41

1206 Words
TITIK TEMU [41] Bagaimana rasanya pacaran? _________________________________ Mungkin, mendapatkan seorang cewek secantik Shena adalah suatu keinginan banyak cowok di sekolah. Namun Albi, dengan sangat santai—mengakui kepada semua orang di sekolah tentang statusnya sebagai pacar cewek cantik itu. Albi yang mendeklarasikan dirinya di depan semua orang yang melakukan tindakan bully kepada cewek itu, membuat namanya melambung kembali. Bukan sebagai cowok rajin, pintar, dan kebanggan sekolah. Namun cowok yang berhasil untuk memacari cewek yang terkenal di Watching dan sangat cantik. Siapa sangka, bukan? Bahkan mereka sempat terjebak perdebatan di kelas dengan sangat sengit. Namun siangnya, tiba-tiba kabar itu menyebar dengan cepat seantero sekolah. Albi yang tidak banyak bicara tiba-tiba membela pacarnya di depan umum dengan membawa-bawa hukum yang katanya, sudah dipersiapkan untuk menuntut siapapun orang yang menyebarkan tuduhan tanpa bukti tentang video viral yang menyeret nama Shena. Membuat cewek itu menjadi bulan-bulanan semua orang untuk di-bully. Bahkan pandangan orang-orang yang berada di kantin langsung mengarah kepada Albi dan Shena yang duduk bersebelahan dikelilingi oleh para sahabat-sahabatnya yang sepertinya kekenyangan karena memesan makanan tidak karuan, mumpung gratis! Shena bilang akan memberi traktiran sebagai pajak jadian. Hal yang sebenarnya sangat mustahil. Ketika dua orang sangat membenci, namun tiba-tiba mendeklarasikan pacaran, pasti akan menimbulkan tanya. Namun Albi, tetap santai dan menanggapi semuanya dengan biasa saja. Walaupun sebenarnya Albi tidak tahu, apa yang dilakukannya benar atau salah. Albi hanya mengikuti instingnya dan Shena pun tidak menyangkalnya. Bahkan cewek itu merayakannya. Bukankah itu artinya mereka berdua telah sepakat untuk bersama walaupun belum ada kata cinta diantara mereka. "Albi!" Ucap Rilo mengagetkan Albi dengan menepuk bahunya. "Lihatin Shena gitu amat! Mentang-mentang pacaran!" Sambungnya dengan kesal karena sejak tadi diabaikan oleh Albi. "Diam Lo!" Bentak Albi yang telah mengalihkan pandangan matanya dari Shena ke arah lain. Lebih tepat lagi ke arah Rilo yang memasang wajah malas. Shena sendiri melirik Albi yang tampak sibuk dengan pandangannya ke arah lain, seperti tidak menatap ke arahnya sama sekali. Shena sendiri merasa ragu, apakah Albi serius dengan ucapannya? Maksudnya, semuanya bukan permainan, 'kan? Walaupun Shena tidak mencintai Albi, namun dia senang bersama dengan cowok itu, sejujurnya. Albi mempunyai aura yang sama dengan dirinya, gelap. Mungkin mempunyai luka batin yang sama. Jadi ... mereka cocok, bukan? "Boleh minta minum?" Tanya Shena kepada Albi yang baru saja menutup botol minumannya. Albi menoleh dan mendapati wajah Shena yang berada dekat dengannya saat ini, "bekas gue? Enggak pa-pa? Atau mau gue beliin dulu?" "Enggak pa-pa bekas Lo," ucap Shena yang sebenarnya belum pernah sama sekali meminum bekas minuman siapapun, namun tidak apa-apa 'kan kalau itu bekas Albi? Albi menyodorkan botol minumannya ke arah Shena. Cewek itu mengambil botol itu dan membuka tutupnya lalu meminum isinya. "Kalian romantis banget sih," ucap Liliana yang memandangi kedua temannya bergantian. "Andaikan Oppa-oppa gue sadar dengan adanya gue di sini." Sambung Liliana yang memang sudah kecanduan akut pada Oppa-oppa Korea yang bening. Shena tersenyum tipis, "bukannya kemarin Lo bilang mau kencan gitu, 'kan?" "Lo enggak tahu, Shen!" Tandas Sofya sambil menunjuk Liliana. "Dia jalan sama cowok itu cuma iseng doang, bukannya kencan. Liliana itu punya kriteria cowok sukanya ngawur. Enggak masuk akal!" Tandas Sofya dengan menggelengkan kepalanya pelan. Liliana yang dibilang mempunyai kriteria tidak masuk akal, tentu saja langsung tersinggung. "Kriteria cowok yang gue mau itu sangat masuk akal!" Tandas Liliana dengan nada tidak terima. "Paling enggak, kaya Oppa-oppa Korea yang gue tonton di drama. Setidaknya menyegarkan mata gue setiap kali ngelihat dia." Sambung Liliana yang mendeskripsikan cowok idamannya. Tiba-tiba Albi kepikiran tentang sesuatu; kira-kira Shena punya kriteria cowok tidak? Atau seperti apakah kriteria cowok yang Shena suka? Jangan-jangan, tidak ada satupun kriteria yang Shena inginkan ada pada Albi? Sepertinya sih, memang tidak ada. "Gini yang katanya cewek enggak mandang tampang?" Sindir Nandan yang sejak tadi vakum bicara karena sibuk makan. Rilo sebagai cowok yang kaya raya namun masih jomblo mengacungkan ibu jarinya ke udara. Menyetujui apa yang dikatakan Nandan tentang satu hal yang selalu dikatakan; cewek tidak memandang fisik. Namun selama ini, Nandan merasa bahwa kedua teman ceweknya ini selalu menginginkan pacar yang sempurna bak pasangan dalam drama. Apalagi Liliana yang hampir tidak pernah menerima cowok-cowok yang suka kepadanya karena terlalu bucin kepada cowok sempurna yang ada di dalam drama. Sofya mengangguk pelan, "enggak pa-pa mandang tampang! Selama dia mau sama gue, enggak masalah kalau dia ganteng." "Enggak gitu konsepnya, Maemunah. Enggak paham Lo!" Kesal Rilo karena mendengar jawaban Sofya. "Jangan mentang-mentang cowok Lo rada blasteran, jadi songong." Sambung Rilo. Ditengah perdebatan sengit antara tim cowok dan tim cewek, Shena dan Albi malah saling menatap. Mereka tidak ikut memperdebatkan masalah itu. Albi lebih memilih menikmati pemandangan indah berbentuk manusia; Shena-nya. Bolehkah Albi mengatakan begitu? Shena mendekatkan bibirnya ke telinga Albi dan membisikkan sesuatu, "Lo ... enggak akan putusin gue setelah ini, 'kan?" Albi diam-diam tersenyum, "kenapa memang? Lo suka sama gue?" "Gue suka dekat sama Lo ternyata. Gue merasa ada seseorang yang bisa diandalkan. Gue lelah mengandalkan diri sendiri." Jujur Shena setengah berbisik di telinga Albi. Albi meletakkan tangannya di atas kepala Shena, mengelus kepala cewek itu. Membuat banyak orang langsung memfokuskan pandangan mereka ke arah tangan Albi. Cowok itu menatap sekelilingnya dan menurunkan tangannya dari kepala Shena. "Mendingan kita balik ke kelas aja! Capek lihat yang uwu-uwu begini." Sindir Nandan yang mengajak sahabat-sahabatnya untuk kembali ke kelas. Mereka semua mengangguk, kecuali Shena dan Albi yang memilih untuk diam. Keduanya saling memandang dan tersenyum tipis. Kenapa Shena dan Albi yang mirip kucing dan tikus tiba-tiba menjadi pasangan bucin seperti ini? "Kenapa tiba-tiba Albi kaya cowok bucin gini? Biasanya stay cool kaya kanebo kering! Terus pacarannya sama buku, mesra banget. Kenapa sekarang gandengannya Shena? Dunia memang enggak adil!" Ucap Nandan yang mendramatisir keadaan. "Mendingan Lo semua balik ke kelas aja sana." Usir Albi kepada semua temannya, habis manis sepah dibuang. Dengan menghela napas panjang, mereka semua akhirnya pasrah dan berpamitan untuk masuk ke kelas lebih dulu. Meninggalkan pasangan baru yang menghebohkan itu. Toh, mereka paham bahwasanya ada sesuatu yang ingin Albi dan Shena bahas berdua. Setelah semua sahabat mereka kembali ke kelas, Albi kembali menatap Shena dengan serius. "Lo ... tahu 'kan kalau gue benci banget sama Lo?" Tanya Albi to the point. "Terus, kenapa Lo mau terima pernyataan gue sebagai pacar Lo?" Sambung Albi serius. Shena tersenyum tipis, "gue tahu perasaan kita sama-sama kosong, enggak terisi satu sama lain. Gue benci sama Lo, dan Lo benci sama gue. Tapi Bi, Lo pernah mikir enggak sih, kalau sesuatu yang membuat kita bahagia terkadang datangnya dari orang lain? Enggak selamanya, kebahagiaan datang dari diri sendiri. Sesekali, harus ada orang yang selalu bisa menjadi alasan kebahagiaan kita. Gue merasa ... kita senasib! Mungkin kita enggak akan saling terbuka dalam beberapa hal. Tapi bersama, tidak terlalu buruk juga 'kan?" "Gue ngelakuin ini buat nolongin Lo dari semua orang yang mau bully Lo. Enggak ada maksud apapun selain itu. Tapi, gue juga enggak munafik kalau sebenarnya gue juga butuh seseorang yang menjadi alasan untuk membuat gue bahagia. Karena kata orang, punya pacar bisa membahagiakan. Gue mau mencobanya." Jujur Albi dengan polosnya. Shena tersenyum dan menyodorkan jari kelingkingnya, "kalau gitu, janji untuk selalu membahagiakan satu sama lain?" "Kaya anak kecil," tolak Albi yang membuat Shena langsung menarik jari Albi dan menautkannya dengan jarinya. "Kita akan bahagia mulai sekarang." Ucap Shena sambil tertawa. Bahagia 'kah? •••••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD