02

1058 Words
TITIK TEMU [02] Ulasan manis Rainbow cafe _________________________________ Ting! Ting! Ting! Semenjak ada notifikasi dari sebuah akun bernama ShenaShen22. Cafe yang beberapa Minggu ini sangatlah sepi berubah menjadi ramai dalam seminggu belakangan ini. Banyak sekali pelanggan yang datang dan membuat Albi maupun Nandan kewalahan. Sampai-sampai, teman mereka yang lain pun harus ikut membantu karena kurangnya personil sedangkan pelanggan yang datang mulai membeludak. Selama sejarah pembukaan Rainbow cafe selama dua tahun, baru Minggu ini pelanggan datang seramai ini. Bahkan beberapa diantaranya memuji dengan kagum. Rata-rata, mereka belum tahu jika ada cafe di daerah ini. Mereka juga belum merasakan minuman atau makanan yang disajikan di Rainbow cafe jadi memilih di coffee shop di depannya karena kalah brand saja. Semenjak mereka melihat postingan milik ShenaShen22, banyak orang yang penasaran dan akhirnya memilih datang. Setelah mereka datang untuk yang pertama, banyak pelanggan yang kembali lagi juga. Mereka ingin merasakan menu lainnya dan mulai ketagihan. Jadi garis besarnya adalah, pelanggan tidak datang ke cafe ini karena tidak terkenal dan belum pernah merasakan sensasi menu di sini. Sehingga Albi sebagai pemilik cafe ini berencana untuk membuat menu baru dan meminta pelanggan untuk melakukan taster terlebih dahulu agar bisa menyesuaikan dengan keinginan konsumen. Nandan menduduki kursi yang berada di depan Albi yang sedang sibuk dengan ponselnya, "gimana? Dibales enggak sama ShenaShen22?" "Enggak," jawab Albi menanggapi ucapan Nandan. Wajah Nandan tampak kecewa mendengarkan jawaban Albi, "kok enggak dibales, ya? Atau mungkin pesan Lo ketimbun kali, makanya enggak dibales." "Enggak mau bales kali. Udah dibaca kok," sambung Albi yang membuat Nandan langsung menarik ponsel temannya. Melihat akun Layarkaca milik ShenaShen22 yang telah berjasa membuat Rainbow cafe menjadi ramai. Nandan menghela napas kecewa dan memberikan ponsel Albi tersebut. "Udah gue bilang, dia bukan tipikal orang yang mau datang ke suatu tempat lagi dengan paksaan. Kita seharusnya udah merasa cukup dengan review dia soal Rainbow cafe. Jangan meminta lebih." Ucap Albi yang tidak ingin berharap banyak. "Iya sih!" Ucap Nandan menanggapi ucapan Albi. "Gue cuma berusaha aja buat tanya sama dia. Kali aja dia mau." Sambungnya. Iya. Tempo hari Nandan mengirim pesan lewat Layarkaca kepada orang itu. Meminta orang itu untung datang ke Rainbow cafe untuk merasakan minuman baru mereka. Nandan juga berharap jika orang itu bisa membantu membangkitkan Rainbow cafe dengan menjadi brand ambassador mereka. Sayangnya, tak ada balasan apapun. Tentu saja Nandan kecewa karena hal itu. Mungkin hanya Albi yang selalu berpikiran positif. Tidak mau mengambil pusing dengan hal itu. Nandan kembali membaca captions dari akun ShenaShen22 itu dengan menampilkan beberapa foto sudut Rainbow cafe. Ada juga jepretan sosok Albi yang sedang mengelap meja. ShenaShen22 hari ini, gue pergi ke salah satu cafe. Namanya Rainbow cafe. Di sini tempatnya bagus banget, gaya vintage gitu. Yang gue suka dari tempat ini adalah pelayanannya dan juga minumannya. Hari ini gue pesan americano. Enggak tahu kenapa, ini enak banget deh. Ditambah sama suasana hujan, walaupun iced masih cocok lah. Lain kali, gue akan datang kesini lagi kalau sempat. "Tanda suka di postingan dia aja udah sampai empat ratusan ribu, ya. Dia siapa sih? Kenapa famous banget ya." Ucap Nandan penasaran sambil menggeleng-gelengkan kepalanya secara berulang. Albi mengangkat kedua bahunya, tidak tahu. "Gue mau beres-beres dulu aja deh. Lo kalau mau balik duluan enggak pa-pa." Nandan menggeleng, "barengan aja enggak masalah. Gue kuat kali kalau cuma bantuin closing doang." Albi tidak menjawab, mereka langsung sibuk dengan pekerjaan masing-masing untuk beres-beres sebelum malam semakin larut. Sedangkan teman-teman mereka lainnya sudah Albi suruh pulang sebelum pelanggan terakhir mereka pulang. Kasihan juga melihat teman-temannya yang kesulitan karena ingin membantunya. Setelah semua beres, Nandan ijin pulang duluan karena sudah larut. Albi sendiri masih berencana untuk tinggal. Ingin belajar di cafe karena lebih tenang dibandingkan di rumah. Terdengar suara klakson, pertanda jika Nandan sudah pergi. Albi melepaskan apron abu-abu dari tubuhnya dan menggantungnya di dekat kulkas. Setelah itu, dia menenteng tasnya. Membawanya ke salah satu meja paling pojok dan menyalakan satu lampu kecil di sudut ruangan. Buku-buku bergambar rumus itu menjadi fokusnya. Beberapa buku fisika dari berbagai penerbit berada di atas mejanya. Ya, dia lemah untuk urusan pelajaran fisika. Tetapi, dia juara umum pada jurusan IPA di sekolahnya. Albi mengerutkan keningnya bingung. Walaupun pintar, tentu saja dia punya kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah fisika, mungkin. Hampir dua jam Albi menghabiskan waktunya untuk belajar. Sekarang sudah pukul satu dini hari dan Albi bergegas untuk pulang ke rumah. Sebelumnya, dia mengunci pintu cafe. Namun, sebuah payung berwarna merah maroon mengalihkan perhatiannya. Albi ingat, ini payung milik cewek yang beberapa hari lalu datang kesini. Cewek yang sama yang telah memberikan review manis untuk cafe-nya. Cewek yang kalau tidak salah bernama Shena. Liliana dan Sofya bahkan sangat heboh ketika mendengar seorang Shena memberikan ulasan untuk Rainbow cafe. Mereka berdua sering menonton Shena di aplikasi Watching. Cewek itu katanya seorang beauty vlogger yang seringkali me-review berbagai produk kecantikan. Mungkin karena pengikutnya yang banyak di akun sosial medianya yang mencapai sembilan ratus ribu pengikut, membuat nama Rainbow cafe menjadi cukup terkenal. Albi kembali membuka pintu cafe untuk menyimpan payung milik cewek itu. Pasti dia lupa karena dijemput oleh seorang bodyguard waktu itu. Albi juga mendengar tentang latar belakang keluarga cewek itu dari kedua temannya. Katanya, orang tua cewek itu adalah seorang pengusaha kaya raya yang mempunyai banyak sekali perusahaan dan bergerak di banyak bidang. "Ngapain malah mikirin cewek itu, sih? Dia biasa aja kok, enggak sespesial yang orang-orang bilang. Semua itu karena dia terkenal aja." Ucapnya dengan nada kesal. Albi beranjak, meninggalkan cafe dengan menggunakan motornya setelah memastikan cafe-nya telah terkunci semua. Tidak lama kemudian, seorang cewek turun dari mobil bersama dengan seorang bodyguard. Cewek itu menatap ke arah tempat penitipan payung basah. Tidak ada satupun payung di sana. "Apa yang Anda cari, Nona?" Tanya bodyguard itu penasaran. "Diam! Gue enggak mau Lo banyak ngomong," tandas cewek itu dengan raut sebal. "Apa mungkin disimpan sama yang punya cafe? Kalau begitu, lebih baik gue balik besok." Sambungnya. Cewek itu masuk ke dalam mobil, meninggalkan Rainbow cafe. Tetapi baru lima menit cewek itu pergi. Albi kembali ke cafe. Cowok itu turun dari motornya dengan terburu-buru. Tetapi, dia sempat berhenti depan pintu ketika mencium aroma parfum yang dikenalnya. "Kaya parfum siapa gitu," ucap Albi dengan kerutan di keningnya. Namun akhirnya dia mengabaikan aroma itu dan masuk ke dalam cafe-nya untuk mengambil bukunya yang tertinggal. Setelah itu, Albi pergi begitu saja dengan motornya. •••••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD