Keisha Allana

1010 Words
Keisha Allana, siswi kelas 12 yang pandai dan memiliki paras menawan di sekolah tempatnya menemba ilmu. Paras menawan Allana tidak membuatnya berharap sebagai siswi hits seperti anak zaman sekarang. Anak yang suka apabila banyak dikenal oleh orang tidak dikenal hanya karena parasnya menawan. Kepribadiannya sangat simple. Diam membuat hidupnya jauh lebih baik daripada harus berusaha mencari muka agar namanya dapat dikenal oleh teman sebaya, kakak tingkat, maupun para guru. Menurut Allana, kemampuan seseorang lah yang lebih penting. Meskipun Allana tergolong orang yang diam dan tidak memperdulikan sekitar, tapi jangan sekali pun berpikir jika tidak ada orang di sekolahnya yang tidak mengenal Allana. Paras cantiknya membuat seluruh siswa mengenalnya. Bahkan berlomba untuk menjadikannya sebagai kekasih. Bukan Allana jika dengan mudah menerima setiap laki-laki yang menyatakan cinta padanya. Karena, pendirian Allana adalah tidak ingin menghabiskan waktunya dengan orang yang salah.. Tapi, bukan berarti Allana tidak akan memiliki pendamping hidup. Hanya saja ia susah untuk mencintai laki-laki yang benar-benar tidak ia suka. *** “Al, gue suka sama lo. Jadian yuk, gue janji seluruh waktu gue bakalan buat lo.” Ujar seorang lelaki dengan membawa bunga mawar. “Gimana gue bisa percaya sama lo? Waktu buat tepatin kewajiban sholat aja masih suka bolong. Mending janji itu ke Allah, perbaiki diri. Nanti gue bakalan pertimbangin tawaran lo. Jadi untuk sekarang, kita temenan aja ya.” Jawab Allana dengan memberikan senyum manisnya. Lagi... “Al, gue sayang sama lo. Gue ingin banget buat jagain lo. Lo mau kan jadi pacar gue? Gue janji akan selalu ada buat lo.” Ujar seorang lelaki dengan berlutut di hadapan Allana. “Gimana gue bisa percaya sama lo? Di saat Ibu lo sendiri aja minta bantuan, lo gak ada buat bantuin dia. Itu yang katanya selalu ada? Padahal lo anaknya kan? Mending jagain dulu Ibu lo, luangin waktu buat bantu Ibu lo. Setelah itu, gue bakalan pertimbangin tawaran lo. Jadi untuk sekarang, kita temenan aja ya.” Jawab Allana dengan memberikan senyum manisnya, Lagi? “Al, gue nyaman sama lo. Kita juga cocok, lo cantik dan gue ganteng. Tiap kali kita jalan, gue janji bakalan beliin apapun yang lo mau. Lo mau kan jadian sama gue?” Ujar seorang lelaki yang berlutut dengan membawa kalung liontin. “Gimana gue bisa percaya sama lo? Setiap ada infaq aja lo jarang banget bayarnya. Apalagi kas, nunggak banyak. Mending lunasin dulu kasnya, kalau ada infaq juga dibayar. Yang banyak kalo bisa. Setelah itu, gue bakalan pertimbangin tawaran lo. Jadi untuk sekarang, kita temenan aja ya.” Jawab Allana dengan senyum manisnya. *** Seperti itu kira-kira setiap ada teman sekolah atau teman sekelasnya yang menyatakan cinta padanya. Jawaban dan ekspresi Allana selalu sama. Sampai membuat teman lelakinya jengah, karena tidak ada yang bisa mendapatkan hati Allana. “Al foto pakai kamera lo dong. Mumpung cahayanya lagi bagus” Ujar seorang gadis yang berdiri di samping Allana. Allana pun mulai mengarahkan kamera Polaroid Socialmatic 14MP yang selalu ia bawa kearah wajah mereka berdua. Hobi Allana memang aneh, yaitu mengoleksi kamera polaroid yang harganya tidak murah. Hasil jepretan pun keluar. Allana segera melihat hasilnya sebelum Lisa mengambilnya. Allana cukup puas dengan hasilnya. “Bagus Lis hasilnya.” Ujar Allana dengan mengarahkan gambarnya tadi kearah Lisa. “Sini gue mau lihat.” Ujar Lisa yang berusaha merebut kertas polaroid dari tangan Allana. “Lihat aja, tapi gue yang bawa.” Balas Allana dengan tertawa. Lisa mulai kesal dengan sikap Allana. Selalu. Setiap mereka berfoto bersama, hasil yang bagus akan Allana simpan. Dan sebaliknya, hasil yang jelek akan Lisa simpan. “Curang lo.” teriak Lisa dengan kesal. Allana tertawa melihat sahabatnya yang kesal padanya. Allana pun memeluk pundak Lisa dengan akrab. Tanpa memperdulikan tempat. Mereka lupa jika sedang berjalan ditepi lapangan yang sedang digunakan beberapa murid untuk olahraga futsal. Hingga akhirnya sebuah suara mengagetkan mereka berdua. “Awas.” Teriak seorang lelaki dari kejauhan tempat Allana dan Lisa berdiri. Allana yang terkejut akan kedatangan bola, segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Beruntung jika bola tersebut mengenai tangannya, tapi jika mengenai kepala Allana bisa melayang nyawanya. Allana pun menyembunyikan wajahnya dibalik tangan mungilnya sambil menutup mata. Allana terus menunggu akan kedatangan bola tersebut dengan pasrah tanpa ada perlawanan sama sekali. “Hati-hati dong kalau lempar bola.” Allana terkejut saat mendengar suara lelaki asing di dekatnya. Ia pun menurunkan lengan yang menutupi kepalanya untuk bisa melihat siapa sosok lelaki yang sudah menolongnya. Belum sampai Allana mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan terima kasih, lelaki itu sudah berjalan menjauh dari Allana. “Dia siapa?” tanya Allana pada Lisa tanpa mengalihkan pandangannya dari lelaki itu sedikit pun. “Athalla. Kapten tim futsal kelas 12.” Jawab Lisa dengan mengikuti arah pandang Allana. Allana pun mengalihkan pandangannya pada Lisa, saat Lisa bisa menjawab pertanyaannya. “Lo kenal sama dia?” tanya Allana dengan menatap kedua mata Lisa curiga. Lisa menggeleng, “Gue gak kenal sama dia. Tapi, Reza kenal sama dia karena mereka satu kelas.” jawab Lisa sependek pengetahuannya tentang Athalla. Allana melebarkan matanya sesaat setelah mendengarkan penuturan Lisa. “Reza yang lagi deketin lo?” tanya Allana tidak percaya. Lisa mengangguk dan seketika Allana menjadi senang atas pernyataan Lisa. "Bisa dong, dekatin gue sama Athalla lewat Reza.” Ujar Allana penuh pinta. “Gue gak yakin Al. Soalnya, Athalla itu banyak baget yang naksir. Gue juga belum tahu dia udah punya pacar atau belum.” Allana mendengus kesal. Bagaimana bisa sahabatnya tidak percaya diri untuk mendekatkannya dengan Athalla? “Ya udah gue minta tolong sama lo, buat cari informasi tentang Athalla lewat Reza ya. Deal?” Ujar Allana dengan memohon. Bukan Allana yang jika tiba-tiba merasa penasaran akan hadirnya sosok Athalla yang belum dikenalnya dengan baik. Tapi Lisa yang melihat wajah penuh harap Allana pun tidak tega jika menolaknya begitu saja. Akhirnya Lisa pun mengiyakan permohonan Allana. Allana memeluk tubuh Lisa dengan erat. Sorot matanya tidak lepas dari tubuh Athalla yang tampak lihai memainkan bola basket dengan penuh karisma. Tidak heran jika banyak perempuan di sekolah menyukainya. Ini kali pertama untuk Ayana merasakan debaran berbeda didalam lubuk hatinya, setelah sekian banyak laki – laki yang berusaha untuk menggodanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD