Chapter 7

1184 Words
Seandainya kesempatan itu masih ada, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini. Terkadang memiliki perasaan kepada dua orang wanita sangatlah sulit, harus memilih salah satu di antara dua orang yang terbaik adalah pilihan. "Joana, ini aku ... Jonathan, apa kau ada dirumah? Aku yakin kau ada di rumah," ucap Jonathan sembaring mengetuk pintu rumah Joana. Jonathan memanggil-manggil Joana dengan harapannya bisa bertemu Joana sekali lagi di terakhir pertemuannya. "Joana, maafkan aku jika aku memiliki salah kepadamu, aku membohongimu. Ini salahku sudah membohongimu, aku menyayangimu justru aku mencintaimu makanya aku merahasiakannya darimu. Joana, bukalah pintunya, bertemu denganku sekali lagi ...," ucapan demi ucapan terlontar dari bibir Jonathan dengan penuh harap. Pikirannya bekerja hanya ingin bertemu kekasihnya saat ini. Ini adalah kesalahannya sudah membohongi wanita yang selama ini setia kepadanya, selama ini Joana selalu menuruti Jonathan apapun yang Jonathan suruh maka Joana akan selalu menurutinya, selalu menginginkan jadi yang terbaik untuk kekasihnya. Tapi dalam satu hari semuanya hancur berkeping-keping, kepercayaannya kandas hanya karena kebohongan yang Jonathan lakukan. Berkali-kali Jonathan memanggil Joana dari luar rumah, berharap kesempatan itu masih ada. Hanya ingin menjelaskan kepada Joana atas apa yang ia sudah lakukan kepada Joana. "Salahku, semuanya salahku. Salahku yang sudah membohongimu, kau terlalu baik untuk ku sakiti. Sayangnya kau sudah terlanjur menerima dengan kenyataan saat ini. Aku memang mengakui sudah bersama wanita lain, maafkan aku Joana. Tolong temui aku untuk yang terakhir kalinya, aku janji tidak akan mengganggumu lagi. Aku berjanji tidak akan hadir lagi di hadapanmu jika itu yang kau mau," suara serak dan berat dari Jonathan pun terdengar. Tak ada apapun jawaban dari Joana. Panggilan ponsel hingga pesan singkat tetap saja tidak ada balasan, pandangan Jonathan pun melihat ke arah rumah Joana sekali lagi, di tatapnya kamar Joana yang masih terang dengan lampu ruangan yang menyala. Tetap saja ketukan pintu dari Jonathan tidak ada sahutan. "Joana, jagalah dirimu. Aku berharap kau bisa menjaga diri, bekerja dengan baik mulai sekarang. Aku selalu mencintaimu Joana," ucap Jonathan dengan suara beratnya. Kedua kakinya melangkah untuk kembali ke motor besarnya. Menyalakan suara mesin dan kembali ke rumah Jonathan. Dari balik pintu rumah, ada Joana yang menangis dengan mendengarkan suara Jonathan sedari ia datang. Hingga makanan yang ia masak pun belum tersentuh. "Kenapa kau membohongiku? Apa kau tidak memiliki hati hingga kau tega membohongiku? Jika kau menikahi wanita lain maka katakan saja, aku pun bisa mengalah dan berusaha hidup sendiri tanpamu, kenapa kau membuatku sulit, padahal aku sudah jujur kepadamu. Selalu ingin membuatmu bahagia, tapi tetap saja apa yang kulakukan selalu salah di matamu," ucap Joana ketika air matanya terjatuh mendengar suara motor Jonathan yang semakin menjauh dari rumahnya. Tak lama Madam Kennelyn pun pulang ke rumah. Ketukan pintu terdengar ketika Madam Kennelyn pulang. Joana pun membukakan pintu untuk ibunya, tangisan Joana kembali terlihat di hadapan ibunya. "Kau kenapa sayang? Kenapa kau menangis? Kemari, ibu ingin mendengarkanmu. Kau kenapa? Ada masalah?" "Tidak apa-apa, ibu apa aku boleh jujur padamu?" "Ibu akan selalu mendengarkanmu, ceritakan kepada ibu." "Kupikir selama ini hubunganku bersama Jonathan baik-baik saja, mengalami putus nyambung sudah biasa. Nyatanya memang ada masalah. Selama ini Jonathan membohongiku, menikah dibelakangku bersama wanita lain." "Joana sayang, sudahlah. Jika memang Jonathan bersama wanita lain, lagipula ibu sudah memikirkan dengan matang saat ini demi kebaikanmu. Bagaimana jika kita pindah, ibu sudah menghubungi keluarga ibu di Indonesia. Kau akan tinggal di Indonesia, selama disini ibu akan bekerja. Kau akan tinggal dengan keluarga ibu di Indonesia." "Bersama keluarga ibu di Indonesia?" Anggukan dari Madam Kennelyn pun terlihat, ini adalah janjinya untuk Joana. Janji Kennelyn kepada putrinya yang saat ini sudah kembali ceria. Ia pikir jika bersama Jonathan hidupnya selalu bahagia, tapi lagi-lagi putrinya mendapatkan kekecewaan dari seorang pria. Lamunan Madam Kennelyn pun kembali seperti sedia kala, menatap putrinya saat ini. "Kau akan tinggal di Indonesia sayang, ibu sudah membicarakan kepada keluarga ibu. Kau juga bisa berbahasa Indonesia. Bersama Keluarga ibu, ada paman dan bibimu di Indonesia, lagipula kau bisa melamar pekerjaan disana." "Tapi ibu akan tinggal sendiri di sini, apa ibu tidak apa-apa?" "Tidak apa-apa sayang, ibu bisa berkumpul bersama keluarga kita di NYC. Ini demi kebaikanmu, kau akan tinggal di Indonesia." Madam Kennelyn berjalan menghampiri meja makan, ada nasi goreng buatan Joana yang belum tersentuh, "Apa kau memasaknya? Kenapa belum dimakan? Bukankah ini sudah dingin." "Tadinya aku ingin memakannya tapi nafsu makanku berkurang, tadi ada Jonathan ke rumah tapi aku tidak bertemu dengannya." "Ke rumah? Untuk apa ke rumah? Sudahlah, lebih baik ibu mengirimkanmu ke Indonesia bersama Bibi Freya." "Apa aku akan baik-baik saja di Indonesia?" "Tidak apa-apa, ada paman dan bibimu di Indonesia, kemarilah ibu akan menyuapimu makan, setelah ini kau harus minum obatmu. Kau sudah sembuh sayang, jangan membuat ibu khawatir lagi. Sekarang Jonathan sudah pergi. Jangan menangisi Jonathan, kau paham sayang," ucap Madam Kennelyn yang menahan tangisnya saat ini. Melihat putrinya harus merasakan kekecewaan kembali dari seorang pria. Masih ada dua minggu waktu Kennelyn untuk mempersiapkan Joana ke Indonesia. Mendapatkan hari-hari baru dan kehidupan baru untuk putrinya, "Mulai sekarang kau jangan bersedih lagi, Masa lalu kau simpan saja, kau ingat kata dokter dan juga Farid, mereka baik dan perkataannya benar. Kau harus fokus dengan kebahagiaanmu sendiri dahulu." "Iya ibu, maafkan aku. Apakah paman dan bibi menanyakanku? Aku ingat paman dan bibi datang ke NYC dua tahun yang lalu, sekarang aku yang akan ke Indonesia." "Iya, Bibi Freya datang dua tahun yang lalu karena memang ia rindu kepada kita, kemarin Bibi Freya menghubungi ibu, ia menanyakanmu lalu ibu menceritakannya kepada Bibi Freya. Lagipula Bibi Freya tidak memiliki anak perempuan, jadi kau ke Indonesia atas permintaan Bibi Freya." "Baiklah aku akan menuruti ibu, apakah ibu akan ke Indonesia juga menjengukku jika ibu rindu padaku?" "Tentu saja ibu akan rindu padamu. Jika memang ibu ada uang lebih pasti akan menjengukmu ke Indonesia, jadi kau jangan khawatir." "Baiklah, lagipula aku sudah selesai makan malam, ibu pun harus makan. Aku tidak ingin ibu sakit, ibu sangat baik kepadaku. Aku tahu ibu menyuruhku ke Indonesia karena ibu ingin aku bahagia, aku akan bahagia mulai sekarang ibu," ucap Joana dengan tersenyum menatap wajah ibunya yang saat ini memperhatikannya. Kennelyn pun mengusap air matanya disana. "Kau akan baik-baik saja bersama Bibi Freya sayang," jawab Kennelyn saat ini. Joana pun menemani ibunya makan malam di ruang keluarga, melihat ibunya sudah selesai makan malam Joana pun kembali ke ruangan kamarnya, mengambil pakaian tidur dan membersihkan diri di kamar mandi. Kennelyn hanya tersenyum dari kejauhan, ini adalah keputusan terberatnya untuk membawa Joana pergi, yang ia inginkan adalah melihat putrinya bahagia. Pukul 08.00 pagi Setelah semalaman berbicara bersama ibunya di ruang keluarga, Joana pun bangun pagi dengan mempersiapkan diri untuk menjaga toko bunga milik ibunya. "Kau mau kemana sayang?" Tanya Kennelyn ketika dirinya mendekati putrinya memasuki ruangan kamar Joana. "Aku akan menjaga toko bunga bersama ibu, lebih baik aku menjaga toko bunga menemani ibu," jawab Joana dengan memakai lipstick berwarna nude di hadapan cermin. "Apa kau benar-benar ingin menjaga toko bunga bersama ibu? Lagipula dua minggu lagi kau akan ke Indonesia." "Dua minggu? Kenapa cepat sekali." "Iya, Bibi Freya ingin kau cepat datang ke Indonesia. Kau tahu sendiri Bibi Freya tidak memiliki anak perempuan, kedua anaknya sudah bekerja semua," jawab Madam Kennelyn di hadapan Joana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD