17. Kedua Mata Indahnya.

1149 Words

Karena gara gara insiden di mana Jani menguping itu. Ada perubahan di sikap Jani. Dia jadi lebih sering menghindari tatapan Himsa. Ia sungguh merasa tidak punya muka saat berhadapan dengan bos nya itu. Jani merasa malu atas tingkah lancangnya itu. Padahal Himsa begitu baik padanya. Tidak seharusnya Jani bersikap seperti itu. "Aku memang bodoh!" lirih Jani pada dirinya sendiri. Saat ini ia sedang berada di ruangannya. Tedy yang sedang bekerja, dan mejanya memang tidak jauh dari Jani menautkan kedua alis. "Kamu ngomong sama siapa, Jani?" tanya nya. Jani mengerjap dan menggaruk pundaknya. "Memangnya kamu denger sesuatu ya?" Bodohnya Jani, tentu saja Tedy pasti mendengarkan itu. Mengingat jarak mereka memang dekat. Tedy menatap perempuan itu beberapa saat. "Aku denger, bodoh. Kamu memang

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD