3. Gue gak suka dia

1969 Words
Selesai dengan segala kemelut yang terjadi di kelas, akhirnya kami keluar kelas sekarang. Aku membuka tasku untuk memasukkan segala perlengkapan sekolahku. Noel selalu mengatakan kepadaku bahwa banyak orang yang akan mengambil barang kita nantinya saat kita tak berada di kelas. Dan itu membuatku harus hati hati karena kadang pulpen yang ku letakkan di laci meja hilang tanpa bekas. Pulpen tuh mahal. Apalagi yang pulpen cair. “Gue boleh ikut sama kalian juga gak?” tanya Joe saat kami sudah berada di depan kelas ingin beranjak ke kantin. Aku berbalik dan menatapnya sambil tersenyum, “Oh bo-“ “Lo bisa cari teman lain. Kita gak terima orang baru” Ucapan Noel mampu membuatku jadi ternganga. Aku memukul kepala pemuda itu lalu tersenyum pada Joe, “Gak, maksudnya gini-“ “Gue gak suka ada orang baru. Lo kan tau Key gue gak bakalan nyaman” Ya ampun, ini bocah udah dikasih tau gak suka sama orangnya kenapa harus bilang dengan frontal sih? Apa gak bisa lambe dia itu hanya diam dan jangan dengan tegas menolak kehadiran Joe. Gini kan suasana jadi tidak enak. Noel memang paling jago membuat suasana menjadi runyam hanya dengan beberapa perkataan yang ia lontarkan. Itu membuat semua orang akan canggung atas apa yang ia ucapkan. Aku berdehem pelan lalu mengangguk perlahan sembari menarik tangan Noel keluar kelas. Kalau tidak dibuat begini pasti dia akan mengatakan hal lain yang mungkin bisa saja lebih parah dari ini. Noel itu sebenarnya baik. Tapi awal jumpa memang akan jutek dan sinis. Kalau sudah kenal, ya gak bakalan juga sih liat Noel jadi b****k. Dia bobroknya saat bersamaku saja. Bobroknya dia bersifat privasi. Sesampainya di kantin, kami duduk dengan Noel disampingku dan Joe di depanku bersamaan dengan Jessie dan Eggy. Kami memesan makanan yang di inginkan masing masing. Sembari menunggu kami berbincang sebentar dengan Joe. Ternyata pemuda itu sangat ramah dan mau bercanda. Aku heran dengan alasan Noel yang tak mau berteman dengannya. Padahal kalau dilihat lihat Joe ini termasuk teman yang sangat mudah bergaul. Makanan yang datang membuyarkan pikiranku. Dengan semangat aku mengambil bagianku. Noel memberikan sendok dan garpu yang sudah di bersihkan olehnya dengan tisu. Pemuda itu memberikan cairan disenfektan pada tanganku lalu pada tangannya. Perlakuan yang sering kami lakukan saat makan bersama. Aku suka sekali makan di pinggir jalan dengan gaya kuliner yang murah namun enak. Maka dari itu Noel selalu membawa tisu dan cairan disenfektan agar kuman tak terus menghampiri kami. Kebiasaan itu yang mampu mengubah Noel jadi pria yang sangat bersih dan anti kotor. Ia akan membawa banyak tisu di tasnya. “Ini makanan yang paling gue suka, Joe” ucapku memecah keheningan “Oh ya? Gue gak heran sih kalau lo suka ini” balas Joe dan mampu membuatku tertawa juga. Kulihat wajah Noel yang sudah tidak enak di pandang. Bahkan ia mengaduk ngaduk makannannya sampai seperti sudah tak berbentuk lagi. Melihat itu aku tau dia pasti sedang cemburu. Noel memang selalu cemburu jika aku dekat dengan orang lain. Katanya kalau dekat dengan orang lain aku tidak akan menganggapnya. Padahal tidak begitu kok aslinya. Dianya saja yang berlebihan. Kami kan hanya sahabatan. Tapi tingkahnya sudah seperti kami pacaran saja. Apa jangan jangan dia menyukai diriku ya? Argh! Demi kerang ajaib, jangan berpikir seperti itu! “Ihh makanannya jangan di gituin dong. Lo selalu bilang sama gue kalau banyak diluaran sana yang gak makan. Tapi lo kayak gini. Maksudnya gimana?” aku merebut sendok dari tangannya. “Napa sih lo Kei, sibuk banget” "Lah! Gue kayak gitu ngikutin apa yang lo omongin. Sesuai lah kalau bicara sama berbuat cuy" “Biarin aja lah napa sih. Urusin aja mie lo yang mau medok tuh. Mie aja terosss” Aku mengambil sendoknya dan menyuapi nya supaya dia mau makan. Dia mempunyai kebiasaan buruk. Tak mau makanan kantin dan mengatakan itu makanan yang tidak higienis. Aku paham, Noel bukan tak terbiasa karena dia adalah orang kaya. Pemuda itu punya kecemasan berlebihan pada kebersihan. Mysophobia. Kadang ia menangis saat ia di cap tak menghargai makanan. Namun, dia memang benar tak bisa memakannya dan itu hanya membuat dia makin frustasi. Tapi aku rajin melatihnya agar ia mau makan seperti yang aku makan juga. Begitulah Noel, dengan segala keanehan yang entah kenapa bisa membawa kami ke pertemanan yang sangat rumit ini. “Aaa.. makan cepetan” kataku memeragakan ibu yang akan menyuapi anaknya. Sudah biasa sih seperti ini. Jadi jangan heran. Kadang aku bingung dengan persahabatan kami. Tapi yasudahlah toh kami hanya beranggapan kalau kami itu adalah saudara. “Nggak mau ah,” Noel memalingkan wajahnya ke samping. Dasar manja lo kambing! “Buruan b**o!" “Nggak dibilangin” “Lo minta dihajar?"  kataku masih dengan arah tangan menyuapi Noel. Seketika Noel yang mendengar itu langsung melahap makanan yang aku beri. Padahal ancamannya itu adalah hal yang paling sulit ku lakukan. Ya walaupun sebenarnya sering sih aku menghajar bocah ini. Sifatnya yang kadang berlebihan dalam melindungiku membuat semua orang menatap kamu aneh. Tapi Noel tetap mau seperti itu. “Hemm gitu dong anak pintar,” aku mengelus rambutnya Noel sambil tersenyum manis ke arahnya. Yang di elus kepalanya hanya diam dan melempar tatapan sinis yang hanya ku tanggapi dengan senyuman saja saat melihatnya. Lucu sekali wajah cemberutnya itu. “Wadaww meleleh abang dek,” ejek Eggy yang langsung di pukuli oleh Jessy. “Aduhh sakit kali Jes” “Biarin biar tau rasa lo” “Kalian pacaran ya?,” tanya Joe yang sedari tadi melihat kami yang seperti orang pacaran. Wajar sih, kami sahabatan tapi kelakuannya kayak orang pacaran. Padahal aku sudah mengatakan pada semua orang bahwa aku dan Noel tak ada hubungan apapun. Tapi kenapa salah paham terus sih? Perasan berlebihan lainnya palingan hanya perasaan sesaat saja. “Nggak kok kita cuman temenan doang,” “Haha gue kira pacaran soalnya deket banget” “Nggak gue sama Noel itu sahabatan dari kecil” “Ohh gitu ternyata” "Kenapa? Lo merasa kurang tertantang atau malahan makin tertantang?" Joe menyeringai tajam. Menatap remeh pada pemuda yang menatapnya musuh itu. Joe tau, Noel mempunyai kepintaran layaknya dirinya. Sistem otak yang bagus dan bahkan bisa di rawat dan di berikan pada orang bodoh. Aku tau itu karena Noel memang seluar biasa itu dalam menggapai bahkan menjatuhkan argumen orang orang. Dan tatapan Joe sudah menyimpulkan betapa ia tau bahwa Noel adalah salah satu manusia pintar dan tak dapat di kalahkan dengan senudah itu. "I just wanna know about your life, Mr Noel" "Im not sure. I think you steal my girl. To. Your. Plane. Professor Joe"  tekan Noel di setiap kata. Matanya tak lepas dari tatapan pemuda itu. Dia bahkan sudah melipat tangannya dengan lagak angkuh. Dan apa maksudnya dengan kata Tuan dan Professor? Joe makin menyeringai membuat sekelilingnya menjadi dingin. Aku berdehem pelan dan mulai meminum teh dingin di tangan Noel. Membuat semua orang menatapku karena bunyi yang aku hasilkan dari minuman yang sudah habis itu. Demi apapun, aku benci saat melihat pertarungan tadi. Hanya tatapan tapi mereka seakan bisa membunuh satu sama lain dari tatapan itu. “Mereka ini bro TTM,” bisik Eggy yang bodohnya setengah teriak ke Joe. “TTM?” “Iya teman tapi menikah,“ teriak Eggy sampai membuat kegaduhan di kantin. Jessy yang kesal melihatnya langsung memukul kepala Eggy sampai dia meringis kesakitan. Mampus lo k*****t. Emang kalau ngomong asal celetuk saja. Minta di pesankan bom atom untuknya ini. “Aduh sakit Jessy cantik,” gerutu Eggy dengan memegang kepalanya. “Biarin, biar tau rasa lo" Joe menatapku dengan senyuman yang mampu ku simpulkan denga jelas. Pemuda itu menyukaiku. Aku tau tatapan itu karena aku juga sudah pernah pacaran beberapa kali. Dan tatapan yang diberikan pemuda itu mampu membuatku paham hanya dengan beberapa kali tebak. Joe mnyukaiku. Tapi, entah kenapa senyuman itu agak berbeda. Matanya menatapku lalu bibirnya tersenyum manis. Namun saat Noel mulai menghampiri dengan gaya songongnya di depan Joe, pemuda itu akan langsung menyeringai tajam dan mampu membuatku merinding. Entah apa yang terjadi pada mereka sekarang. Aku rasa ada hal yang disembunyikan dariku dan aku benar benar tidak tau apa itu. -/- Setelah kejadian tadi. Key hanya diam dan tak menatap Noel. Pemuda itu masih terlihat bergulat dengan ponsel di tangannya. Mengetikkan sesuatu dengan hebohnya. Wajahnya bahkan terlihat guratan kekesalan hingga membuat Key yang sedari tadi menatapnya sedikit takut. Noel selalu melakukan hal itu jika sudah sangat marah. Namun kadang Key tak tau letak dimana pemuda itu akan marah padanya. Key benar benar tak paham dengan jalan pikiran yang pemuda itu buat. "Noel! Lo kenapa sih?" tanya Key yang sudah tak sabar atas kebisuan Noel dari pulang tadi sampai dirumah begini.  Sepertinya Noel masih pura pura sibuk dan sekarang dia ke kamarnya mengambil sebuah laptop. Ia buka dan di tunjukkan sesuatu pada Key. Key hanya diam gak mengerti pada Noel. Demi Tuhan, lelaki ini memang pemikirannya tak bisa di jelajah sembarangan oleh orang orang. Rasanya Key kesal setengah mati saat pemuda itu dengan marahnya membanting sebuah note yang di letakkan di meja Key.  Isinya sederhana You wanna playing game with me? Noel tau itu kerjaan siapa. Belakangan ini teror terhadap Key makin merajalela. Di setiap kesempatan saat Key sendirian, gadis itu akan di sakiti. Seperti tasnya di jambret atau dia hampir di tabrak oleh pengendara motor. Banyak kejadian aneh yang terjadi pada Key. Namun gadis dengan segala kecerobohan dan bodo amatan dia membuat Key makin dalam bahaya. Perbuatan atau terornya makin merajalela dan bahkan Noel sendiri tak mampu menanggalkannya. Entah siapa dan apa maksud orang tersebut melakukannya pada Key. Noel belum mencari tau sikapa di balik ini semuanya. "Lo tau siapa Joe? Lo mau tau siapa dia? Dia itu orang sok baik berkedok licik Key! Dia licik!" Key menghela nafas saat mendengar perkataan itu. Noel selalu seperti itu saat Key berkenelan dengan orang lain. Semua di curigai. Semua di salah pahami. Mana mungkin Joe yang bahkan baru mengenalnya tepat 10 jam yang lalu hendak menyakitinya. Dan lagipula Joe sangat ramah dan baik dalam berbicara. Namun Noel seakan sudah paham dan mengerti apa yang dilakukan pemuda itu. Seakan akan Joe sudah ia kenali baik baik dan langsung memberi cap bahwa pemuda itu adalah orang jahat. "Noel! Lo itu gak tau apap-" "Lo Key! Lo yang gak tau apa apa! Lo tau gimana liciknya dia? Nggak kan?' "Gimana bisa gue percaya? Setiap kali gue deket siapapun, apa yang lo ucapkan adalah hal yang sama!" "Lo tau kenapa? Ya karena gue tau itu. Gue tau kalau dia memang adalah orang yang sama sama nyakitin lo. Lo tau apa dunia luar Key? Lo gak tau apa apa" “Gimana gue mau tau kalau lo selalu melarang gue disetiap pergerakan yang gue lakukan. Seandainya aja lo paham dan membuat diri lo mengerti bahwa gak semua orang jahat kayak pemikiran liar lo, Noel. Gak semua orang berada di posisi yang sama” ucap Key dengan nada yang sangat lirih dan mampu membuat Noel menatap gadis itu dengan kerlipan kecewa. Key mengernyit heran dan lelah dengan segala apapun yang di lakukan Noel. Ia telah lelah seakan di perbudak dan membuat dirinya merasa terkekang. Bukan, bukan ia tak menghargai segala keputusan Noel karena ia tau bahwa pemuda itu menyayanginya. Namun, kesal sudah merajainya dan ia keluar dari rumah Noel. Langsung lari kerumahnya yang jaraknya tak jauh darisana. Rumah mereka hanya terhalang oleh tiga rumah saja. Dengan menyugar rambutnya, Key berjalan ke arah dapur. Biarkan saja ponselnya berdering ganas akibat telepon dari Noel, ia mengambil minuman di kulkas dan langsung meneguknya rakus. Sangat lelah juga berlari tadi. Dan sekarang otaknya rasanya akan mengeluarkan asap panas yang mampu membuat dia merasa lelah batin dan fisik akibat apa yang di bicarakannya dengan Noel tadi. Pembicaraan dengan Noel akan menjadi seribet ini kalau pemuda itu merasa apa yang ia sampaikan dibantah oleh orang tersebut. Hingga suara bantingan terdengar. Key menekuk lututnya dan menutup wajahnya. Mina, Bunda angkatnya tengah menghancurkan apa saja yang ada di dalam kamarnya. Hari ini Key sudah lelah meladeni siapapun. Ia berlari ke kamar saat Mina telah membawa satu sapu di tangan sebelah kanannya. Key berhasil kabur dan kembali menangis saat Mina membanting segala hal di dapur. Ia harus berberes setelah ini. Namun dadanya sesak saat mendengar raungan sang Bunda. Ia berjalan keluar dan mengurungkan niatnya untuk tidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD