Landak Vs Ikan Buntal

1174 Words
“Si Landak itu benar-benar deh,” keluh Jessica mengambil duduk di sofa. “Masih kesal karena kejadian kemarin?” Tanya Rara. “Hmm. Dia sampai harus komplen ke sutradara. Gue aja gak masalah harus beradu acting sama dia,” seru Jessica. “Tapi gue penasaran, sebenarnya kenapa sih kalian bisa musuhan gitu. Bukankah kalian dulunya berpacaran?” seru Rara dan berhasil membuat Jessica mencibir. “Itu hanya cinta monyet,” jawab Jessica. “Iya tapi efeknya sampai sekarang lho. Kalian terus saja bertengkar setiap kali bertemu,” ucap Rara dan Jessica hanya diam saja. Jessica mengingat kenangan masalalunya saat ia masih duduk di bangku SMA bersama dengan Jovan dan mereka terikat sebuah cinta dan hubungan dimana awalnya sangat romantic dan membuat mereka bahagia, tetapi akhirnya membuat mereka menjadi musuh bebuyutan. “Dia masih kekanakan,” gumam Jessica. “Gue akan pergi ke studi untuk rekaman lagu cover lagi.” “Andy belum datang, kau bersiaplah dulu di sana,” seru Rara. “Oke.” Jessica masuk ke dalam studi dan mengambil sebuah gitar. Ia termenung sesaat duduk di kursi dengan memangku gitarnya. Awalnya Jessica memainkan gitar untuk menyamakan suaranya supaya tak ada yang fals. Seketika Jessica mengingat nada sebuah lagu lama yang mengandung makna dalam hubungannya dengan Jovan di masalalu. “Jantung pun bergetar saat engkau ada di dekatku. Mungkinkah diriku telah jatuh cinta pada dirimu. Sebisa diriku mencoba untuk melupakanmu, namun ku tak bisa engkau selalu ada dalam hatiku.” Jessica terdiam kala ia menyadari apa yang sudah dia nyanyikan. “Ck, kenapa harus nyanyiin lagu ini sih,” gerutunya. “Emang kenapa? Lu bawainnya bagus kok, gak apa-apa kali cover lagu lama buat nostalgia,” seru seseorang membuat Jessica menoleh ke sumber suara. “Lagu lain aja, Bang,” jawab Jessica pada pria memakai topi itu. “Lagu apa? Serius nih kita live nya mau cover lagu lama apa yang baru?” Tanya pria itu yang kini duduk di kursi dimana tersedia keyboard. “Terserah bang Andy aja. Tapi jangan bawain lagu itu,” seru Jessica. “Kenapa? Ada kenangan yah,” goda Andy. “Gak juga sih,” kekehnya. “Woy cameramen, udah siap belum?” panggil bang Andy. “Oke bang siap-siap.” “Yuk ah mulai, lagu apa nih?” Tanya Andy. “Gimana kalau lagu jadul, tapi pengen yang ini bang terendap laraku, punya nya Naff.” “Oh iya gue tau. Mau versi akustik?” Tanya Andy. “Boleh Bang. Gue lagi pengen nyanyi yang galau-galau,” seru Jessica. “Okelah kalau begitu kita mulai. Gue juga ambil gitar,” seru Andy beranjak dari duduknya dan mengambil gitar akustik lainnya. Andi mengambil duduk di kursi yang ada di samping Jessica. “Gitar lu udah pas?” Tanya Andy. “Udah Bang.” “Kita latihan dulu, buat nyamain suara.” Jessica mulai memetik gitarnya. “Oke. Kita mulai yah.” “Resah jiwaku menanti, mengingat semua yang terlewati. Saat kau masih ada disisi, mendekapku dalam hangatnya cintamu.” Jessica terlihat menundukkan pandangannya dan ekspresinya menunjukkan sebuah rasa yang terpendam dan begitu dalam. “Lambat sang waktu berganti, Endapkan laraku disini, coba tuk lupakan bayangan dirimu. Yang selalu saja memaksa tuk merindumu.” Jessica melihat ke arah kamera dan terlihat air mata di pelupuk matanya. Setelahnya Jessica kembali menundukkan pandangannya. “Sekian lama, aku mencoba menepikan diriku. Di redupnya hatiku. Letih menahan perih yang ku rasakan, walau aku tau ku masih mendambamu.” “Yeee.” Semuanya tepuk tangan saat satu kali take sudah berhasil. Jessica langsung mengubah ekspresinya kembali ceria. *** Jovan berada di dalam mobil dan ia tengah menonton video cover lagu yang baru saja di up oleh pihak management Jessica. Jovan dapat melihat ekspresi Jessica, ia sedikit ragu kalau semua itu acting dan terlarut ke dalam lagu. Tapi lagu yang di bawakannya benar-benar sesuai dengan apa yang mereka alami. “Ah si Kerdil ini benar-benar,” gumamnya mematikan handphone nya. Ia merebahkan punggungnya ke jok belakangnya. Jovan jadi teringat kenangan beberapa tahun lalu mengenai sosok Jesicca. “Van, aku berhasil daftar buat lomba nyanyi antar sekolah,” seru Jessica sangat bahagia. “Serius? Syukurlah,” seru Jovan. “Kenapa ekspresi kamu begitu. Kamu lagi ada masalah?” Tanya Jessica. “Enggak sih. Aku hanya kalah saja saat pertandingan futsal dengan sekolah sebelah,” keluh Jovan. “Kamu pasti kecewa, karena selama ini kamu udah latihan keras,” ucap Jessica. “Mau gimana lagi,” jawab Jovan. “Kalau gitu kita ke kedainya mbak Sofie yuk sepulang sekola. Kita nongkrong dan jajan di sana,” seru Jessica. “Boleh. Ajakin si Yosep, Rere, Aqila sama Tama.” “Boleh.” Jovan pun akhirnya tersenyum lebar. --- “Heh Ca, lu nyanyi gih mumpung panggungnya kosong,” seru Aqila. “Boleh. Van, kamu mau bantu aku gitarin?” ajak Jessica. “Ayo.” Jovan memetik gitar dan Jessica yang bernyanyi di sana. Semua tamu yang notabene nya para remaja dan anak sekolah ikut bernyanyi bersama dan suasana menjadi riuh dan begitu ramai. Jovan menghela nafasnya dan melemparkan handphone nya ke jok penumpang. “Gak ada waktu mikirin si Kerdil itu,” gerutu Jovan dan menjalankan mobilnya meninggalkan area itu. *** Hari ini adalah hari pertama syuting. Jessica dan Jovan beradu acting dengan professional walau sesekali harus ada adegan yang di ulang. “Akhirnya selesai juga hari ini,” keluh Jessica mengambil duduk di kursi seraya meneguk minumannya. “Aktingmu lumayan juga gak kaku pas berkenalan sama si Jovan,” goda Rara. “Aku kan lagi kerja, ya harus total dong,” ucap Jessica meneguk minumannya. “Heh Kerdil!” Hampir saja Jessica menyemburkan minumannya saat mendengar panggilan itu. Jessica berdiri dari duduknya. “Gue punya nama!” seru Jessica menunjukkan ekspresi kesal seraya berkacak pinggang di hadapan Jovan. “Lu lebih baik ganti nama jadi Kerdil aja, atau ikan buntal. Lu kalau marah mirip banget kayak ikan buntal,” kekeh Jovan. “Ah!” Jovan memekik saat Jessica menendang tulang keringnya. “Sakit Kerdil!” “Heh Landak! Buaya buntung, jangan mulai bikin gara-gara yah!” seru Jessica dengan kesal. “Heh siapa yang buaya? Lu yang dulu selingkuhin gue. Dasar ikan buntal!” “Gue gak selingkuhin lu! Lu yang selingkuhin gue! Dasar bocah, kekanak-kanakan!” amuk Jessica. “Ikan Buntal!” Jovan memukul pelan lengan Jessica. “Berani lu yah mukul gue. Dasar banci!” Mereka berantem dengan semua kru menonton adegan itu. Para manager mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Tadi pelukan, selesai syuting malah adu jotos,” sahut salah satu kru menggelengkan kepalanya. “Hentikan!” suaran Sutradara berhasil menghentikan mereka berdua. Mereka pun saling melepaskan dan menjauh dengan rambut berantakan. “Masih saja kekanakan!” cibir Jessica beranjak pergi. “Denger yah kerdil! Kedepannya jangan peluk gue seintim tadi saat syuting. Lu harus tau batasan, dan jangan kegatelan! Gue gak minat sama lu!” Plak “Ah!” Jovan memekik saat sebuah botol plastic mendarat di kepalanya yang di lemparkan oleh Jessica. Jovan melihat ke arah Jessica yang menunjukkan jari tengahnya ke arah Jovan membuat Jovan kesal. “Sialan!” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD