yang sok akrab dengannya. Shena beranjak dari duduknya setelah selesai membersihkan wajahnya dengan micellar water. Kapas-kapas yang sudah kotor masih berserakan di atas meja. Sedangkan dirinya langsung masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah selesai mencuci muka, Shena memasukkan semua make up yang dia dapatkan dari endorse, ke dalam kardus besar. Untuk apa disimpan, padahal tidak cocok sama sekali. Shena benci dengan produk-produk yang enggak bagus-bagus banget tapi harganya selangit. Semua itu hanya karena pakai embel-embel nama artis saja. Apa bagusnya? Terkadang artis yang bersangkutan memilih untuk memakai produk yang harganya jutaan ketimbang produknya sendiri. Klek. Shena menatap ke arah pintu kamarnya yang sudah dibuka lagi. Seorang laki-laki berjas hitam masuk setelah menutup pintu. Terdengar helaan kasar dari mulut Shena. "Enggak istri, enggak suami, sama aja!" Kesal Shena sambil melipat tangannya di d**a. "Apaan lagi sih, Pi?" Tanya Shena ketus. Laki-laki yang dipanggil 'Pi' itu mendekat ke arah Shena, "Papi sudah memindahkan kamu ke SMA yang baru. Ingat, jangan membuat masalah lagi. Cukup kamu mencoreng muka Papi dengan kelakuan kamu kemarin. Papi enggak mau, kejadian yang sama terulang di sekolah yang baru." "Hm," dehem Shena tidak peduli. "Shena," bentak Papinya dengan setengah kesal. Shena berjalan menjauh, membuka pintu kamarnya. "Papi mendingan keluar, sana! Shena capek, Shena mau istirahat. Oh iya, sekalian titip pesan sama teman Papi. Kalau mau bikin produk yang niat dikit. Untung aku enggak bikin review jujur. Bisa hancur reputasi itu artis." Laki-laki itu menatap Shena, "kamu bisa enggak sih, sopan sedikit aja sama orang tua?" "Pi, please! Leave me alone..." Kesal Shena. Laki-laki itu menghela napas panjang dan meninggalkan kamar Shena. Sedangkan Shena langsung menutup kamarnya rapat-rapat dan duduk di atas ranjang. Hari ini benar-benar sangat melelahkan. Apa ini yang dinamakan kehidupan? Monoton? Tidak ada gairah sama sekali? Bahkan sekarang dia harus meninggalkan sekolah yang lama seperti pecundang. Benar-benar menyebalkan. Shena menatap segelas s**u yang mungkin hampir dingin itu. Tanpa basa-basi, Shena langsung buru-buru meminumnya dan meletakkannya di atas meja kembali. Setelah itu, dia menekan angka 0 pada telepon yang dipasang di dekat mejanya. Setelah tersambung dengan seseorang, Shena memintanya untuk ke kamarnya. Tidak lama kemudian, seorang pembantu masuk ke dalam kamarnya. Membersihkan kapas yang masih berserakan di atas meja dan mengambil gelas bekas susunya. Setelah semua bersih, waktunya untuk mematikan lampu. Shena menekan tombol kecil di dekat ranjangnya. Lalu atap-atap kamarnya digantikan dengan sebuah kaca, menampakkan hamparan bintang di angkasa. Shena sering tidur dengan menatap langit seperti ini. Dia mulai merindukan sesuatu. Sesuatu yang perlahan hilang di dalam hatinya. Shena tersenyum masam, lagi-lagi tidak bisa tertidur tanpa sebuah pil tidur. Sudah lama sekali tidak merasakan kedamaian tidur jika tak mengonsumsi obat itu. Cewek itu beranjak dari kasurnya. Mendekat ke sebuah lemari kecil di dekat meja belajarnya dan menarik salah satu laci. Shena mengambil obat tidur itu dari dalam wadah putih. Diminumnya obat itu lalu kembali berbaring di ranjang. Shena sudah sering mengonsumsi obat tidur. Tentu saja tidak ada yang tahu. Papinya yang katanya orang tuanya pun tak pernah tahu jika putrinya sering mengonsumsi obat untuk sekedar tidur. Terkadang Shena berpikir, apa dirinya kurang kelelahan. Sampai tidur pun tidak bisa. Shena pernah mengalami insomnia beberapa saat lalu. Dan akhirnya memutuskan untuk meminum obat tidur. Tentu saja dia memaksa salah satu teman Papinya yang berprofesi sebagai dokter untuk memberikan resep itu. Jaman sekarang, obat seperti itu sulit sekali didapatkan tanpa adanya resep dokter. Walaupun dia akhirnya diminta untuk periksa, tetapi Shena tidak pernah datang. Shena takut rumah sakit, sangat. Jadi, dia memutuskan untuk minum obat walaupun tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya. Yang Shena tahu adalah, dia lelah menjalani kepalsuan di dalam hidupnya. Sangat lelah! Perlahan, matanya menutup. Shena akhirnya berhasil tertidur. Untuk hari ini saja, Shena merasa bebannya tak lagi terasa. Untuk saat ini... •••••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD