Pertama kali

2066 Words
Jam istrirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Allana dan Lisa yang merasa kelaparan pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantin. Seperti biasanya, kantin sangat ramai di padati oleh para siswa dan siswi. Allana dan Lisa yang sudah memesan makanan pun kebingungan mencari tempat, karena tidak ada tempat yang kosong sama sekali. Mereka berjalan kesana-kemari untuk mencari tempat kosong, namun tetap saja. Jika ada, ada temannya yang sudah membooking kan duduk tersebut untuk teman lainnya yang sedang memesan makanan. “Gini nih setiap kali makan di kantin.” Gerutu Allana kesal dengan mata yang masih mencari-cari tempat kosong. Lisa pun tersenyum saat akhirnya melihat orang yang dikenalnya sedang duduk dengan tiga bangku kosong. Lisa menarik tangan Allana untuk pergi menemuinya. “Lisa?” ujar seorang lelaki yang sepertinya sedang menunggu seseorang. Lisa tersenyum menanggapinya. “Za? Boleh gabung gak? Gue dari tadi cari tempat kosong tapi gak ada.” pinta Lisa. Reza Wicaksono. Lelaki yang saat ini mendekati Lisa. Reza berparas tampan dan bertubuh proporsional namun kekar. Membuat perempuan yang di dekatinya mudah di takhlukkan. Namun tidak dengan Lisa. Lisa harus menyeleksi lelaki tersebut sebelum menjadi pacarnya. “Gabung aja.” Ujar Reza menyuruh Lisa dan Allana untuk duduk di tempat kosong yang ada dihadapan Reza. Allana dan Lisa pun duduk. Namun mereka penasaran saat Reza hanya duduk tanpa makanan. “Za, lo gak makan?” tanya Lisa saat menyadari bahwa di hadapan Reza tidak ada makanan sama sekali. “Makan kok, tapi masih nungguin Athalla. Dia yang pesan.” Jawab Reza. Mata Allana terbelalak kaget saat mendengar kata Athalla. Allana menatap Reza sambil bertanya, “Dia bakalan duduk sini?” tanya Allana dengan menunjuk bangku dihadapannya. Reza mengangguk. “Oh iya. Kata Lisa lo mau dekat sama Athalla ya?” tanya Reza pada Allana. Allana terkejut saat mendapati pertanyaan seperti itu dari Reza. “Gue?” tanya Allana dengan menunjuk dirinya sendiri. Reza mengangguk, membenarkan pertanyaan Allana. “Gue kasih tahu ke lo. Athalla itu, paling gak suka sama cewek yang ganjen, sok cantik, caper, dan mudah buat di takhlukin.” Allana diam saat Reza membocorkan tipe cewek yang tidak di suka oleh Athalla. Dan entah kenapa, Allana bahagia mendengarnya. Karena semua tipe itu tidak ada pada dirinya sama sekali. “Sejauh ini sih, cewek yang gak gampang buat di takhlukin ya cuma lo sama Alina.” Ujar Reza. Siapa Alina? Allana pun tidak pernah bertemu atau melihatnya secara langsung. “Siapa Al--” Apa itu Athalla? “Tha, kenalin ini Allana temennya Lisa.” Ujar Reza yang sedang memperkenalkan Allana pada Athalla. Athalla tersenyum dan mulai menjabat tangan Allana sopan. Allana pun membalas jabatan tangan Athalla sembari membalas senyum Athalla. Sungguh, dia sangat tampan. “Athalla Onesimo. Senang bisa menambah teman.” “Keisha Allana. Senang juga bisa temenan sama kam, eh lo.” Athalla tertawa saat melihat ekspresi Allana yang tampak gugup. Lisa yang duduk disampingnya pun menginjak pelan kaki Allana supaya bisa mengontrol ekspresinya. Athalla membulatkan matanya sambil terkejut saat mengingat sesuatu. “Jadi lo Ana? Cewek yang susah buat di takhlukin itu?” tanya Athalla sembari menunjuk Allana. “Ana siapa? Gue Allana bukan Ana.” Ujar Allana dengan sedikit kebingungan. Athalla mengangguk sembari tertawa kecil, “Iya gue tahu. Lo Ana.” “NAMA GUE ALLANA. BUKAN ANA.” Tegas Allana saat Athalla terus menyebutnya Ana. Athalla terus tertawa saat Allana menjelaskan namanya dengan nada kesal. Sebenarnya Athalla tahu, tapi entah kenapa. Athalla lebih suka menyebutnya dengan nama Ana. “Iya nama lo itu Ana.” Sahut Athalla. Allana pun menghela nafas, mencoba untuk menghilangkan kekesalannya pada Athalla. Padahal baru saja ia mengenal Athalla. Sudah dibuat kesal saja. *** “Al, hari ini lo pulang sendiri ya. Gue mau temenin Reza buat ambil jersey futsalnya.” Ujar Lisa dengan merapikan semua barangnya. Jam pulang memang sudah terdengar sejak 2 menit yang lalu. Lisa yang sudah membuat janji dengan Reza pun mau tidak mau harus mencari alasan untuk menyuruh Allana pulang sendiri. “Tega banget sih lo. Lagian dia bisa ngambil sama teman futsalnya kan, si Athalla itu.” Jawab Allana kesal. “Tapi Reza sekalian mau beliin adiknya kado. Jadi dia ngajak gue, dan teman futsalnya juga gak mau kalo diajak mampir.” Jelas Lisa yang masih berusaha mendapatkan izin Allana. Allana juga bingung. Ia tidak mungkin egois dengan Lisa. Lisa juga harus menjalani hidupnya dengan baik. Tapi disisi lain, Allana bingung bagaimana caranya untuk pulang. Kedua orang tuanya masih di sibukkan dengan pekerjaan kantor mereka. “Ya udah deh gue pulang sendiri.” Ujar Allana dengan melanjutkan memasukkan seluruh bukunya kedalam tasnya. Sebenarnya, Lisa juga merasa tidak enak hati pada Allana.Namun ia harus menepati janjinya dengan Reza. “Maaf Al. Gue duluan ya.” Ujar Lisa sembari memeluk Allana sebelum ia pergi. Allana menatap punggung Lisa yang berjalan menjauh darinya. Ia tidak habis fikir bagaimana Lisa tega meninggalkannya sendirian. *** “Lo yakin dia akan anterin Allana pulang?” tanya Lisa pada lelaki dihadapannya ini. Reza mengangguk yakin sembari tersenyum kearah Lisa. “Lo tenang aja. Athalla akan anterin Allana pulang ke rumah dengan selamat.” Jawab Reza sambil menenangkan Lisa yang tampak khawatir. Sebenarnya, Lisa berbohong pada Allana jika ia akan keluar dengan Reza. Saat Reza mengiriminya pesan pada Lisa siang tadi. Reza memberitahu pada Lisa, jika Athalla mulai tertarik pada Allana. Dan Reza pun menyusun rencana untuk mempersatukan Allana dan Athalla untuk semakin dekat. Allana yang susah untuk di dapatkan, dan Athalla yang ingin berjuang untuk mendapatkan. “Tapi gue takut kalau sebaliknya.” Ujar Lisa sembari menampakkan raut wajah gelisahnya. Reza tersenyum sambil merapikan rambut Lisa yang sedikit menutupi matanya. “Kalau sebaliknya, lo boleh balik lagi ke Allana buat temanin dia pulang. Dan rencana makan malam kita nanti, boleh lo batalin.” Lisa tersenyum, mungkin sedikit demi sedikit Reza akan mengambil hatinya. *** Allana berjalan menuju gerbang sekolah. Tapi langkahnya sungguh pelan. Ia bingung, akan pulang naik kendaraan online atau menunggu mamanya menjemput nanti pukul 8 malam. Tapi ia tidak mungkin jika menunggu mamanya, karena terlalu larut malam. “Ana.” Saat berjalan ingin menuju parkiran, Athalla tidak sengaja melihat Allana yang tampak gelisah dan berjalan sendirian. Athalla pun berulang kali mencoba memanggilnya, tapi nihil. Allana tidak kunjung menoleh kearahnya. “Woi Ana.” Teriak Athalla sekali lagi. Setelah dirasa Allana tidak akan menoleh. Akhirnya Athalla berlari menghampiri Allana. Athalla memeluk pundak Allana bermaksud untuk lebih akrab. “Lo budeg? Dari tadi gue panggil juga.” Ujar Athalla sembari melihat wajah Allana. “Lo apaan sih?” ujar Allana dengan kesal sambil menurunkan tangan Athalla dari pundaknya. Athalla merasa bingung saat sikap Allana benar-benar terlihat kesal. Siapa yang sudah membuatnya seperti ini? “Lo kenapa Na?” tanya Athalla yang mencoba untuk memahami Allana. Allana tidak menjawab dan malah memilih untuk berjalan mendahului Athalla. Allana tidak perduli sama sekali kalau orang yang sedang bertanya padanya adalah orang yang ingin di dekatinya. Tapi moodnya sudah berubah menjadi buruk. Athalla pun dengan segera mengejar Allana yang tidak memperdulikannya. Bagaimana bisa cowok setampan Athalla di hiraukan begitu saja oleh cewek seperti Allana, pikir Athalla. “Na, lo kenapa?” tanya Athalla dengan memegang kedua pundak Allana supaya Allana mau menatapnya. Allana menghela nafas, lalu menatap kedua manik mata Athalla. Sejak menatap mata Athalla, entah kenapa Allana menjadi diam. Mata itu sangat sejuk hingga membuat moodnya perlahan membaik. “Udah baikan moodnya? Sekarang bilang ke gue, kenapa lo se-kesal ini.” Ucap Athalla dengan sabar karena mood Allana mulai membaik. Allana terus menatap kedua mata milik Athalla. “Gue takut pulang sendirian.” Jawab Allana. Athalla menahan tawanya saat mendengar alasan Allana yang menurutnya tidak masuk akal. “Itu doang?” tanya Athalla. Allana mengangguk. Dan ia tahu bahwa dalam diri Athalla sedang mentertawakannya. Tapi itu memang kenyataannya. “Yaudah, gue anterin pulang gimana? Mau?” ujar Athalla menawarkan diri untuk mengantar Allana pulang, karena sebenarnya Athalla pun tidak tega melihat wajah kesal Allana. Allana menggeleng menolak tawaran Athalla. “Gimana gue bisa percaya sama lo--” “Gue gak lagi nyatain cinta ke lo. Dan kalau lo mau nolak tawaran gue, pakai kata-kata lain supaya ada bedanya. Gue juga gak akan maksa kok.” Ujar Athalla dengan wajah datar. Allana mengedipkan matanya berulang kali, ia tidak percaya pada Athalla yang cepat sekali berubah sikap. Dan tadi, bagaimana dia bisa tahu kalau kata-kata itu di pakai Allana untuk menolak setiap orang yang menyatakan cinta padanya. “Gimana?” tanya Athalla pada Allana. Allana pun nampak berpikir. Memilih untuk mengiyakan ajakan Athalla atau menolaknya. Allana pun menghela nafas, “Yaudah gue pulang bareng lo.” putus Allana dengan menatap kedua manik mata Athalla. Athalla tersenyum menang saat Allana menerima ajakannya. Satu langkah menuju semakin dekat dengan Allana. *** Setelah Athalla mengambil motornya Honda New CBR 150R berwarna putih. Allana pun mulai menaiki motor tersebut saat Athalla memberikan helm padanya. Dipikiran Allana sempat kagum saat melihat Athalla menaiki motor tersebut. Motor yang sangat cocok digunakannya. “Pegangan.” Ujar Athalla saat dirasa Allana sudah duduk dengan nyaman. Allana pun dibuat bingung. Tidak mungkin ia pegangan pada pinggang Athalla, mau ditaruh dimana nanti mukanya. Akhirnya Allana pun berpegangan pada tas yang menggantung pada pundak Athalla. “Udah.” Jawab Allana. Athalla yang tidak merasakan tangan menyentuh tubunya pun kebingungan dimana dan berpikir, dimana Allana berpegangan. Athalla pun mempunyai ide untuk mengerjai Allana. “Yakin nih udah? Intinya, gue udah ingatin lo.” Balas Athalla sebelum ia menyalakan mesin motornya. Athalla pun mulai menaikkan kecepatan gasnya perlahan, hingga akhirnya ia benar-benar menaikkan gasnya secara drastis membuat Allana ketakutan sembari memeluk Athalla kuat. “HAHAHAA....” tawa Athalla pun terdengar sangat puas saat gasnya sudah ia turunkan. Allana yang masih terkejut pun sibuk mengatur nafasnya. Allana pun memukul pundak Athalla dengan keras karena kesal. “GILA! NGESELIN BANGET SIH!” teriak Allana dengan kesal. Athalla tahu jika nantinya Allana pasti kesal. Tapi itu sangat menyenangkan bagi Athalla. Dan itu menambah hobi Athalla. “Kan tadi udah gue ingetin.” Jawab Athalla dengan rasa tidak bersalahnya. “YA TAPI LO GAK NORMAL BAWA MOTORNYA.” Ujar Allana yang masih dengan teriakannya. Athalla tertawa saat mendengarkan Allana yang masih berteriak. Tanpa Allana berteriak pun Athalla sudah mendengarnya dengan sangat jelas. “Iya deh, sorry.” Ujar Athalla dengan tulus. Allana di belakang hanya mengumpat tidak jelas karena terlalu kesal dengan sikap Athalla. Hening, tidak ada yang berucap setelah Athalla meminta maaf atas perbuatannya. Rasanya canggung melanda keduanya. Pasalnya mereka belum terlalu mengenal satu sama lain. “Kenapa lo takut pulang sendiri?” tanya Athalla yang mencoba untuk memulai pembicaraannya kembali. “Lo ngomong sama gue?” tanya Allana. Ingin rasanya Athalla melayangkan bola basket ke kepala Allana. “Kalau bukan sama lo, terus sama siapa lagi? Angin? Atau pohon?” ucap Athalla kesal karena Allana malah berbalik bertanya. “Siapa tahu, lo kan aneh orangnya.” Jawab Allana yang fokusnya pada pepohonan yang mereka lewati. Athalla menghela nafas, mencoba untuk meredam kekesalannya. Apa Allana ingin balas dendam padanya, dengan cara membuat Athalla kesal. Karena sedari tadi Athalla sudah membuat Allana kesal. Mendadak Allana menepuk pundak Athalla. Dan Athalla merasa menang karena pikirnya Allana ingin meminta maaf. Athalla sudah mengeluarkan senyumnya untuk menyambut perminta maafan Allana karena sudah membuatnya kesal. “Stop.” Ucap Allana dengan menepuk pundak Athalla berkali-kali. Athalla bingung saat Allana menyuruhnya untuk berhenti. Apa minta maaf saja harus berhenti seperti ini? Terlalu berlebihan sekali. Allana pun turun dan melepas helmnya. Raut wajah Allana kebingungan saat melihat Athalla yang terus melempar senyum padanya. Allana pun memberikan helm pada Athalla. “Thanks ya udah anterin gue pulang.” Ujar Allana dengan membalas senyum Athalla. Tunggu, apa tadi? Allana tidak meminta maaf padanya? Melainkan berterima kasih karena sudah mengantarkannya pulang. Senyum Athalla pun langsung menghilang dalam sekejap. Allana yang melihatpun kembali dibuat bingung. “Aneh banget sih.” Lirih Allana dengan berjalan untuk memasuki rumahnya. “Ana.” Panggil Athalla. Selalu, setiap kali Athalla memanggil Allana tidak akan menoleh. “NA.” Panggil Athalla sekali lagi. Mustahil jika si budeg Allana akan menoleh padanya jika ia memanggil namanya dengan lembut. “ALLANA KEISHA.” Teriak Athalla yang masih berusaha. Senyum puas Athalla terpancar saat Allana menghentikan langkah kakinya. “KEBALIK BEGO.” Balas Allana dengan berteriak lalu melenggang pergi tanpa memperdulikan Athalla. Athalla melihat punggung Allana yang lama-lama menghilang dibalik tembok. Ia memukul mulutnya dengan pelan, namun berkali-kali. “Udah teriak, salah lagi. Bikin malu aja.” Ucap Athalla dengan melanjutkan perjalanan pulangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD